Uji Tangkas Pemasangan Senapan Mesin Regu FN Minimi Bersama Lady Lara Croft
|Keterampilan mengoperasikan SMR (Senapan Mesin Regu) mutlak dimiliki personel infanteri, termasuk satuan infanteri yang telah berpredikat sebagai infanteri mekanis. Uji terampil penggunaan senjata perorangan ini pastinya tak melulu pada kemampuan akurasi dalam menembak, lebih dari itu personel harus punya ketangkasan dalam melakukan perawatan, termasuk bisa membongkar pasang senjata dalam waktu cepat. Dan kali ini Indomiliter.com bersama host Baby “Lara Croft” Margaretha mengajak pembaca untuk melihat uji tangkas pemasangan SMR di Batalyon Infanteri (Yonif) Mekanis 201/Jaya Yudya, Kodam Jaya.
Baca juga: Minimi: Senapan Mesin Regu Dengan Kemampuan Dual Feed System
Secara eksklusif kami tuangkan proses uji terampil dalam sebuah lomba tangkas pemasangan SMR jenis FN Minimi kaliber 5,56 mm. Meski proses pemasangan senjata Minimi sudah punya acuan standar dari pabrikannya, namun khusus dalam doktrin Yonif Mekanis, FN Minimi punya peran ekstra sebagai senjata yang dipasang dengan dudukan (mounting) di hatch bekalang pada ranpur (kendaraan tempur) Anoa APC (Armoured Personnel Carrier) 6×6. Setiap ranpur Anoa APC 6×6 membawa satu regu pasukan infanteri, dimana komponen dalam satu regu dilengkapi seorang prajurit yang membawa FN Minimi, sementara prajurit lainnya menenteng senapan serbu Pindad SS-2.
Dan untuk lebih melihat uji ketangkasan personel Yonif Mekansi 201/Jaya Yudha dalam memasang FN Minimi dapat Anda saksikan pada video dibawah ini.
Varian Minimi MK1 adalah yang pertama dilahirkan pihak FN Herstal (FNH). Paling mudah dibedakan terutama dari tidak adanya heatt shield, penggunaan front sight berbentuk leaf khas FN dan popor menganut model rangka besi ala FNC (mirip pada senapan serbu SS-1). Pada bagian foregrip menganut bentuk checered supaya lebih mudah dipegang, namun sayang terlalu tipis. Varian MK1 hanya dibuat FNH dan tidak masuk ke AS.
Laras Minimi menggunakan material baja pilihan yang tahan panas. Jika ditembakkan dalam mode rentetan pendek, laras Minimi mampu melontarkan 100 proyektil per menit. Sementara dalam rentetan panjang tanpa henti, 850 proyektil dapat disembur tiap menitnya. Kemampuan menebakkan secara terus menerus pastinya akan membuat laras cepat panas, maka seperti halnya GPMG (General Purpose Machine Gun) FN MAG, Minimi dilengkapi kemampuan ganti laras di lapangan.
Soal ganti laras ini lah yang jadi keunggulan Minimi, pasalnya laras dapat diganti tanpa perlu peralatan bantuan. Cukup membuka kunci laras dan menarik laras dengan bantuan carry handle, laras baru bisa dimasukkan tanpa perlu khawatir tangan melepuh akibat suhu laras yang membara. Sebagai perbadingan, M60 yang punya kaliber 7,62 mm, untuk proses ganti larasnya operator harus menggunakan sarung tangan termite yang terbuat dari serbuk asbes. Yang jadi masalah, sarung tangan mudah hilang bila operator tidak teliti dalam menyimpan barang bawaan. Bahaya lain pun mengancam, serbu asbes pada sarung tangan dapat menimbulkan kanker paru-paru.
Baca juga: FN MAG 7,62mm GPMG: Senjata Multi Platform, Andalan Infanteri Hingga Beragam Rantis TNI
Dual Feed System
Untuk level senapan mesin regu, Minimi ada diatas angin dengan adopsi dual feed system, tidak seperti halnya Ultimax dari Singapura yang single feed system. Ini artinya Minimi dapat mengusung dual input sistem pasokan amunisi. Yang pertama menggunakan boks magasin yang berisi 200 peluru atau kantong kain yang berisi 100 peluru. Khusus untuk boks magasin 200 peluru, FN sudah menyiapkan preloaded dari pabrikan, sehingga operator tidak perlu susah-susah mengatur susunan peluru dalam boks. Jika habis tinggal buang dan pasang yang baru. Namun, bila anggaran cekak, boks magasin tentunya dapat dibongkar untuk diisi ulang. Jika ingin tampil bak Rambo, Minimi juga dapat dipasang dengan sabuk peluru tipe M27 yang tidak dimasukkan ke kotak.
