Upayakan Rengkuh Superioritas Udara, AS Berencana Hadirkan Rudal Hanud Jarak Sangat Jauh di Tahun 2050
|
Sebagai negara Adikuasa, AS melalui Angkatan Udaranya tiada henti ‘melengkapi’ koleksi armadanya. Salah satu yang paling visioner dan memungkinkan AS untuk bertahan dan menggempur musuh adalah rencana pengadaan rudal pertahanan udara (hanud) yang mampu menargetkan musuh dari jarak yang sangat jauh. Diklaim, rudal hanud ini mampu menghantam target dari jarak lebih dari 1.600 km.
Rencana strategis ini diperkirakan akan menjadi bagian dari Angkatan Udara AS pada tahun 2050 mendatang, di mana kehadiran rudal hanud ini dapat memberikan dukungan militer terhadap forward-based airfields yang dapat dengan mudah ditargetkan oleh musuh. Terlebih, Angkatan Udara AS seolah paham betul bahwa perkembangan militer Cina sangatlah pesat dan kemungkinan akan lebih tidak tertandingi di tahun 2025 kelak.
Melansir dari laman twz.com, sebuah laporan menyebutkan bahwa kebebasan operasi udara militer AS kini tengah terkikis. “Terhadap tantangan kecepatan, Konsep Perang Gabungan saat ini sudah berasumsi bahwa, di wilayah udara yang sangat diperebutkan, superioritas udara hanya dapat dicapai secara episodik melalui operasi terputus-putus (pulsed operation).”

Berkaca dari laporan tersebut, pihak AS nantinya akan lebih sulit untuk membangun kendali udara baik secara defensive maupun offensive jika tidak mulai mengembangkan rudal hanud jarak jauh sedari sekarang. Sederhananya, pihak AS mengincar perluasan jarak serang guna meningkatkan efisiensi terhadap target darat, laut dan udara agar bisa mempertahankan superioritas udara.
Mengenai rudal hanud jarak super jauh ini, salah satu cara yang mungkin akan digunakan pihak AS agar rudal dapat merengkuh jarak hingga ribuan kilometer adalah dengan menggunakan motor roket multi-tahap serta air-breathing engine seperti ramjet.
Sebagai pembanding, rudal udara-ke-udara AIM-120 AMRAAM type D longer-range yang digunakan Angkatan Udara AS umumnya bisa mengenai target dari jarak sekitar 161 km. Sedangkan Rusia mengklaim bahwa sistem rudal permukaan-ke-udara S-400 yang dimilikinya mampu menyerang target dari jarak sekitar 402 km, atau S-500 Prometheus yang diklaim Rusia mampu merengkuh jarak maksimal hingga hampir 600km.

Agar rencana AS dalam menghadirkan rudal hanud jarak super jauh ini bisa terwujud, militer AS akan mengikut-sertakan konstelasi satelit yang akan ‘menuntun’ rudal untuk tiba di tujuan. Nantinya rudal ini akan dipandu menuju targetnya melalui lapisan pelacakan berbasis ruang angkasa yang terdiri dari ratusan atau bahkan ribuan satelit yang melintasi dunia.
Namun rencana AS untuk melibatkan konstelasi satelit kembali menghadapi hambatan setelah diketahui Cina telah memperluas arsitektur sensor berbasis ruang angkasanya secara drastis, termasuk untuk tujuan penargetan jarak jauh. Menanggapi hal ini, Pentagon semakin menyuarakan kekhawatirannya tentang jaringan satelit intelijen, pengawasan, dan pengintaian Cina yang berkembang pesat yang, “dapat mendukung pemantauan, pelacakan, dan penargetan pasukan AS dan sekutu di seluruh dunia, terutama di seluruh kawasan Indo-Pasifik.”
Lalu, langkah apa yang akan diambil Negeri Paman Sam ke depan guna meningkatkan superioritas udara di masa yang akan datang? (Nurhalim)
Dari Foto Satelit, Sejumlah Sistem Rudal Hanud S-400 Rusia Diduga ‘Terjebak’ di Lanal Tartus
Gandeng DARPA selain tander dengan kontraktor pertahanan ternama, baru unggul di atas kertas (rencana) pelaksanaan programnya tetap harus hitung-hitungan biaya yang hendak dikeluarkan, era 2050 kelak kemungkinan besar senjata otonom, senjata laser dan rudal balistik hipersonik akan lebih mendominasi arsenal militer