Update Drone KamikazeKlik di Atas

Umur Mesin Cuma 100 Jam, Shenyang J-6 (MiG-19) Mendapat Julukan “Disposable Fighter”

Shenyang F-6 Bangladesh.

Bila terjadi pecah perang di Semenanjung Korea, maka besar kemungkinan pesawat tempur lawas milik Korea Utara akan ikut ambil bagian dalam serangan masif, pesawat yang dimaksud adalah Shenyang F-6 (versi ekspor dari Shenyang J-6). Bahkan jet tempur varian dari MiG-19 tersebut masih disimpan oleh Angkatan Udara Cina, bukan untuk berduel di udara, melainkan diperankan sebagai ‘drone’.

Baca juga: Seoul Cemas, Korea Utara Konversi 900 Unit Jet Tempur MiG ‘Tua’ Jadi Drone Kamikaze

Nah, dibalik usia panjang umur Shenyang J-6 (MiG-19), tahukah Anda bahwa pesawat tempur yang dulu pernah digunakan TNI AU itu, juga mendapat julukan “disposable fighter”. Terdengar tidak lazim, pasalnya apakah benar J-6 adalah pesawat tempur yang hanya dapat dioperasikan ‘sekali pakai’ lalu kemudian dibuang?

Dari beberapa literasi yang berhasil kami rangkum, Shenyang J-6 disebut sebagai “disposable fighter” karena beberapa alasan utama yang berkaitan dengan strategi, desain, dan penggunaannya oleh Angkatan Udara Cina.

Shenyang F-6 Mesir.

J-6 yang terbang perdana pada 30 September 1959 dan diproduksi dalam jumlah besar (lebih dari 4.500 unit) oleh Shenyang Aircraft Corporation selama periode Perang Dingin, menjadi pesawat tempur yang melimpah di inventaris Angkatan Udara Cina Pesawat ini sering dipandang sebagai aset yang mudah digantikan jika hancur dalam pertempuran, mengingat jumlahnya yang besar dan biaya produksinya yang relatif rendah​.

Dalam strategi militer Cina pada masa itu, J-6 digunakan dalam skenario serangan gelombang besar untuk mengatasi musuh dengan jumlah yang banyak. Konsep ini melibatkan penggunaan pesawat dalam misi yang mungkin hanya sekali jalan, di mana pesawat tersebut tidak diharapkan untuk kembali, atau dioperasikan dengan ekspektasi kerugian yang tinggi demi mencapai keunggulan numerik dan tekanan terhadap musuh​.

MiG-19 TNI AU (d/h AURI) (Foto: Istimewa)

J-6 memiliki teknologi yang lebih tua dan kemampuan tempur yang lebih rendah dibandingkan dengan pesawat tempur Barat pada masanya. Dengan keterbatasan dalam avionik, persenjataan, dan kemampuan manuver, J-6 lebih cocok digunakan dalam peran yang tidak memerlukan kelangsungan hidup tinggi dalam lingkungan ancaman yang tinggi. Ini membuat pesawat tersebut cocok untuk misi “disposable” di mana kerugian yang tinggi dapat diterima.

Umur Mesin Hanya 100 Jam
Alasan lain mengapa J-6 disebut sebagai “disposable fighter” adalah karena persyaratan perawatan yang ketat, termasuk kebutuhan overhaul setelah hanya 100 jam terbang. Ini adalah interval yang relatif pendek dibandingkan dengan pesawat tempur lainnya, yang dapat mengoperasikan interval perawatan yang lebih panjang sebelum memerlukan overhaul.

Tumansky RD-9,
WP-6 (Wopen-6).

Shenyang J-6 menggunakan mesin yang sama dengan MiG-19 Soviet, yaitu mesin turbojet Tumansky RD-9, atau versi lisensinya yang dibuat di Cina, yang dikenal sebagai WP-6 (Wopen-6). Mesin ini adalah turbojet afterburning yang dirancang oleh Uni Soviet dan digunakan pertama kali pada MiG-19.

Mesin RD-9 memiliki daya dorong sekitar 25.5 kN (5,732 lbf) tanpa afterburner dan sekitar 31.9 kN (7,181 lbf) dengan afterburner​. Mesin ini memberikan J-6 kemampuan supersonik yang sama seperti MiG-19, dengan kecepatan maksimum di sekitar Mach 1.3. Kinerja WP-6 sangat mirip dengan RD-9, dengan beberapa modifikasi kecil untuk adaptasi lokal dan proses produksi.

Terkait dengan perannya sebagai drone, oleh Angkatan Udara Cina J-6 juga sering digunakan dalam latihan tempur dan uji coba, termasuk sebagai target drone dalam latihan penembakan udara. Penggunaannya dalam konteks ini lebih menekankan pada disposabilitasnya, di mana pesawat dapat digunakan sebagai target yang dapat dihancurkan untuk melatih pilot dan menguji sistem senjata tanpa dampak signifikan terhadap kekuatan tempur. (Gilang Perdana)

‘Karyakan’ Jet Tempur Tua, Cina Jadikan Shenyang J-6 (MiG-19) Sebagai Drone

One Comment