Vera-NG: Surveillance Tracking Pengendus Keberadaan Pesawat Tempur Stealth
Meski punya peran seperti halnya radar, namun cara kerja perangkat intai ini tak seperti radar konvensional, bahkan pihak manufaktur menyebut solusinya sebagai next generation surveillance and flight tracking. Beberapa orang menyebutnya sebagai radar anti pesawat, inilah Vera-NG, sistem intai udara besutan Era (Omnipol Group) dari Republik Ceko. Apa yang khas dari Si Vera? Dengan pola kerja layaknya radar pasif, Vera-NG digadang mampu mengendus keberadaan pesawat tempur/pembom dengan kemampuan stealth.
Baca juga: Master T – Radar Hanud Tercanggih Perisai Ruang Udara Indonesia
Karena mampu mengendus keberadaan pesawat tempur stealth, Amerika Serikat sempat dibuat was-was dengan munculnya Vera, kabarnya Negeri Paman Sam sampai meminta ke Ceko untuk tidak menjual Vera ke Cina, Iran, Pakistan dan negara-negara di Asia Barat. Mengingat Ceko saat ini telah bergabung sebagai anggota NATO, boleh jadi permintaan AS akan direspon positif oleh Ceko.
Baca juga: Lockheed Martin AN/TPS-77 (AN/FPS-117) – Mengenal Radar Intai Jarak Jauh Kohanudnas
Nah, di Indo Defence 2016 yang berlangsung awal bulan November lalu, sistem surveillance berbasis radar pasif ini ikut dipamerkan dan ditawarkan ke Indonesia. Dari beberapa jenis Vera, di Indo Defence 2016 Era mengendepankan Vera-NG. Dengan slogan “sees without being seen” Vera-NG menawarkan model ground receiving stations yang mudah di gelar (deployment), dengan modul single antena berbobot 85 kg, plus perlengkapan komunikasi seberat 15 kg, maka satu modul receiving stations dapat dibawa oleh satu regu pasukan. Model penggeralan yang ringkas (hanya menggunakan dudukan tetrapod) dan portable sangat dibutuhkan untuk penempatan Vera-NG di puncak bukit atau pegunungan.
Dalam gelar tempiurnya, satu sistem Vera-NG terdiri dari 1 central, 3 remote sites, dan central processing stations. Kemampuan Vera-NG dapat mengidentifikasi 200 sasaran real time sekaligus. Pola kerja sistem Vera-NG dengan memanfaatkan 3 dimensional pada rentang frekuensi 50 Mhz – 18 Ghz. Dalam database server, Vera-NG mampu mengenali identitas 10.000 jenis sasaran. Dengan power antena pada centra sebesar 230 Watt dan pada antena sebesar 190 Watt, maka jarak jangakau deteksi Vera-NG hingga 400 km.
Baca juga: Thomson TRS-2215/TRS-2230 – Radar Andalan Pertahanan Udara RI Era 80-an
Makin penasaran dengan Vera-NG? Cara kerjanya adalah dengan menerima semua frekuensi elektromagnetik yang dipancarkan oleh pesawat dan drone/UAV (Unmanned Aerial Vehicle). Yang bisa diendus meliputi gelombang komunikasi, data link, radar altimeter, radar cuaca, radar early warning, radar deteksi, peralatan navigasi, transponder IFF (Identification Friend or Foe), GPS, ADSB, dan aneka pancaran gelombang elektromagnetik yang terpancar atau diterima oleh pesawat tadi. Sudah barang tentu drone akan tertangkap dengan mudah oleh Vera, mengingat drone bekerja dengan sistem kendali lewat gelombang radio.
Baca juga: Radar Hanud AWS-2 – Jejak Operasi Kresna Yang Masih Eksis
Prinsip radar pasif yang menggunakan 3-4 peralatan sensor penerima (receiving unit) pada suatu jarak tertentu dengan menggunakan prinsip triangulasi untuk menentukan posisi, ketinggian, kecepatan dan arah pergerakan sasaran yang di deteksi. Vera-NG dapat menjadi alat deteksi, alat analisis, dan pengumpul data elektronis. Bisa menjadi alat Electronic Intelligent, Electronic Support Measures, dan Signal Intelligence.
Keuntungan menggunakan radar pasif adalah antara lain mampu mendeteksi sasaran secara tiga dimensi pada jarak 400-600 km tanpa diketahui sasaran (senyap) karena tidak memancarkan sinyal radar, mampu juga mendeteksi emisi di daratan dan lautan secara senyap, handal terhadap jammer, bekerja secara rahasia, relatif murah dan mudah dirawat, mudah diintegrasikan, mudah dilakukan alih teknologi, serta sangat ampuh bila digabungkan dengan sensor radar pertahanan udara aktif yang sudah ada. Dengan pola pasif, maka sistem Vera-NG tidak akan mampu dibidik oleh rudal anti radiasi yang punya target menghajar sistem radar.
