Ukur Radiasi Pasca Serangan Nuklir, Departemen Energi AS Terima Dua Unit Leonardo AW139 Nuclear Detection
|Tampilan helikopter Leonardo AW139 ini terlihat biasa saja, tak ubahnya dengan AW139 milik Basarnas atau Polri. Namun, Leonardo AW139 bercat biru dan perak ini punya peran yang tidak biasa, yakni diperankan untuk mengukur dan memetakan tingkat radiasi nuklir dari udara. Persisnya dua unit AW139 belum lama ini diserahkan ke armada Departemen Energi Amerika Serikat.
Meski berstatus sebagai helikopter sipil, namun AW139 ini punya rangkaian misi yang sangat serius, mencakup mengumpulkan data penting setelah terjadi serangan atau kecelakaan nuklir. Selain itu, rangkaian misi helikopter ini juga untuk mendukung pelaksanaan survei menjelang acara publik besar, mulai dari pelantikan presiden hingga Super Bowl.
AW139 Nuclear Detection ini hadir untuk menggantikan sepasang helikopter Bell-412 yang punya fungsi serupa dan telah digunakan selama lebih dari tiga dekade. AW139 Nuclear Detection kini menjadi bagian dari armada Aerial Measuring System (AMS) yang lebih besar, yang akan diawasi oleh National Nuclear Security Administration’s (NNSA) Nuclear Emergency Support Team (NEST). Secara historis, satu helikopter AMS berpangkalan di Lanud Andrews dan yang lainnya di Pangkalan Angkatan Udara Nellis di Nevada untuk membantu memposisikan mereka dengan lebih baik saat menanggapi insiden nuklir di kedua sisi wilayah AS.
“Data yang disediakan oleh helikopter dalam armada AMS menjadi ‘pembacaan’ pertama yang dapat digunakan oleh pejabat federal, negara bagian, lokal dan teritorial untuk membuat keputusan penting mengenai kesehatan dan keselamatan,” ujar Kasia Mendelsohn, penjabat Administrator Asosiasi untuk Kantor NNSA. Kontraterorisme dan Kontraproliferasi akan menjadi kemampuan dari hadirnya AW139. “Helikopter baru ini akan meningkatkan kemampuan NEST untuk melakukan berbagai misi keamanan nasional dan keselamatan publik.”
Armada AMS saat ini juga mencakup tiga pesawat turboprop bermesin ganda Beechcraft King Air 350ER yang dimodifikasi secara khusus, yang menggantikan tipe King Air lama pada tahun 2019. Pesawat ini dikonfigurasikan terutama untuk menemukan dan melakukan geolokasi hotspot radioaktif di bawah, serta mengumpulkan rincian tentang radiasi.
Untuk pemetaan dan survei lebih dekat ke lokasi, kemudian akan dikerahkan helikopter AMS yang terbang lebih rendah. Komponen sayap tetap dan sayap putar AMS mampu menghasilkan data berharga hampir secara real-time, serta mengumpulkan informasi yang dapat dianalisis lebih lanjut oleh personel di lapangan setelah selesainya serangan nuklir.
Sebagaimana telah disebutkan, seluruh AMS siap membantu menemukan dan melacak penyebaran radiasi setelah serangan apa pun yang melibatkan senjata nuklir, serta apa yang disebut “bom kotor”, yang menggunakan bahan peledak konvensional untuk menyebarkan bahan radioaktif.
AgustaWestland AW139 SAR: Helikopter BASARNAS dengan Endurance Tertinggi
AW139 menawarkan peningkatan penting dibandingkan pendahulunya (Bell-412) untuk misi penting ini. Helikopter AMS baru dapat melaju dengan kecepatan sekitar 305 km per jam dan memiliki jangkauan maksimum 1.046 km. Kapasitas bahan bakarnya juga berarti mereka dapat bertahan di udara selama hampir tiga setengah jam selama misi survei di wilayah yang lebih terbatas. Sebagai perbandingan, Bell 412 yang dikonfigurasi untuk misi ini memiliki jangkauan hanya 402 km dan daya tahan sekitar satu setengah jam. (Gilang Perdana)
Leonardo AW139M: Modern Medium Lift Utility Helicopter, Penantang Dominasi Black Hawk dan Caracal