Vympel R-37M: Disebut Sebagai “AWACS Killer,” Inilah Rudal Andalan Sukhoi Su-35

‘Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang,’ mungkin menjadi pepatah yang pas untuk menggabarkan sikap Pemerintah Indonesia terkait pengadaan jet tempur Sukhoi Su-35 Super Flanker. Meski tekanan dan bayang-bayang sanksi dari Amerika Serikat masih menjadi momok bagi Rusia dan Indonesia, tetapi demi menjaga wibawa dan kehormatan negara, komitmen pengadaan Su-35 terus dijalankan dengan alternatif skenario pembayaran.

Baca juga: Di Bawah Bayang-Bayang Sanksi AS, Persiapan Kedatangan Su-35 TNI AU Jalan Terus

Dan atas sikap teguh pemerintah yang masih konsisten atas pengadaan Su-35, dari sisi arsenal persenjataan jet tempur twin engine tersebut, belum lama ini telah mendapat update kemampuan berupa dirilisnya rudal udara ke udara jarak jauh Vympel R-37M.

R-37 sendiri tak terlalu baru-baru amat, didapuk sebagai Very Long Range Missile, desain R-37 sudah dirancang perdana sejak awal 1980-an, dan pertama kali diketahui keberadaannya pada 1989. Dengan bobot mencapai 600 kg dan jarak tembak sampai 398 km, rudal udara ke udara super jarak jauh ini dipersiapkan Rusia (d/h – Uni Soviet) sebagai kompetitor rudal berkemampuan sejenis milik Amerika Serikat, AIM-54 Phoenix. Bahkan kecepatan luncur R-37 mencapai Mach 6, sementara AIM-54 Phoenix yang kondang dilepaskan dari F-14 Tomcat, kecepatan maksiumumnya Mach 5.

Dengan jarak tembak beyond visual range, serta kecepatan super, sudah barang tentu sasaran rudal ini sangat terpilih dan strategis. Sebut saja yang incaran R-37 adalah pesawat intai AWACS (Airborne Warning And Control System) dan pesawat berkempuan C4ISTAR. Menyadari pergerakan pesawat AWACS yang terlindungi oleh pengawal-pengawal berupa jet tempur, maka hadirnya rudal sejenis R-37 dipandang dapat menjadi hantu yang menakutkan bagi awak pesawat pengintai. Beberapa situs asing menyebut R-37 sebagai “AWACS Killer.”

Menyadari merupakan loncatan tinggi bagi dunia rudal, Rusia terus melakukan penyempurnaan dan uji coba pada R-37. Test generasi kedua R-37 dilakukan pada 1990 dan mampu mendongkrak jarak luncur mencapai 300 km. Karena dilanda krisis ekonomi, program pengembangan R-37 sempat mandeg pada 1998. Namun dengan upaya keras Vladimir Putin, di akhir tahun 2006 program pengembangan R-37 kembali dilanjutkan, khususnya pada uji coba R-37 sebagai bagian dari sistem senjata di MiG-31BM.

Selang 10 tahun kemudian, di tahun 2016, sosok anyar yang diberi kode R-37M dikabarkan telah dirilis. Pada varian terbaru ini, disebut-sebut R-37M dapat melacak sasaran dengan semi active and active radar homing. Jenis radar yang diusung adalah 9B-1388. Dibanding pendahulunya, rudal R-33, maka R-37M dapat lebih lincar bermanuver. Sasaran pun dapat dauber mulai dari ketinggian 15 sampai 25.000 meter.

Dibanding generasi R-37 pertama yang mencapai bobot 600 kg, maka R-37M bobotnya dapat dikurangi menjadi 510 kg. Hulu ledaknya HE (High Explosive) befrgramentasi dengan bobot 60 kg, meski tak langsung mengenai sasaran, efek ledakannya dipercaya dapat menghancurkan AWACS. Kecepatan tetap dipertahankan di Mach 6 atau 7.350 km per jam.

Baca juga: E-7A Wedgetail – Stasiun Radar Terbang Perisai Ruang Udara Australia

Sukhoi Su-57

Karena performanya tergolong super, dimensi R-37M juga tak biasa, panjang rudal ini mencapai 4,06 meter, diameter rudal 0,38 meter. Meski awalnya dipersiapkan untuk MiG-31BM, kini R-37M juga digadang untuk dilepaskan dari Sukhoi Su-30, Su-35s dan pesawat stealth Sukhoi Su-57. Dikutip dari airrecognition.com, pada Juli 2018, pihak Kementerian Pertahanan Rusia telah menyebut berakhirnya tahapan uji coba rudal penghantar maut dari balik cakrawala ini.

Seperti halnya rudal-rudal lansiran Rusia lainnya, R-37 mendapat kode kesayangan dari NATO sebagai AA-X-13/AA-13 Arrow. (Gilang Perdana)

25 Comments