Update Drone KamikazeKlik di Atas

Untuk Pertama Kali, Eurofighter Typhoon Jerman (Luftwaffe) Lakukan Pendaratan Taktis di Jalan Raya

Untuk pertama kalinya, Angkatan Udara Jerman (Luftwaffe) berhasil melakukan manuver taktis berupa lepas landas dan mendarat di jalan raya dari lokasi di luar teritorial Jerman. Tiga jet tempur Eurofighter Typhoon dari 71st Squadron of the Richthofen Tactical Air Force milik Angkatan Udara Jerman telah memamerkan kemampuan baru dengan mendarat di jalan raya di Finlandia. Prestasi luar biasa ini menempatkan jet tempur Eropa ini setara dengan F-35 Lightning II, Gripen, dan F/A-18, yang sebelumnya telah membuktikan kemampuan tersebut.

Baca juga: Lakukan “hotpit refueling,” Jet Tempur F-35A Norwegia Take-off dan Landing di Jalan Raya Finlandia

Pendaratan pertama Eurofighter yang bersejarah di jalan Finlandia terjadi pada tanggal 4 September selama latihan pendaratan tahunan di jalan raya di Baana, Finlandia. Media Jerman dengan tepat mencatat, “Belum pernah sebelumnya jet tempur angkatan udara mendarat di jalan pedesaan.”

Keuntungan taktis dari pendaratan Eurofighter Jerman di jalan raya sangat besar, terutama dalam konteks peperangan modern di mana pangkalan udara menjadi target utama. Dalam serangan potensial, musuh sering kali membidik instalasi tetap ini untuk melumpuhkan kemampuan udara.

Dengan memungkinkan Eurofighter Typhoon mendarat di jalan biasa, Angkatan Udara Jerman dapat menyebarkan pesawatnya di beberapa lokasi, sehingga lebih sulit dideteksi dan dihancurkan. Desentralisasi ini meningkatkan kemampuan bertahan armada, memastikan bahwa Jerman dapat mempertahankan superioritas udara bahkan jika pangkalan udara utama dikompromikan.

Fleksibilitas operasional merupakan manfaat penting lainnya. Dalam situasi konflik di mana pangkalan udara rusak, tidak dapat diakses, atau terancam, Eurofighter dapat menggunakan jalan raya atau jaringan jalan lain sebagai landasan pacu darurat.

Kemampuan ini memungkinkan pilot melanjutkan misi mereka dari tempat yang jauh atau kurang rentan, memfasilitasi perubahan cepat dalam operasi berdasarkan kondisi medan perang yang terus berkembang. Kemampuan beradaptasi seperti itu penting untuk mempertahankan operasi udara dalam skenario yang tidak dapat diprediksi atau berintensitas tinggi.

Fleksibilitas ini memungkinkan penyebaran kekuatan udara yang lebih cepat ke garis depan. Dengan mendarat dan beroperasi lebih dekat ke zona konflik, Eurofighter Typhoon dapat mengurangi waktu transit antara pangkalan dan area misi mereka, meningkatkan kemampuan mereka untuk menanggapi ancaman yang muncul. Baik untuk memberikan dukungan udara jarak dekat bagi pasukan darat atau memperkuat pertahanan udara, kemampuan untuk mendarat di jalan raya memberikan keunggulan strategis dalam beradaptasi dengan tuntutan medan perang yang terus berubah.

Selain itu, pendaratan di jalan raya melengkapi konsep operasi udara yang tersebar, sebuah pendekatan yang dianut oleh beberapa strategi pertahanan Eropa. Ketika landasan udara terganggu atau tidak tersedia, penggunaan jalan raya sebagai zona pendaratan meminimalkan hambatan logistik dan memastikan operasi udara yang berkelanjutan.

Strategi ini mengurangi kebutuhan akan infrastruktur yang luas, yang memungkinkan pengisian bahan bakar dan persenjataan ulang di berbagai lokasi yang tersebar. Fleksibilitas tersebut meningkatkan ketahanan dan kemampuan Angkatan Udara Jerman untuk melakukan operasi tempur di lingkungan yang diperebutkan.

Militer Jerman memandang kemampuan Eurofighter untuk mendarat di jalan raya sebagai manfaat strategis yang penting. Pejabat dari Angkatan Udara Jerman menyoroti bahwa fitur ini meningkatkan fleksibilitas militer nasional, memastikan operasi pesawat bahkan jika landasan pacu tradisional terganggu selama konflik.

Eurofighter Typhoon membutuhkan panjang landasan pacu yang bervariasi tergantung pada beberapa faktor seperti berat muatan, kondisi cuaca, dan ketinggian landasan. Dalam kondisi normal, Eurofighter Typhoon membutuhkan sekitar 700 hingga 900 meter landasan pacu untuk lepas landas. Jika jet tersebut membawa muatan penuh seperti senjata atau bahan bakar tambahan, panjang yang dibutuhkan bisa lebih besar, mendekati 1.200 meter.

Saat mendarat, Eurofighter Typhoon memerlukan sekitar 700 hingga 750 meter landasan pacu. Penggunaan aerodynamic braking dan airbrake (rem udara) membantu mengurangi kecepatan setelah menyentuh landasan, sehingga jarak yang dibutuhkan untuk berhenti menjadi lebih pendek.

Sebagai catatan, Eurofighter Typhoon dilengkapi fasilitas drag chute (parasut pengereman). Drag chute adalah parasut yang dikeluarkan segera setelah pesawat menyentuh landasan untuk memperlambat laju pesawat dengan cepat, memanfaatkan gaya hambat udara. Dengan penggunaan drag chute, jarak yang dibutuhkan untuk berhenti bisa berkurang hingga 40-50% dibandingkan tanpa drag chute. (Gilang Perdana)

Gelar Satu Skadron Gripen Ke Pangkalan Aju, TNI AU Hanya Butuh Satu C-130 Hercules