VTTS 9F6021E Adjutant – Sistem Pelatihan Berbasis Target Drone Andalan Pasukan Arhanud Rusia
Menjadi salah satu kekuatan militer terbesar di muka Bumi, Rusia mengadopsi penggelaran sistem pertahanan udara berlapis dengan beragam jenis kanon dan rudal hanud. Namun menjadi pertanyaan, bagaimana cara pasukan artileri pertahanan udara (Arhanud) Rusia berlatih? Dengan penugasan yang tinggi dalam operasi militer yang sedang berlangsung, tentu menarik untuk menyimak bagaimana strategi pasukan Rusia berlatih guna menghadapi ancaman serangan udara, yang terbukti masif menjadi tantangan besar sampai detik ini.
Baca juga: Scrab II Target Drone – Bermesin Jet, Jadi Lawan Tangguh untuk Latihan Hanud TNI AU
Latihan efektif dan efisien adalah kunci keberhasilan dari operasi tempur, dan sistem target pelatihan serbaguna atau Versatile Training Target System – VTTS 9F6021E Adjutant, telah memegang peran penting dalam mengasah kemampuan dan naluri pasukan arhanud Rusia. Dikembangkan oleh JSC IEMZ Kupol (bagian dari Almaz-Antey Concern), Adjutant (Ajudan) adalah sistem target pelatihan serbaguna yang terintegrasi dengan menyediakan beberapa pilihan atau skenario serangan udara.
VTTS 9F6021E Adjutant berpusat pada mobile ground control station yang disiapkan dalam bentuk kontainer di truk. Ground control station ini dapat disiapkan dalam waktu dua jam, dan mampu mengendalikan manuver target drone dalam radius 40 km. Dalam radius kendali, penyesuaian penerbangan target: parameter penerbangan baru, titik baru, manuver baru – dapat dilakukan pada tahap mana pun. Dalam mode offline, target bergerak dan bermanuver sesuai dengan koordinat GPS yang telah dimasukkan sebelumnya.
Dengan sifat ancaman serangan yang berbeda, 9F6021E Adjutant menawarkan jenis target drone yang berbeda. Untuk sasaran jenis roket dan rudal digunakan target drone dengan mesin turbojet, kemudian untuk sasaran pesawat digunakan target drone dengan mesin propeller. Juga untuk menghadapi sasaran helikopter dan drone, bisa digunakan jenis target drone helikopter.
Kisaran ketinggian penggunaan target adalah 100 hingga 3000-4000 meter. Durasi penerbangan target drone, tergantung jenisnya, yaitu di rentang 0,5-4 jam. Kecepatan terbang – dari 0 km per jam (untuk target tipe helikopter dalam mode melayang) hingga 500 km per jam (untuk target tipe roket dengan mesin turbojet). Berat semua target drone tidak melebihi 50 kg dengan low infrared signature.
Adjutant berulang kali digunakan selama latihan dan pengujian dan menciptakan lingkungan target untuk hampir semua sistem pertahanan udara yang digunakan oleh pasukan Rusia, termasuk sistem pertahanan udara S-300V4 terbaru dan sistem pertahanan udara Tor-M2DT.
Fanil Ziyatdinov, Direktur Jenderal JSC IEMZ Kupol, seperti dikutip oborona.ru, mengklaim bahwa Adjutant merupakan revolusioner dalam sejumlah solusi desain yang diterapkan di dalamnya. Khususnya, untuk target drone, kemungkinan penggunaan berulang disediakan dalam mode “fly-by” dengan pengoperasian perhitungan untuk deteksi dan penghancuran target bersyarat.
Target drone standar dapat digunakan sekitar 50 kali hingga umur mesin habis. Dan hanya setelah itu mereka (pasukan arhanud) melakukan penembakan langsung – dengan penghancuran target yang nyata. Hasilnya adalah pelatihan intensitas tinggi tanpa peningkatan biaya yang signifikan.
Dengan adanya pola serangan udara secara besar-besaran (termasuk serangan drone berkelompok), maka Adjutant mampu mensimulasikan serangan udara besar-besaran, hingga enam simulator target udara dari berbagai jenis, dikendalikan dari satu pos komando, dapat diluncurkan ke udara secara bersamaan.
Selama skenario penembakan, target drone bermanuver sesuai dengan misi penerbangan yang dimasukkan sebelumnya atau perintah yang diterima dari ground control station. Dengan demikian, Adjutant mampu menciptakan lingkungan udara yang kompleks dengan kombinasi berbagai jenis target. Algoritma operasi VTTS 9F6021E Adjutant secara signifikan mempersulit pekerjaan penembak (awak) pertahanan udara dan dengan demikian meningkatkan tingkat dan kualitas pelatihan mereka.
Baca juga: Produksi Dalam Negeri, Inilah Target Drone Len TD-120 dan TD-170
“Adjutant telah berhasil mengambil bagian dalam pelatihan penembakan di hampir semua sistem pertahanan udara domestik. Dan jika Anda mengunjungi situs Kementerian Pertahanan Rusia, Anda akan melihat betapa intensifnya pelatihan dan koordinasi yang saat ini dilakukan di elemen pertahanan udara. Kami memperkirakan akan terjadi peningkatan permintaan terhadap sistem ini. Produk ini juga memiliki prospek bagus untuk military-technical cooperation,” ujar Fanil Ziyatdinov kepada majalah Natrional Defense. (Gilang Perdana)
Bicara soal drone, saya punya ide bagaimana kalau infanteri kita baik dari AD, marinir maupun Kopasgat dilengkapi dengan mini surveilance and suicide drone yang dapat dibawa oleh seorang prajurit (man portabel drone). Lumayan tuh untuk jaga perbatasan dan pertahanan pantai kita dari serbuan kendaraan amfibi. Kalo masing-masing prajurit infanteri dijatah 3 unit mini surveilance and suicide drone lumayan kan ? Yang murah-murah saja misal di bawah USD 400 per unit yang bisa menjangkau minimal jarak efektif 2 kilometer. Kalo ada yang seperti itu minimal kita butuh 1,2 juta unit mini drone. Biaya yang dibutuhkan maksimal 480 juta USD. Target mini suicide drone ini adalah :
1. kendaraan amfibi yang proteksinya lumayan minimalis dan bajanya tipis.
2. Prajurit yang naik LCVP atau LCU yang bagian atasnya terbuka.
Itu hanya ide saja.
Nggak perlu latihan nembak rudal hipersonik ya guys. Karena barat nggak bisa bikin rudal hipersonik. Tiap coba2 bikin pasti meledug kayak mercon bulan puasa.