X38 Combat Boat Kopaska: Dipercaya Untuk Evakuasi Darurat VVIP
Andaikan terjadi gangguan keamanan yang mengharuskan evakuasi darurat kepada VVIP (Very Very Important Person). Adalah kapal serbu (combat boat) dari Kopaska (Komado Pasukan Katak) TNI AL yang akan beraksi untuk melakukan evakuasi presiden dari titik penjemputan ke safe house.
Baca juga: Seabob Black Shadow 730 – Skuter Tempur Bawah Air Kopaska TNI AL
Inilah yang menjadi skenario dalam pengamanan saat digelarnya KTT ASEAN ke-19 tahun 2011 di Nusa Dua, Bali. Lho kenapa harus dengan combat boat?Wahana untuk evakuasi tentu banyak ragam dan pilihan, apalagi kalau yang di akan evakuasi presiden AS, Barack Obama. Karena lokasi KTT digelar di kawasan pantai Nusa Dua, maka jalur evakuasi yang efektif bisa melalui udara dan laut, dimana yang menjadi safe house dalam skenario ini adalah kapal induk helikopter USS Essex yang berlabuh di perairan Nusa Dua.
Meski syukur tidak insiden yang mengganggu berlangsungnya KTT, tapi patut diacungi jempol bahwa Secret Service memberi kepercayaan evakuasi presiden Obama kepada combat boat X38 Kopaska yang kala itu standby 1 unit menjaga perairan Nusa Dua.
Reputasi dan kehandalan Satkopaska tak usah diragukan lagi, tapi yang menarik disini adalah sosok X38 Combat Boat. Kapal ini bukan termasuk kapal perang, persenjtaannya pun tidak bisa dibilang dahsyat. Lalu apa yang membuat kapal buatan PT. Lundin Industry Invest (NorthSeaBoats), Banyuwangi, Jawa Timur ini begitu diandalkan oleh Kopaska? Jawabannya beragam, kapal dengan panjang 12 meter ini mampu melaju dengan kecepatan tinggi, 40 knot per jam! Dipandang dari sisi desain, kental pula dengan nuansa ‘stealth.’
Berdesain catamaran dengan dua lunas, X38 mampu melaju dengan kecepatan tinggi namun tetap stabil dan aman. Dari spesifikasi yang dimiliki, X38 dapat didaulat untuk misi penyerbuan cepat, anti pembajakan, evakuasi medis, SAR, patroli rutin, dan karena dapat beroperasi di perairan dangkal/sungai, X38 sangat ideal untuk mendukung operasi pendaratan amfibi.
Baca juga: APS – Senapan Otomatis Bawah Air Andalan Kopaska TNI AL
X38 dibangun dari galangan yang juga sama dengan KRI Klewang 625. Dimana ada ciri khas yang serupa dengan KRI Klewang, dimana lambung kapal dibuat dari bahan fiberglass komposit dengan memanfaatkan sistem vakum resin infus. Konstruksi terbuat dari balsa dan divinicell sandwich dari Diab Swedia. Oleh pabrikannya material yang ditanamkan akan lebih menghemat dalam biaya operasional perawatan. Untuk dapur pacu kapal ini dipercayakan pada dua mesin Marine Diesel VGT 400 PK bertenaga 220 HP buatan Swedia.
Baca juga: DPD STIDD Systems – Wahana Tempur Bawah Air Andalan Kopaska dan Kopassus
Selain mampu ngebut hingga 40 knot, kapal andalan Detasemen 6 Satkopaska Special Boat Unit ini memang ideal untuk operasi pasukan katak, pasalnya pasa sisi buritan terdapat platform untuk memudahkan proses turun dan naik kapal bagi pengelam. Nah bagaimana dengan soal senjata? Kapal ini tidak punya persenjataan yang embedded, semua yang ada memang serba optional, seperti pada sisi haluan (depan ruang kemudi), disiapkan dudukan untuk senjata sekelas FN/M-60 GPMG (General Purpoise Machine Gun) kaliber 7,62 mm, tapi bisa ingin lebih ‘galak’ bisa pula dipasangkan peluncur granat otomatis kaliber 40 mm. Sudut pandang juru tembak di posisi ini bisa mencapai 270 derajat. Sementara di posisi buritan, juga dipasangkan dua unit senjata ringan, bahkan dalam release disebutkan sisi buritan dapat dipasangi dudukan 4 sampai 8 rudal Hellfire.
