[Virtual Tour] Lanal Palu: Mengintip Basis Terbaru Kapal Selam TNI AL

Selain di Dermaga Ujung, Surabaya, Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Palu di Watusampu, Palu, Sulawesi Tengah, kini menjadi basis kedua pangkalan kapal selam TNI AL. Setelah mendapat tinjauan langsung dari Panglima TNI pada pertengahan bulan Juni lalu, fasilitas dermaga kapal selam pertama di luar Pulau Jawa ini sudah hampir rampung pengerjaan fisiknya. Dalam beberapa publikasi, bahkan salah satu kapal selam, KRI Nanggala 402 nampak berhasil sandar di shelter khusus kapal selam.

Baca juga: [Virtual Tour] Dermaga Ujung Koarmatim – Jantung Kekuatan Armada TNI AL

Tergolong fasilitas militer yang bernilai strategis, Lanal Palu mulai mendapat sorotan banyak pihak tak lama setelah Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI mengadakan kontrak pengadaan tiga unit kapal selam dari Changbogo Class (Type 209/1400) dari Daewoo Shipbuilding dan Marine Engineering (DSME), Korea Selatan pada tahun 2011. Persisnya mulai tahun 2012, program pembangunan fasilitas dermaga kapal selam di Lanal Palu mulai dibicarakan secara serius.

Pangkalan kapal selam TNI AL berada di lahan seluas 13 hektar di Kelurahan Watusampu, Kota Palu, itu sangat strategis untuk pengamanan wilayah NKRI, terutama Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II Selat Makassar hingga ke perbatasan dengan negara Malaysia di Laut Sulawesi. Palu sangat cocok sebagai tempat pangkalan kapal selam, karena memliki teluk yang dalam dan terselubung, dan berada di beberapa palung dan pulau-pulau kecil.

Meski mengundang penasaran, tentu tak mudah untuk melihat langsung fasilitas dermaga kapal selam di Lanal Palu. Tanpa harus mengintip-intip lewat jalur tak resmi, nyatanya aplikasi Google Maps dapat membawa Anda sekalian untuk melakukan virtual tour ke Lanal Palu dan melihat fasilitas dermaga kapal selam, dari citra yang diperlihatkan per 6 Agustus 2017, terlihat dermaga kapal selam masih dalam proses pengerukan, yang diperkirakan pihak Google mengambil obyek via satelit pada awal tahun 2016.

Baca juga: Jelang Kedatangan Changbogo Class, TNI AL Percepatan Pembangunan Pangkalan Kapal Selam di Palu

Dekat Hostspot
Alur laut Teluk Palu mulai dari Laut Banda sampai Loli mencapai panjang 30 kilometer dengan lebar 10 km dan kedalaman area teluk mencapai 400 meter. Lokasinya juga strategis karena jarak area hotspot, seperti di Ambalat berkisar 300 kilometer dan ke Makassar juga 300 kilometer. Lanal yang kerap difungsingkan sebagai pangkalan aju ini tentu dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam penggelaran kapal selam. Sebagai perbandingan, untuk saat ini basis (homebase) kapal selam dengan fasilitas lengkap masih terpusat di Dermaga Ujung, Surabaya.

Dengan perannya yang sangat strategis, yakni tak hanya menjadi pangkalan transit bagi kapal perang permukaan, jelas membutuhkan peningkatkan pada aspek keamanan di sekitar zona pangkalan. Untuk itu, pihak Lanal dibantu Pemerintah Daerah terus berupaya melakukan pembebasan lahan milik warga yang masuk safety area dari pangkalan kapal selam. Karena merupakan fasilitas strategis negara, untuk itu tidak boleh ada sembarang orang yang masuk ke daerah ini nantinya. Sebelum pangkalan kapal selam ini benar-benar aman, kapal selam Nagapasa Class belum bisa disandarkan.

