Mil Mi-1: Nyaris Terlupakan, Inilah Jejak Helikopter Ringan TNI AU dari Era 60-an

Selain pesawat angkut berat C-130B A-1301 Hercules, Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala di Yogyakarta juga akan diperkuat alutsista bersejerah dari lini helikopter, yakni Mil Mi-1, jenis helikopter ringan single engine multirole yang dahulu pernah memperkuat Skadron Udara 7. Dibanding jenis helikopter milik TNI lainnya, Mi-1 terbilang asing didengar, bahkan situs Wikipedia.org tak menyebutkan Indonesia sebagai salah satu negara pengguna.

Baca juga: Pesawat Bersejarah C-130B A-1301 Hercules Bakal Menjadi Etalase Museum Dirgantara Mandala

Meski namanya tak sekondang Mil Mi-4 dan Mi-6 (helikopter raksasa) yang pernah digunakan TNI pada Trikora, namun Mi-1 yang aslinya diproduksi Mil Moscow Helicopter Plant, ternyata dioperasikan sebanyak delapan unit oleh TNI AU (d/h AURI). Yang digunakan oleh TNI AU sendiri bukan produksi Uni Soviet, melainkan buatan WSK-PZL, manufaktur helikopter dari Polandia.

Menutut catatan sejarah, pada tahun 1954 Polandia mengadakan perjanjian dengan Uni Soviet untuk memproduksi Mi-1 dibawah lisensi. Menjelang akhir tahun 1955 produksi pertama dengan menyandang nama SM-1 keluar pabrik meskipun hampir semua komponen termasuk mesin buatan Ivchenko dikirim dari Uni Soviet.

Namun di tahun 1957, WSK-PZL mengeluarkan varian SM-1/300 yang telah mengadopsi mesin baru Lit-3 buatan dalam negeri. Dua tahun berikutnya lahir SM-1/600 yang menggunakan mesin AI-26V yang lebih bertenaga. Oleh karena itu, jalur produksi untuk seluruh varian SM-1 mulai dihentikan pada bulan Desember 1965. Heli mungil ini memang terbukti bandel dengan usia pakai yang lama, bahkan beberapa unit SM-1 masih terlihat terbang hingga tahun 1983.

Dikutip dari tni-au.mil.id, SM-1 termasuk salah satu alutsista yang dibeli pada era Presiden Sukarno untuk digunakan dalam kampanye pembebasan Irian Barat (Operasi Trikora). Indonesia kemudian membeli delapan unit SM-1 dari Polandia yang datang mulai tahun 1958–1959. Bersamaan dengan SM-1, dibeli pula 40 pesawat tempur LIM-5 (MiG-17) dan sejumlah kecil pesawat serang ringan Avia B-33 (Ilyushin Il-10). Kedatangan helikopter SM-1 itu juga membawa serta seorang instruktur terbang bernama Richard Widskorsky. Ia turut membantu mendidik dan melatih dua orang pilot dalam negeri yakni Soewoto Soekendar dan Ashadi Tjahjadi untuk mengawaki SM-1 tersebut.

Baca juga: Ilyushin Il-14 Avia – Legenda Pesawat Angkut Sedang TNI AU, Dari Air Force One Hingga Angkut Personel

Pada tahun 1965, Skadron Udara 7 dibentuk sebagai wadah untuk menampung delapan unit SM-1 dan dua Bell-47J serta sebuah Mi-4. Helikopter di Skadron 7 bertugas sebagai heli angkut khusus mendukung kegiatan Kepresidenan dan heli latih yang bermarkas di Lanud Semplak (sekarang Lanud Atang Sendjaja). Tahun 1961 lantaran semakin banyaknya heli yang memperkuat TNI AU, maka Skadron Helikopter ditingkatkan menjadi Skadron 6 yang diperkuat oleh 22 unit Mi-4.

Dengan perannya sebagai helikopter ringan angkut khusus dan latih, maka dapat dimaklumi bila SM-1 tidak dilibatkan dalam operasi-operasi militer yang terjadi pada masa tahun 1960-an. Namun setidaknya sebuah peran SM-1 tercatat dalam operasi kemanusian pada bulan November 1965 dalam evakuasi kapal Corval berbendera Norwegia yang kandas di pantai selatan Ujung Kulon.

Mi-1 versi ambulance.
Tampilan kokpit Mi-1

Masa bakti SM-1 di Tanah Air tidak berlangsung lama, helikopter mungil ini kesulitan dalam pengadaan suku cadang. Pasca pecahnya pemberontakan G30S, seluruh SM-1 dinyatakan non operasional pada tahun 1970. Beruntung, dari delapan unit yang ada, masih tersisa sebuah SM-1 yang dijadikan monumen tepat di gerbang masuk Lanud Atang Senjaya, Bogor.

Baca juga: Bell 47G-3B-1 Soloy – Generasi Awal Helikopter Latih TNI AU

Proses perjalanan Mi-1 dari Bogor menuju Yogyakarta.

Kini Mi-1 dengan nomer registrasi H-121 yang sudah puluhan tahun menjadi monumen di pintu masuk Lanud Atang Senjaya dan jadi ikon bagi masyarakat di Bogor, akan mengalami kepindahan tempat bertengger yaitu di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Yogjakarta. Sebelum dibawa ke Yogyakarta dengan truk trailer pada Selasa (26/9/2017), Mi-1 menjalani proses perbaikan di Skatek 024 Lanud Atang Senjaya.

Dari spesifikasinya, Mi-1 yang diberi kode NATO “Hare” memang fenomenal, karena inilah generasi perdana helikopter Uni Soviet, dan menjadi pembuka dalam babak Perang Dingin. Meski tak dipersenjatai, Mi-1 dengan tiga bilah baling-baling pada rotor utama ini sudah dibuat dalam beberapa versi, seperti versi ambulance yang mengadopsi kapsul untuk mengusung pasien. Resminya Mi-1 diperkenalkan pada tahun 1950, diproduksi sampai 1965 dan telah dibuat sebanyak 2.594 unit. (Gilang Perdana)

Spesifikasi Mi-1
– Crew: One
– Capacity: 2 passengers or 255 kg
– Length: 12,09 meter
– Rotor diameter: 14,35 meter
– Height: 3,30 meter
– Empty weight: 1.700 kg
– Loaded weight: 2.140 kg
– Powerplant: 1 × Ivchenko AI-26V radial engine, 429 kW (575 hp)
– Maximum speed: 185 km/h
– Range: 430 km
– Service ceiling: 3,500 m
– Rate of climb: 5.3 m/s

4 Comments