Awak X38 Combat Boat terdiri dari 2 – 4 personel, yakni utamanya adalah komandan dan nahkoda. Meski ukurannya terbilang imut, kapal serbu ini punya ruang kabin yang nyaman dan dilengkapi beragam instrumen elektronik modern, termasuk radar. Desain jendela yang menghadap depan sangat ergonomis karena dapat menahan silau dan panas. Sebagai kapal untuk misi khusus, X38 juga dapat mengangkut 16 – 20 personel pasukan dengan perlengkapan lengkap.
Kapal dengan kendali hidrolik ini dapat membawa bahan bakar solar hingga 700 liter. Sementara untuk menunjang operasi, body kapal dapat membawa 100 liter air tawar untuk kebutuhan awak dan penumpang. Untuk menunjang operasi yang penuh tantangan, sistem teknologo navigasi dipercayakan pada Raymarine C80 yang mencakup integrasi radar, GPS (Global Positioning System), speed-log, echo sounder, dan chart plotter.
Baca juga: SEAL Carrier – Siluman Bawah Air Kopaska TNI AL
Dalam operasi pengamanan KTT ASEAN ke-19 di Nusa Dua, Bali, X38 mengibarkan bendera tengkorak Jolly Rogers yang khas bajak laut. Dalam gelar tempurnya, X38 dapat diangkut ke daerah operasi menggunakan LST (landing ship tank). Kapal yang mulai dirancang pada tahun 2008 ini akrab dengan sebutan “Blackship” oleh masyarakat Manado. Memang dengan warna kamuflasenya sosok X39 terlihat sangar. (Gilang Perdana)
Related Posts
-
Dukung Laju Kavaleri, Rusia Luncurkan UBIM – Universal Combat Engineer Vehicle dari Platform MBT T-90
No Comments | Aug 22, 2023
-
AS Setujui Paket Modernisasi Pertama (Link-16 TDL) Untuk F-16 Turki
2 Comments | Apr 19, 2023
-
Dikirim Mulai Tahun 2027, Korea Selatan Resmi Order 20 Unit (Tambahan) F-35A Lightning II
1 Comment | Dec 28, 2023
-
Duh, Kaca Kanopi F-16 Viper Taiwan Terlepas di Udara
7 Comments | Aug 12, 2021
@errick
Kalo tidak salah oom errick yang pernah menampilkan pernyataan pak purnomo yang terinspirasi kpd salah satu negara di skandinavia?
Kondisi saat itu agak sulit dibandingkan dg keadaan sekarang, tampaknya ada bbrp situasi yang scr simultan memberi pengaruh…RI pasca mengalami embargo dr blok barat, hubungan RI&aussy sdg berada pd titik nadir, dan mungkin kedekatan dg cina adl cara kita beradaptasi menghadapi kekuatan ekonomi&militer cina yang sdg tumbuh mjd kekuatan superpower kedua.
Ada satu pernyataan menarik dr pak purnomo ttg cara yang paling efektif dan efisien utk memberi efek gentar pd kekuatan asing yaitu dengan “membentengi” ketiga ALKI dg rudal anti kapal (tidak harus yang canggih, yang penting banyak) dan artileri berat (roket/howitzer) berat…niscaya pihak yang akan mengganggu kedaulatan kita akan berpikir ulang.
Mungkin ada benarnya krn melalui jalur2 tsb dahulu pihak sekutu dan jepang menguasai nusantara.
Hal ini ditambah lg dg pengalokasian anggaran militer scr merata antar angkatan (di era SBY), shg menimbulkan ketimpangan bg AU&AL yang padat teknologi dan padat dana, shg ide membeli senjata dr eropa barat dianggap diluar jangkauan.
Gayung bersambut dg tawaran cina yang menjanjikan akan membantu mengembangkan rudal anti kapal scr total dan memberi lisensi spy RI bisa mengekspor rudal tsb.
Tapi benarkah ada negara yang akan memberikan teknologi rudal secara total….ataukah ada jaminan bahwa teknologi yang diberikan tsb bukan teknologi generasi awal yang mungkin sudah tidak dipakai lagi oleh cina?
Brazil bisa menjadi pembelajaran…mereka memperoleh TOT exocet dr mbda, tapi setidaknya brazil mempunyai bekal teknologi. Diluar propelan, brazil telah berhasil mengembangkan motor turbofan dan instrument telemetri utk uji terbang rudal scr mandiri.
