Upgrade Alutsista, TNI AL Pilih Kanon Type 730 Untuk KRI Sampari 628 dan KRI Tombak 629
|Meski hubungan RI – RRC sempat panas gara-gara insiden di Perairan Natuna pada 19 Maret lalu, namun kejadian tersebut sepertinya tak membawa pengaruh pada urusan pembelian alutsista. Justru kabar terbaru, alutsista TNI AL kembali akan diperkuat sistem senjata kanon CIWS (Close In Weapon System) Type 730 untuk dipasang pada dua unit KCR (Kapal Cepat Rudal) 60 Sampari Class.
Baca juga: KRI Sampari 628 – Generasi Pertama KCR 60 TNI AL
Pilihan untuk mengadopsi kanon reaksi cepat tujuh laras buatan Norinco, Cina, didapat dari kutipan berita di situs Janes.com (18/4/2016). Pemilihan kanon Type 730 oleh TNI AL berlangsung pada ajang DSA (Defence Service Asia) 2016 yang berlangsung 18 – 21 April di Kuala Lumpur, Malaysia. Dua KCR 60 yang bakal dicangkok kanon Type 730 adalah KRI Sampari 628 dan KRI Tombak 629. Sebagai informasi, selain dua kapal perang tersebut, TNI AL sudah mengoperasikan KCR 60 lain, yaitu KRI Halasan 630. Dan kini PT PAL sedang dalam proses penggarapan empat unit KCR 60 lainnya.
Baca juga: [Polling] Fearless Class RSN – Lawan Tanding Terberat KCR60 Class TNI AL
Sedari awal KCR 60 memang dibangun dengan asupan teknologi dari Negeri Tirai Bambu, sebut saja dalam penggunaan rudal anti kapal C-705. Bahkan untuk empat unit KCR 60 yang sedang dalam proses pembangunan, akan didapuk menggunakan CMS (Combat Management System) dari Cina. Dengan pola CMS dan sistem senjata rudal yang juga buatan Cina, maka bisa ditebak untuk senjata utama di haluan juga akan mengerucut pada produk buatan Cina.
Baca juga: Dibekali Combat Management System dari Cina, PT PAL Mulai Garap Empat KCR 60 Terbaru
Baca juga: C-705 – Rudal Pamungkas Andalan Kapal Cepat TNI AL
Sejak diluncurkan, tiga unit KCR 60 yang kini beroperasi masih memakai kanon ‘sementara’ jenis Bofors 40 mm yang dilengkapi kubah. Dalam rancangan awal, KCR 60 dipersiapkan untuk dipasangi meriam kaliber 57 mm. Dengan keputusan penggunaan Type 730 pada KCR 60, maka ini menjadi generasi kapal cepat TNI AL yang sudah dipangi kanon CIWS. Sebelumnya KCR 40 Clurit Class sudah dipasangi CIWS AK-630, kanon enam laras dengan kaliber 30 mm.
TNI AL sendiri sudah cukup mengenal kanon Type 730, pertama kali jenis senjata ini dipasang pada korvet Parchim Class KRI Sultan Thaha Syaifuddin 376. Sayangnya belum ada informasi lanjutan, apakah Type 730 akan dipasang pada Perchim Class TNI AL lainnya, mengingat kanon yang kini terpasang AK-230 sudah sangat usang.
Baca juga: Type 730 – Kanon CIWS Tujuh Laras Andalan Korvet Parchim TNI AL
Video: Penembakkan Kanon CIWS Type 730 dan Chaff dari KRI Sultan Thaha Syaifuddin 376
Dengan kendali radar, Type 730 tampil sebagai kanon yang sadis. Dengan kendali elektrik dan hydraulic driven, Type 730 maksimum bisa mengumbar 5.800 proyektil dalam satu menit. Jelas urusan daya hancur dan kemampuan mengentikan laju rudal anti kapal pun meningkat drastis. Jarak tembak efektif kanon ini mencapai 3.500 meter. Jenis amunisi yang digunakan mulai dari armour-piercing discarding sabot (APDS), high explosive incendiary (HEI) dan target practice (TP) untuk latihan. Menurut rilis, sasaran yang melesat hingga kecepatan Mach 2 masih dapat ditangkal Type 730. Jumlah stok amunisi yang siap digunakan adalah 1.000 peluru. (Gilang Perdana)
admin blog anda bgus sekali,,sya mau request aja ,,mohon bang admin bikin artikel tentang perlengkapan individual standar personel tni kayak senjata laras panjang/pendek rompi anti peluru helm ,night sight,thermal sight, combat knife,sistem komunikasi klo perlu sampe ransumnya sekalian,hehehe saya tunggu min
Terima kasih Bubg Ahdi 🙂 Untuk request yang dimaksud akan kami pertimbangkan. Sebagian untuk senjata laras panjang sudah pernah kami kupas.
Joozz daah…
Sensor optiknya kok gak kelihatan min.? diletakkan dimana posisinya.?
@bang ruskie jkgr
Pd sultan taha, sensor radar dan el-op diletakkan diatap anjungan (gbr.no.1)…nanti pd kcr-60 mungkin peletakannya bisa berbeda, tergantung ciwsnya diletakkan dihaluan atau buritan.
Yang pasti dimanapun peletakan ciws, peletakan sensornya harus pada posisi yang paling lega spy memiliki cakupan pengawasan yang luas.
Sayang sekali beli senjata tidak seragam, padahal Sigma 10514 dan TNI AU sudah menggunakan Rheinmetall Millenium 35 mm, yang notabene sama sama CIWS, padahal sangat mungkin Jerman memberi lisensi dan TOT jika dibeli borongan atas nama Kemhan …
@Tatp95t, koleksinya memang makin banyak 🙂 bahkan TNI AL juga sedang mempersiapkan penggunaan kanon OTO Melara 30mm untuk KRI Cakalang 852 – http://www.indomiliter.com/oto-melara-30mm-rahasia-kecanggihan-kanon-andalan-kri-cakalang-852/
Saya hanya menghindari alasan klasik, tidak adanya suku cadang dan dukungan dari principal, sudah seharusnya dipikirkan platform tunggal untuk CIWS dan senjata senjata lain yang multifungsi dan multipaltform untuk 3 matra sekaligus, misal seperti keluarga senapan SS Pindad yang justru jadi kebanggan kita sekarang ….
CIWS terserah pakai millenium jerman, M230 rusky, 730 china atau oto melara italy ga masalah, tetapi beli borongan, TOT radar, motor penggerak, senapan dan peluru diproduksi lokal, penggunaan di kapal, lanud, barak zeni AD dll, maka terhindar dari masalah klasik diatas …
Tapi kalo boleh milih saya maunya oto melara, biar sekalian TOT 76 mm dan 120 mm nya, buat KRI kita biar stroonngggg …..
min, katanya kita udah punya lisensi untuk jenis senjata ini, bnr nya?
Untuk Type 730? belum ada lisensi2an mas
@mimin
ada TOT nya enda……?
ToT utk Type 730 belum kelihatan, belinya juga sedikit dan ngeteng, yang jual rugi hehehe
Ne mantap langsung nyembur.
bolehlah tuh
Yang kri630 kok gak sekalian?ra
Budgetnya mungkin kurang mas 🙂
@ admin
bila dibandingkan dengan CIWS Phalank 20 mm, lebih bagus mana min?