Untuk F-16 C/D Block 52ID TNI AU, Pilih Sniper ATP atau LITENING pod?
|Mike Pence, orang nomer dua dari Negeri Uwak Sam baru saja meninggalkan Indonesia setelah melakukan kunjungan kenegaraan selama tiga hari. Diantara banyak hal yang menjadi topik pembicaraan dengan pemerintah RI adalah pada sektor pertahanan, khususnya pengadaan alutsista. Selain dalam waktu dekat TNI akan menerima kedatangan helikopter serbu AH-64 Apache, masih ada sisa lima unit F-16 C/D Block 52ID yang akan tiba akhir tahun ini. Tentang armada F-16 C/D, pemerintah RI terbilang serius untuk melengkapi Sang Elang Penempur dengan jenis rudal terbaru dan sensor mutakhir.
Baca juga: 7 Poin Peningkatan Kemampuan Pada Radar AN/APG-68 Jet Tempur F-16 C/D Block 52ID
Di lini rudal udara ke udara, F-16 C/D Block 52ID akan dibekali rudal AIM-120 AMRAAM (Advanced Medium Range Air to Air Missile), rudal AIM-9X Sidewinder, dan rudal udara ke permukaan AGM-65K2 Maverick. Keberadaan rudal ini dipercaya mampu mensejajarkan TNI AU dengan kekuatan tempur AU Singapura yang telah lebih dulu mempunyai rudal-rudal tersebut. Tidak itu saja, kabarnya F-16 C/D Block 52ID juga akan dilengkapi sensor canggih untuk intai dan penjejak ground target di segala cuaca. Nah, bicara tentang sensor ini, menurut dokumen FMS (Foreign Military Sales) Departemen Pertahanan AS, terungkap dua opsi sensor yang bisa dipilih, yakni Sniper Advanced Targeting Pod dan AN/AAQ-28(V) LITENING pod.
Baca juga: Pengadaan AIM-9X Sidewinder Block II Untuk Indonesia Akhirnya Mendapat Titik Terang
Meski punya fungsi yang serupa dan mengandalkan teknologi laser dan FLIR (Forward Looking Infrared), kedua sensor intai dan penjejak ini berkompetisi di pasaran. Sniper Advanced Targeting Pod diproduksi oleh Lockheed Martin, sementara dan AN/AAQ-28(V) LITENING pod diproduksi Northrop Grumman. Keduanya dibesut oleh manufaktur kondang dalam jagad alutsista, tentu selain nantinya akan berpulang ke urusan harga, kompabilitas juga masih perlu dikaji, khususnya pada Sniper Advanced Targeting Pod (ATP), pasalnya tidak semua F-16 bisa pas dipasangi Sinper ATP, yakni hanya bisa digunakan pada F-16 Block 30/40/50. F-16 C/D Block 52ID meski sudah di upgrade dengan kemampuan setara Block 50, namun mainframe-nya adalah Block 25. Tapi jika mengacu pada rilis yang dipaparkan pihak Dephan AS, mestinya Sniper ATP sudah kompatibel dengan F-16 C/D Block 52ID. Tentang Sniper ATP, Indomiliter.com telah mengupas detail pada artikel terdahulu.

AN/AAQ-28(V) LITENING pod bisa dibilang lebih kondang namanya ketimbang Sniper ATP. Dalam pengembangan varian-variannya, LITENING pod juga mendapat sokongan dari perusahaan Israel, Rafael Advanced Defense Systems. LITENING terlahir sebagai pod sensor pertama yang menggabungkan antara kemampuan penginderaan berbasis teknologi IR (Infra Red), navigasi, dan pemandu bom pintar ke sasaran, yang didesain untuk memampukan pesawat pembawanya beroperasi siang dan malam. LITENING mengusung sistem FLIR, laser designator, laser spot designator, navigasi berbasis GPS, dan kamera dengan sensor CCD (Charged Coupled Device) resolusi tinggi.
Gabungan tiga sensor ini memampukan pesawat tempur untuk mengenali sasaran darat dari ketinggian 40.000 kaki (setara 12.000 meter) dan menyorotnya dengan laser pengarah sehingga bom berpemandu laser bisa mengikuti tuntunan laser tersebut. Tak hanya laser dari pesawat tempur pembopong, LITENING juga dapat mengenali sorotan sinar laser (laser spot designator) yang ditembakkan oleh pasukan khusus, sehingga pesawat dengan LITENING dapat mengantarkan serangan presisi yang menjadi tipikal operasi pasukan khusus.
Baca juga: Camera Pod Vicon 70 – Ujung Tombak Operasi Pemotretan Udara Jet Tempur TNI AU
LITENING menyediakan tiga FoV (Fields of View) atau moda tampilan, lebar, sedang, dan sempit sesuai kegunaan. Tampilan dari tangkapan sensor kamera atau FLIR disajikan langsung ke salah satu display MFD (Multi Function Display) yang ada pada panel kokpit. FoV lebar dapat digunakan untuk scanning permukaan darat dan udara, sedang dan sempit dapat digunakan apabila sasaran di darat telah diperoleh dan sedang dijejak untuk misi pengeboman.