Penguasaan scr bertahap dr beberapa teknologi rudal (propelan, seeker, inersia stabilizer, radar altimeter, jamming system, motor turbofan/turbojet/ramjet dan program kontrol penerbangan) menjadi jawaban untuk kemandirian.
@admin
Bung admin sekedar penasaran….combat boat ini punya toilet dan pantry endak?
Kalau pantry rasanya ndak ada ya mas 🙂
@admin
Hmmmm….bener juga, takutnya nanti malah buat nyimpen oplosan
Baca di Kompas, Rusia ternyata juga beli combat boat dari Lundin.
Jd entar kalo ada yg bilang kenapa nggak beli dari Rusia aja yg lebih gahar, lha Rusia aja beli dari kita XD..
Rusia ngakui teknologinya bagus lho (teknologinya Swedia).
Hanya krn soal politik mereka gengsi kalo beli langsung dari Eropa. Jadinya beli ke kita XD….
Benar bung, apalagi kalau X18 “Tank Boat” diluncurkan, banyak negara yang sudah menyatakan berminat, bahkan Rusia pun dikabarkan berniat untuk mengakusisi kapal jenis ini, patut diapresiasi. Sumber : Kompas.com
Klewang jd dilanjutkan ya saat ini? Ini ada berita PT Lundin dikunjungi siswa Sesko TNI buat ngeliat proses pembuatan Klewang –> http://defense-studies.blogspot.co.id/2016/08/pembuatan-klewang-baru-ditinjau-siswa.html
Dua bulan lalu dapat sumber dari pihak pemasok menyatakan di hold, tapi belum tahu juga kalau ada kejutan2 lain 🙂
@errick
Tampaknya kelanjutan klewang masih harus menunggu kejelasan status negosiasi TOT rudal dg cina, krn sesuai syarat yang diminta PT.DI diharuskan membeli dulu sekitar 100 unit rudal (yang cukup utk melengkapi 20~25 kapal perang), sebelum mendapat TOT dan lisensi produksi.
Mnrt saya titik krusialnya berkenaan dg rudal cina ini adl margin bobot rudal beserta sistem pendukungnya berikut kanon yang akan digunakan.
Sebagai gambaran FAC-catamaran Houbei ddg bobot 225 ton memiliki margin bobot yang sanggup diakomodasi lebih besar drpd klewang yang bobotnya sekitar 75 ton….shg bisa diasumsikan total (rudal, radar, ciws beserta ciws) pd Houbei yang dijadikan acuan lebih berat dibanding sistem serupa yang ditawarkan oleh saab.
Konsekuensinya, apabila tetap menggunakan sistem cina yang lebih berat akan berpengaruh menurunkan enduran dan kecepatan kapal….hal ini bisa dihindari jika menggunakan sistim dari saab, shg lundin berani memastikan kapal ini bisa ngebut hingga 35 knot, sesuai rancangan awal
Kira2 apa yg jadi hambatan mengapa sistem SAAB (termasuk rudal RBS) tidak langsung dipilih aja seperti rencana awal? Apa karena TNI sudah terlanjur pake rudal2 RRC?
Lalu jika PT.DI dapet lisensi setelah beli 100 rudal RRC, kira2 ada implikasi nggak jika nanti Indonesia berkonflik dgn RRC soal LCS-Natuna? Misal beberapa komponen rudal yg masih harus diimpor dipersulit.
Kalo saya mending kita pake sistem Swedia lengkap dgn RBS-15nya. Toh juga ada kerjasama terkait modernisasi RBS-70 TNI. Dari sisi politik juga relatif aman (nggak ada konflik kepentingan) krn Swedia non-blok & nggak terikat Nato (bahkan pernah mau nembak Blackbirdnya AS :D).
Mas @Errik, hambatannya masih klasik, ya soal dana dan prioritas dari pucuk pimpinan matra yang bersangkutan. Karena ada perubahan prioritas saat pergantian kepala staf.
Klo saya lihat akhir2 ini SAAB sedang gencar2 nya menawarkan kpd indonesia, tp seperti yg kita tahu indonesia kayanya santai dan tidak terlalu menanggapinya
Klo menurut saya secara GEOPolitik SAAB lebih ok
Tp ya itu td pucuk pimpinan lah yg lbh tau
hahaha malah pada balapan di laut,, 40 knot vs 52 knot,, wkwkww
Mantap kali itu kita punya!
Terkejut rupanya kapal ini buatan dalam negeri
TNI AL tetap jaya