Kemampuan pertahanan udara yang mengandalkan radar aktif akan sangat terdongkrak dengan dilengkapi sistem radar pasif, sehingga tidak saja pesawat konvensional bisa lebih mudah tertangkap radar namun juga pesawat non konvensional berkemampuan stealth, termasuk pesawat tanpa awak dan rudal jelajah bisa terdeteksi dan bisa dilumpuhkan sedini mungkin.
Malaysia Duluan
Disebut sebagai Silent Sentinel, Kementerian Pertahanan Malaysia telah mendatangkan sistem radar Vera-E dari Republik Ceko senilai RM72,5 juta. Penandatanganan kontrak dilakukan pada tahunn 2007, dan sejak tahun 2010 sistem Vera-E telah tiba di Malaysia. Dibandingkan Vera-NG, maka Vera-E hadir dengan sistem tiang antena lebih tinggi, ini menjadikan Vera-E mampu mengendus sasaran dari jarak 450 km.
Baca juga: Airbus Defence and Space Perkenalkan Teknologi Counter Drone (UAV)
Bagaimana dengan Indonesia? Kabarnya proposal Vera-NG tengah dikaji, jika nantinya Vera-NG hadir di Indonesia maka besar kemungkinan sistem pendeteksi canggih ini akan ditempatkan di kawasan Pulau Natuna. Meski serba canggih, sistem Vera-NG bakal dibuat ‘mati kutu’ apabila pesawat penyusup melakukan radio silence. Mode radio silence pernah digunakan TNI AU dalam Rajawali Flight C-130 Hercules saat babak awal Operasi Seroja di Timor Timur. (Haryo Adjie)
@uling
arsenal pespur sukhoi sprt air 2 air missile r27, r73 & r77 serta arsenal mi-35 macam atgm spiral yg kita punya jg bikinan ukraina
armament & arsenal serta elektronik & sensor bikinan rusia memang 11-12 dgn rusia
selain rusia ada jg negara lain yg punya kapabilitas yg sama dgn ukraina yg bisa bikin alusista russian platform sprt belarusia, cina & polandia berkat kebaikan obral teknologi murah meriah jamannx si gendut alm boris yeltsin
@ayam jago
Israel kok gak ikut nawarin bang…padahal elta punya dagangan bagus kan?
@uling
bicara kapabilitas counter stealth memang israel punya paket komplet. dari radar pasif, uhf, l-band & c-band.
bicara ttg acquirition & imtegration cost, price per performance ratio hingga transfer of technology tetap tdk ada negara yg lbh baik drpd israel
saya sendiri tdk tahu kenapa solusi israel sama sekali tdk dilirik. nyatanx negara timteng macam saudi, qatar & uea walau tdk punya hubungan diplomatik dgn israel brani beli alutsista israel tp perlu negara perantara. contohnx iron dome
@UP
padahal ada barang made in Jews yg ada di indonesia.
1. Galil Galazt
2.IaI Heron UAV
3. UZI.
@franco
Sebenarnya dari dulu sdh ada…misalnya sensor FLIR yang terpasang pd salah satu B737 surveiller. Waktu indodefence kemarin diberitakan pindad menjalin kerjasama perangkat optik dg meprolight, belakangan teken kontraknya dg “perusahaan yunani”
@franco
ada alutsista israel yg menjadi incaran. yg merekuest tdk tanggung2 yaitu trio ring 1 ibukota yaitu paspampres, kodam jaya & kopassus. yg jelas hybrid, prnh dibahas di indomiliter srta dimiliki 2 negara asean yaitu singapura, vietnam plus india
Sok teu lapor dong ke kpk kalo ada yg korup biar nga cuap2 doang
Buktinya udah banyak om,… Xixixixix
Anak Ingusan bau kencur
bakal bersaing sama ukraina yg sdh duluan sodorkan proposal bhk prnah dikunjungi tni au
@ayam jago
Yang punya ukraine kenapa antene receivernya gede banget ya bang, kayak buatannya rusia…?
paling2 nunggu hibah,kalau ada negara yg kasihaaaannnnn,,,hkhkhkhkh,,,,,
Orang yang menganggap remeh bangsanya sendiri sama dengan penghianat.
Manusia yg hidup seperti parasit.
wah pengacau ber IQ jongkok dari sebelah nih
Hahaha,,,
La anda sendiri, apa udah jenius?
Yuk mari bersalawatan agar dijauhkan dari prasangka buruk
yang perlu di ingat adalah Radar ini radar PASIF
F-22 dan F-35 mampu menyerang target tanpa radar / radio emisi lainnya
hanya mengandalkan GPS dan data pasif satelit saja, yang notabene keduanya juga PASIF
yang paling baik adalah Indonesia segera mengembangkan Network Centric yang didalamnya juga terdapat Low-Band Active radar
maaf, mencoda sedikit melengkapi..yang lebih baik adalah mengkombinasikan seluruh teknologi yg tersedia dan tidak berfokus hanya pada satu teknologi.
