Wing Loong I/II UCAV: Drone Kombatan Maskot Singapore AirShow 2018
|Anda masih ingat dengan pernyataan Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Laksda Leonardi di situs Merdeka.com (26/7/2017), disebutkan bahwa Kementerian Pertahanan memastikan akan membeli drone dalam jumlah besar dan yang dibeli adalah drone jenis MALE (Medium Altitude Long Endurance), serta punya kemampuan melakukan penyerangan (UCAV). Masih dari sumber yang sama, asal pengadaan drone tempur tersebut sudah terang benderang, bukan dari Negeri kiblat teknologi drone (Israel), melainkan Kemhan akan membeli drone tempur dari Cina.
Baca juga: Pilah Pilih Drone Tempur Produksi Cina Untuk Indonesia
Mungkin saja karena mulai mendapat angin di Asia Tenggara, dan pastinya sangat percaya diri setelah produk UCAV-nya digunakan Mesir, Kazakhtan, Nigeria, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Pakistan dan Uzbekistan, Cina untuk pertama kalinya menghadirkan UCAV (Unmanned Combat Aerial Vehicle) andalannya, Wing Loong I dan II di ajang Singapore AirShow 2018.
Hadirnya dua unit Wing Loong beserta paket persenjataannya menjadi etalase utama dalam jagad drone di pameran dirgantara terbesar di Asia tersebut. Pengusung kampanye Wing Loong adalah China National Aero-Technology Import & Export Corporation (CATIC), sementara Wing Loong merupakan produksi Chengdu Aircraft Industry Group. Beragam rudal udara ke permukaan dan aneka jenis bom dapat dibawa drone dengan mesin propeller ini.
Meski desainnya identik, kedua Wing Loong punya dimensi dan spesifikasi yang berbeda. Wing Loong I punya panjang 9,05 meter, lebar bentang sayap 14 meter, tinggi 2,77 meter dan payload 200 kg. Kecepatan maksimumnya 280 km per jam, mampu terbang selama 20 jam dengan jarak jelajah 4.000 km. Wing Loong I dapat mengudara di ketinggian 5.000 meter.
Sementara Wing Loong II yang baru meluncur pada Maret 2017, punya panjang 11 meter, lebar bentang sayap 20,5 meter, tinggi 4,1 meter dan payload mencapai 400 kg. Kecepatan maksimum Wing Loong II hingga 370 km per jam, mampu terbang selama 32 jam dengan jarak jelajah 4.000 km. Khusus untuk kendali LoS (Line of Sight) dapat dilakukan sampai jarak 200 km. Total ada enam hardpoint yang disiapkan untuk menggotong aneka jenis persenjataan.
Baca juga: “Menghadapi” Cina dengan Senjata Buatan Cina
Tapi perlu diketahui, kedua Wing Loong yang dipamerkan di Singapore AirShow 2018 bukan aslinya, melainkan berupa full mockup. (Haryo Adjie)
Bagusnye ntar dikasi cocor ape moncongnye ye.. Ini baru hi-tech zaman now. Bkn mcm tukino, nooh baling2 bambu nye mendingan buat ngiris bawanggg..
Yg penting gak bertele2 proses jelas kerja samanya jelas.. demi kedaulatan dan kemandirian national….
AdMin jangan terlalu terbuka soal militer indonesia berbahaya, mending militer tetangga biar kita makin semangat untuk tot ke negara lain
Ngomong opo iki
Intelejen negara lain sudah pasti lebih akurat 100 kali dari pada yang ada di sini bung,…LoL
yang dari Turki masuk uav bukan ucav, mungkin yang dicari tni yang ucav
@majumundur
Turkey’s First Armed Anka Drone To Be Delivered in 2017…www.defensenews.com
Jgn lupa TOTnya jika beli
Teknologi dari negara manapun silahkan akuisisi, yg terpenting adalah adanya dukungan teknologi untuk inhan nasional…
Bukanx sy tdk setuju tp kita sdh punya kerjasama dg Turki, Lalu apa bedax dg china ? apa kita krn kekurangan TeOTe dg Turki ?
Justru bukannya lebih bagus? Seandainya dengan turki gagal, kita masih pnya kerjasama dngn cina
@ariev
Mungkin kerjasama dg cina didukung oleh sarana/prasarana yg lebih lengkap dan progres yg lebih cepat (Anka baru saja merilis versi bersenjata, 2017…sedangkan produk cina sudah melenggang ke beberapa negara operator serta sudah batle proven pula diyaman).
Salah satu kunci sukses pengoperasian UAV/UCAV adalah dukungan satelit GPS dan satcom, dimana cina mampu menyediakan sekaligus.
Faktor politis juga turut memberi andil, untuk meredam agresivitas cina di LCS dg mendekatkan hubungan ekonomi dan militer
Benar…
Ini adalah bentuk keputusan pendekatan melalui kerjasama, dengan adanya tot dari berbagai sumber maka akan semakin lebih maksimal dalam penguasaan teknologi, inhan nasional indonesia yg telah memiliki dasar2 pengetahuan teknologi UAV dapat semakin menyerap teknologi dari berbagai negara untuk selanjutnya agar dapat diterapakan sebagai UCAV produk dalam negeri, ini adalah bagian dari strategi untuk meminimalkan kegagalan investasi…
masalahnya klo dengan cina, mereka cuman jual. Klo dengan Turki, adalah joint production, dan PT DI bakal dapat know how bikin UCAV. Saat ini Turki ada produk Male UCAV ANKA I, dan berdasar requirements TNI, akan di develop pengembangan ANKA II, dengan kemampuan pake 2 mesin, load max 700 kg, jadi bisa bawa 2 bom mk.82, trus ketinggian max. 12.000 feet, dan lama terbang 24 jam. ANKA II ini bakal di demokan pada akhir 2018.
Joni…
Jika tanpa adanya tot, saya harap jangan dibeli, tak penting dari negara manapun…