Teluk Palu

Baca juga: KRI Nagapasa 403 Tuntas Lakukan Modifikasi, 2 Agustus 2017 Siap Dikirim Ke Indonesia

“Dibelah” Jalan Raya
Dibalik lokasinya yang strategis, dan kebutuhan akan zona militer yang steril, faktanya saat ini area Lanal Palu seolah ‘terpotong’ oleh Jalan Raya Trans Palu – Donggala, menjadikan area Markas Komando (Mako) Lanal Palu menuju area dermaga harus menyeberangi jalan raya yang ramai dilewati kendaraan umum.

Menyiasati hal tersebut, ada rencana untuk membuat jalur (jalan) alternatif sepanjang 1,4 kilometer yang melewati belakang Mako Lanal Palu, sehingga kendaraan (angkutan) umum tak lagi melewati akses ke pinggir dermaga militer. Lain dari itu, untuk keamanan, wilayah pada radius satu kilometer dari pangkalan harus dikosongkan dari aktifitas umum, seperti perumahan warga. Pihak Lanal dibantu pemerintah daerah terus berupaya melakukan pembebasan lahan milik warga yang masuk safety area dari pangkalan kapal selam.

Gedung Mako Lanal Palu
Jalan Raya Trans Palu – Donggala
Bangunan mess di Lanal Palu.

Baca juga: [Virtual Tour] Lanud Iswahjudi: Home of Fighters – Jantung Kekuatan Udara Nasional

Area lanal dari citra Google Maps.

Dahulu Bernama Teluk Peleng
Dilihat dari perannya yang strategis, ternyata Lanal Palu punya sejarah panjang. Di era Presiden RI Soekarno, bahkan Palu telah dicanangkan sebagai Kota Pangkalan Kapal Selam Indonesia. Menurut Atmadji Sumarkidjo dalam buku Mission Acomplish, Teluk Palu yang dahulu dikenal dengan sebutan Teluk Peleng, merupakan tempat berlabuhnya empat kapal selam Indonesia dari Uni Soviet (Whiesky Class) untuk menjalankan operasi Trikora, membebaskan Irian Barat dari Belanda. Keempat kapal selam itu ialah KRI Cakra, KRI Nanggala, KRI Bramasta, dan KRI Tjandrasa. Namun, sayang keberadaan Teluk Palu memang tidak pernah tercatat dalam buku sejarah.

Saat proses pengerukan tanah.
Dengan latar korvet Parchim Class.

Baca juga: Korvet Parchim Class TNI AL Kini Dilengkapi Kanon Vektor G12

Fasilitas Dermaga
Selain area Mako dan mess seluas 2,8 hektar, fasilitas dermaga kapal selam disiapkan untuk mendukung sandarnya dua unit kapal selam, tidak hanya Nagapasa Class, dengan kedalaman yang ideal, kapal selam Kilo Class pun siap untuk sandar di Lanal Palu. Dirunut dari timelime pengerjaan, dermaga Stasiun Bantu (Sionban) kapal selam Watusampu dimulai pembangunannya pada 2015 (tahap I) dengan sumber dana APBN sebesar Rp21,16 miliar. Tahap II dilaksanakan tahun 2016 dengan sumber dana APBN sebesar Rp81,51 miliar dan tahap III direncanakan tahun anggaran 2018 dengan total kebutuhan anggaran sebesar Rp92,8 miliar untuk kebutuhan mekanikal dan elektrik.

Citra dernaga kapal selam yang dalam proses pengerukan.
Kondisi dermaga kapal selam saat ini yang sudah jadi.

Dari aspek teknis, Dermaga Sionban Kapal Selam, di Watusampu ini memiliki panjang 73,6 meter, panjang talud 164,7 meter, kapasitas/DWWT 4000 ton, daya terpasang PLN 1.730 KVA, kapasitas Genset 1 x 800 KVA dan 1 x 500 KVA. Kapasitas Moorning Lier 2 x 50 KN, kapasitas crane gedung 5 ton dan kapasitas crane shelter 2 ton. Dermaga ini dapat disinggahi oleh kapal selam kelas Nagapasa Class dengan spesifikasi panjang 61 meter, diameter 6,3 meter, draft 5,5 meter, tinggi 12,47 meter dan berat 1400 ton. (Gilang Perdana)

22 Comments