Kalo dengan yg di punyai maloy bagusan mana serinya VERA-NG atau VERA-E
secara fitur relatif sama, tapi Vera-E dengan menara antena lebih tinggi dapat mendeteksi lebih jauh.
Lagi2 ketinggalan…tdk pernah berlari di depan…
@admin
Biarpun melakukan radio silence tapi bukan berarti tidak bisa dilacak toh oom?
Karena pesawat tetap perlu bernavigasi dg mengaktifkan radio altimeter, gps, dsb…
Saat menjalankan radio silence tentu bisa dilacak dengan radar konvensional (radar aktif).
@admin
Heeeee…maaf oom, maksud saya begini: Si Vera atau alat merek lain yang serupa, cara kerjanya sama yaitu dg memantau seluruh transmisi elektromagnetik dan transmisi komunikasi dalam rentang frekuensi yang lebar.
Pesawat yang ingin menyamarkan keberadaannya (akan menyusup ke teritori negara lain utk mengebom target misalnya) akan menekan sebanyak mungkin transmisi eletromagnetik&komunikasi ketika sdh mendekat ke sasaran (pesawat stealth-pun melakukan hal yang sama), misalnya dg teknik radio silence, mengaktifkan radar dg singkat kemudian mematikan lagi, mematikan seluruh lampu navigasi dsb…tetapi pesawat tsb tidak benar2 bisa menonaktifkan seluruh transmisi elektromagnetik yang dimilikinya, karena ia perlu bernavigasi spy terbang dg aman dan tepat menuju sasaran. Paling tidak radio altimeter, update data gps, mengaktifkan alat lantirn atau melakukan transmisi datalink masih tetap berlangsung.
Jadi sekalipun dia radio silence, tapi emisi elektromagnetik yang lain (walopun minimal) tetap masih bisa dideteksi oleh Si Vera ini…tentu saja jangkauan deteksi jadi melorot, tidak seperti ketika mendeteksi pesawat yang mengaktifkan seluruh emisi elektromagnetik&komunikasi radio sekaligus
@uling putih: kalau masih menggunakan perangkat navigasi yg sifatnya elektronik bukan radio silence dong om namanya. Semua dimatikan, jadi hanya pakai radar moto dan kompas seperti pesawat jaman PD1/PD2. Kalau sekarang mungkin bisa sesekali dibantu pakai GPS android untuk membantu navigasi.
Xixixixi
@sigma lover
Eya, kan udah disebutin…bacanya cuma sepotong2 siy
Boleh juga nih diakuisisi utk ditempatkan di Natuna, Kupang dan Biak. Indonesia harus mempertimbangkan utk membeli ini.
kalah lagi sama si malay
Alutsista Indonesia masih jauh dari siap perang antar negara . Karena mental petinggi kita masih menganggap takkan ada perang dalam waktu dekat. Banyak bukti yang bisa disebut ,contoh nyata apa kita sudah membekali Wahana perang kita dengan senjata mumpuni? Jawabnya belum ,kapal canggih sekelas sigma saja masih di pasangkan meriam manual anti serangan udara .Nggak terbayang betapa susahnya si prajurit mengarahkan meriamnya ,kemudian membidik dalam kapal yang terus bergerak dalam gelombang laut . Baru mau membidik sasaran sudah menjatuhkan bomnya dan berlalu . Artinya kita belum serius mendandani alutsista untuk perang . Hal ini berbanding terbalik dengan Malay ,walau jumlah alutsistanya jauh di bawah Indonesia tapi wahana perang mereka di lengkapi dengan komplit .Contoh Sukhoi mereka di lengkapi dengan Jammer Advance SAP-518 KNIRTI, mereka juga sudah lama beli vera e. Jadi sebelum paradigma /cara pandang petinggi kita belum berobah jangan harap kita akan punya senjata gahar . Cara pikir kita masih mengedepankan alih tehnologi dan kalau bisa jadi pengexport senjata. Beli senjata bukan lagi untuk persiapan perang ..karena katanya ..perang masih jauuuuuh.
Pola pikirnya pejabat kita adalah UANG / korupsi
Itulah kenapa alutsista kita banyak jenisnya dan rata rata tidak utuh
masing masing pejabat minta dikasih JATAH
Komentar ente aneh bung. Ente jd manusia yg naif. Ente anggap prajurit Indonesia sangat lemah dan peralatan tempur kita ga ada ap2nya. Ente sudah pernah bincang2 belum dengan prajurit TNI kita. Ente kalo tidak tau apa2 tolok di simak aja. Ente tau ga ke jadian Natuna sebenernya. Ente tau ga kapal selam China sudah ditenggelaman didasar laut Natuna.
maklum bung komerat, armada kita saat ini masih menyukai gado gado yg merugikan.
@KOPLAX , Anak ingusan bau kencur tahu apa
Komentar anda ngak nyambung sama sekali
Pantas kalau disebut KOPLAX