Seperti halnya Sniper ATP, kamera FLIR dapat diarahkan ke depan untuk fungsi sekunder menjejak emisi panas dari exhaust pesawat lawan yang tengah terbang, sehingga deteksi dapat dilakukan secara pasif tanpa menyalakan radar. Sejauh ini, Northrop Grumman sudah mengembangkan beberapa varian LITENING, mulai dari LITENING II/ER (resolusi kamera lebih tinggi)/AT (jarak deteksi lebih jauh dan sistem datalink yang lebih fleksibel), LITENING G4 dengan jarak pengenalan dan kualitas gambar dengan prosesor dan sensor yang lebih baik.
Mau tahu berapa harga satu unit AN/AAQ-28(V) LITENING pod? Sumber Wikipedia.org menyebut per unitnya dibandrol US$1,4 juta. Sementara Sniper ATP dijual lebih mahal, yaitu per unit US$1,6 juta. Mengingat perannnya yang strategis, targeting pod menjadi sensor yang mutlak melengkapi kekuatan tempur F-16 TNI AU. (Sam)
ada berita d angkasa, 2 su27 TNI yg dikirim k belarus,..akan dilengkapi jamming pod,..min tolong bahas soal ini donk,..jenis pod yg akan dipasang apa…dibandingkan ama punya malaysia d su mkm mrk…
pod targeting atau litening pod untuk nembak didarat untuk nembak siapa .. mending beli IFF Bird Slicer buat identifikasi pesawat kawan atau lawan dan pitensi jenis pesawat lawan yg akan dihadapi daripada pake darto ( radar moto ) .. IFF pernah di bahas admin bs memberi informasi yg akurat tentang obyek tak dikenal di radar , sebelum bs melihat secara visual apa dan siapa pesawat yg akan di intercept .. beli rudal Aim 120 AMRAAM , sidewinder aim9x tampa iff bird slicer akan percuma , tanpa tau jarak dan jenis pesawat apa yg akan ditembak kalo harus mendekat dulu paje darto baru ditembak .. 90km sebelumnya udah di rudal pesawat f16 kita
baca koment saya ke atas .F16 kita sudah punya IFF .
kalau dari harga…sebaiknya ambil yang Lightning…namun infonya AU lebih tertarik dengan ATP…apa karena untuk menghindari faktor politis terhadap israel ya ?
@mazandrie Ah senjata buatan israel di TNI ada aja tuh… dri senapan serbu ampe drone ampe retrofit alutsista jadul marinir
Jadi tambah gahar dong f16 TNI AU….
Bung” sekalian ada yg tahu jml sniper targeting pod dibeli? Apakah cm 6?
Admin saya masih penasaran dengan tidak adanya birdslincer di F16 A/B seperti yang ditulis di tred postingan lalu : http://www.indomiliter.com/iff-bird-slicer-absen-di-f-16-fighting-falcon-tni-au/
Setelah saya ubek ubek saya nemu F16 A/B Indonesia ternyata sudah dilengkapi dengaan IFF dengan type APX101. Dan F16 Thailand dilengkapi oleh pabrik yang sama Northrop Grumman yaitu APX 101(V).
https://www.forecastinternational.com/archive/disp_pdf.cfm?DACH_RECNO=400
jelas ditulis dibeli oleh Indonesia untuk F16A/B . Tapi yang jadi pertanyaan kenapa tidak ada antenna seperti Birdslicer di F16 TNI sementara di F16 Thailand ada ?.
Mesir juga punya F16 tapi kemudian mencopot IFF punya barat di F16 mereka dan menggantinya dengan IFF punya rusia . alasannya karena punya pespur lain punya Rusia . Menarik apa yang dilakukan Mesir itu kalau dikaitkan dengan Indonesia yang juga punya pesawat rusia .Mungkinkan kita tiru cara Mesir ,apa untung ruginya ?.
Mohon dijawab Bung Admin karena ini sudah jadi polemik dimana-mana .Sebelumnya Terima Kasih .
@thekomerat: Yang disebut memang benar, IFF non bird slicer memang sudah ada di F-16. Kasus yang ada di Mesir sepertinya menarik dijadikan perbandingan dgn di Indonesia, secara IFF di F-16 yang ada saat ini “hanya” bisa mendeteksi Sukhoi kawan sebagai “lawan” di udara.
Yg ikut rombongan pence kemarin kan LM, jadi dah jelas lah mana yg dipilih….
benda-benda seperti ni yang bikin mahal itu bukan fisiknya tapi ilmunya, manusia pembuatnya yang kesemuanya terangkum dalam istilah RnD.