Update Drone KamikazeKlik di Atas

Untuk 10 Yonif Mekanis, India Rencana Akusisi 530 Unit Ranpur Stryker 8×8, Termasuk Peluang Produksi Secara Lokal

Dikenal menguasai produksi alutsista berat, maka bukan perkara sulit bagi India untuk memproduksi kendaraan tempur (ranpur) lapis baja beroda ban 8×8. Sebagai bukti, India telah memproduksi Kestrel 8×8 buatan Tata Motors. Namun, ada kabar teranyar, bahwa ada potensi India bakal memproduksi panser kondang buatan Negeri Paman Sam, Styrker 8×8.

Baca juga: Pukul Mundur Pasukan Ukraina di Kursk, Untuk Pertama Kali Rusia Menyita APC M1126 Stryker 8×8

Persisnya, pada 6 Januari 2025, Amerika Serikat telah menyetujui proposal yang memungkinkan India menjadi produsen asing pertama ranpur lapis baja Stryker.

Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan menyatakan bahwa inisiatif ini merupakan bagian dari kolaborasi pertahanan yang lebih luas, termasuk amunisi canggih dan teknologi maritim, serta sejalan dengan inisiatif Critical and Emerging Technologies (iCET). Kerangka kerja ini bertujuan untuk memperkuat pengembangan bersama, mendiversifikasi rantai pasokan, dan meningkatkan kemampuan pertahanan regional di Indo-Pasifik.

Ranpur Stryker dengan slat armor.

India dan AS telah merundingkan produksi bersama kendaraan tempur lapis baja Stryker selama berbulan-bulan, dengan Kementerian Pertahanan India yang mempertimbangkan akuisisi 530 unit Stryker untuk kebutuhan sepuluh batalyon infanteri mekanis (Yonif Mekanis).

Seperti lazimnya akuisisi dengan imbal alih teknologi, maka dibutuhkan transaksi awal yang mengharuskan pembelian Stryker langsung dari AS. Untuk akuisisi awal kabarnya akan menggunakan kerangka Foreign Military Sales (FMS), diikuti oleh produksi bersama di India dan pengembangan bersama varian-varian lanjutan, termasuk M-SHORAD.

Stryker Leonidas – Integrasi High Power Microwave Counter Drone di Ranpur Lapis Baja

Sebelum rencana besar itu dapat diwujudkan, maka Stryker perlu dijajal dalam lingkup medan operasi di India, yang mana uji coba Stryker direncanakan akan dilakukan di wilayah dataran tinggi seperti Ladakh timur dan Sikkim, serta lingkungan gurun, dengan fokus pada mobilitas, perlindungan, dan daya serang.

Unit yang diimpor akan menjalani adaptasi lokal agar sesuai dengan medan India yang beragam. Uji coba sangat penting untuk menilai apakah platform tersebut dapat memenuhi kebutuhan operasional India, terutama di daerah pegunungan.

India bermaksud untuk mengganti armada BMP-II Sarath yang sudah tua dan memenuhi persyaratan untuk unit pengintaian dan dukungan serta infanteri mekanis.

Meski Stryker diunggulkan, mamun ranpur ini punya kelemahan dalam kemampuan amfibi, pada hal tersebut merupakn permintaan utama, namun tidak ada dalam varian standar Stryker. Untuk itu, modifikasi kabarnya akan dilakukan, seperti mesin yang disempurnakan untuk operasi di dataran tinggi, sedang dievaluasi.

Kim Jong Un Kepincut Alutsista Buatan AS, Inilah Panser ‘Stryker’ Cita Rasa Korea Utara

Lini produksi Stryker diproduksi oleh General Dynamics Land Systems – Canada (GDLS-C). Dan terkait ini telah menimbulkan kerumitan diplomatik karena ketegangan antara India–Kanada. Pejabat AS terus mengadvokasi produksi bersama dalam peta jalan pertahanan-industri.

Namun, aspek kesepakatan yang belum terselesaikan, termasuk biaya dan pemilihan mitra India, menghentikan negosiasi hingga akhir tahun 2024. Meskipun demikian, diskusi tetap berlanjut, dengan fitur-fitur potensial seperti sistem pertahanan udara jarak pendek dan rudal ant itank yang sedang ditinjau. Pejabat India menekankan pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap kinerja, kompatibilitas medan, dan relevansi strategis.

Negosiasi Stryker mencerminkan hubungan pertahanan AS-India yang terus berkembang, yang ditandai dengan peta jalan Juni 2023 untuk kemitraan industri pertahanan bilateral.

Stryker diperkenalkan pada tahun 2002 sebagai bagian dari program Interim Armored Vehicle, yang dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara unit lapis baja berat dan pasukan ringan yang mudah dikerahkan. Kendaraan ini dirancang untuk Brigade Combat Teams (BCT) untuk meningkatkan mobilitas dan fleksibilitas operasional.

Awalnya dirancang dengan sepuluh varian, Stryker telah mengalami beberapa peningkatan, termasuk integrasi lambung V ganda untuk meningkatkan kemampuan bertahan terhadap alat peledak rakitan (IED). Dinamai berdasarkan dua penerima Medali Kehormatan, kendaraan ini telah menjadi komponen inti BCT berbobot sedang dan telah digunakan di berbagai medan operasi sejak diperkenalkan.

Seperti banyak ranpur lapis baja modern, Stryker dibangun dengan mempertimbangkan modularitas untuk mendukung berbagai peran tempur. Kendaraan ini menawarkan perlindungan dasar terhadap peluru penembus lapis baja 14,5 mm, dengan peningkatan opsional seperti pelindung bilah, ubin pelindung reaktif, dan perlengkapan perlindungan badan kendaraan untuk pertahanan terhadap granat berpeluncur roket dan IED.

Didukung oleh mesin Caterpillar C7 berkekuatan 350 tenaga kuda, kendaraan ini dapat mencapai kecepatan tertinggi 97 km/jam dengan jangkauan operasional 500 km. Persenjataannya meliputi senapan mesin M2 kaliber .50, peluncur granat Mk 19 40 mm, atau, dalam varian yang ditingkatkan seperti Dragoon dengan kanon Bushmaster 30 mm yang dibekali dengan airburst munition capability.

Nah, terlepas dari ketegangan diplomatik antara India dan Kanada, tentu menjadi pertanyaan mendasar, mengapa penjualan Stryker dan kerja sama strategis di dalamnya membutuhkan lampu hijau dari Washington? Untuk lebih jelasnya akan kami bahas dalam artikel selanjutnya. (Gilang Perdana)

Tata Kestrel: Platform Rujukan Untuk Pengembangan Rantis 8×8 Pindad