Sistem input peluru kedua, yakni dengan magasin senapan serbu standar M16 atau SS-1. Pasalnya Minimi telah memenuhi STANAG (Standarisation Agreement) NATO. Artinya magasin 30 peluru milik M16 dan FNC (SS-1) dapat langsung dipasang di Minimi tanpa perlu modifikasi. Inilah yang jadi keunggulan tersendiri, pasalnya saat operator Minimi sudah kehabisan amunisi, maka dengan mudah meminta magasin M16 yang banyak tersebar. Dukungan tembakan pun jelas akan terjamin tanpa masalah yang serius.
Peluru
Untuk urusan peluru, laras Minimi yang memakai twist 1/7 terkenal tidak banyak pantangan. Amunisi 5,56 x 45 mm M855 AS maupun SS109 NATO dapat digunakan dengan performa balistik dan akurasi yang sama bagusnya. Hebatnya dalam kondisi darurat, peluru jenis M193 yang sebenarnya hanya bisa digunakan pada laras M16 A-1 dapat digunakan tanpa masalah. Hanya saja, untuk jarak tembak efektif yang bisa dicapai cukup dikisaran 300 meter saja.
Baca juga: Ultimax 100 – Senapan Mesin Regu Andalan Taifib Korps Marinir dan Kopassus TNI AD
Bipod
Agar mudah dioperasikan dan menstabilkan tembakan, seperti halnya senapan mesin regu lain, Minimi dilengkapi bipod untuk mengatasi dampak recoil yang besar. FN mendesain bipod Minimi agar mudah dioperasikan. Untuk menurunkan bipod dari posisinya, operator tinggal menarik turun bipod dari penjepit sembari menahannya sampai turun ke bawah baru kemudian dilepas supaya mengembang.
Saat kondisi tanah tidak rata dan miring, maka poros bipod dapat dimiringkan baik ke kiri dan ke kanan, alhasil Minimi dapat ditempatkan pada posisi tegak lurus dengan tanah. Dengan bipod, Minimi dapat menjangkau target sejauh 600 meter dengan tingkat akurasi di atas 95%. Dalam situasi tertentu, semisal untuk menjaga bunker, Minimi dapat dipasang pada dudukan tripod.
Minimi Rasa Pindad
Karena pasar SMR cukup besar di lingkungan TNI, ditambah banyak Minimi yang dioperasikan TNI telah mengalami kerusakan. Mendasari pihak PT Pindad yang telah lama bermitra dengan FNH untuk menggarap Minimi di Indonesia. Dimulai sejak tahun 2007, Pindad telah meluncurkan prototipe SM-3 (Senapan Mesin-3).
Produk SM-3 desainnya mengacu kepada sosok FN Minimi buatan Belgia, yang merupakan perintis dan dipopulerkan tahun 1980-an lalu. Kendati desainnya mirip, ada beberapa persamaan dan perbedaan bentuk antara SM-3 dengan FN Minimi. Kesamaan SM-3 dengan FN Minimi adalah model tembakan sama-sama hanya otomatis penuh (full automatic) standar peluru 5,56 mm x 45 NATO (jenis SS-109, produk Pindad MU-5) atau dapat menggunakan jenis M-193 (Pindad MU-4, standar Colt M16A-1). Bagian yang mirip misalnya laras, pegangan atas (handle), pengunci, rumah mekanis dan mekanis, popor (varian 2), grip, serta pejera (front sight/varian 1), serta model tabung gas (varian 1).
Baca juga: RPD – Eksistensi Senapan Mesin Regu Legendaris TNI/Polri
Karena kebutuhan di tiap-tiap batalyon infanteri, eksistensi SMR (terbilang masif. Tercatat aneka satuan TNI sampai kini masih mengoperasikan GPMG (General Purpose Machine Gun) FN MAG dan M60 yang berjalan di kaliber 7,62 mm. Sementara, populasi yang lebih besar ada di SMR Minimi yang mengusung amunisi kaliber 5,56 x 45 mm. Dari berbagai varian, yang cukup banyak digunakan prajurit TNI adalah Minimi MK1. (Haryo Adjie)
Nasib SM 3 milik pindad gimana ya sekarang ?
Btw admin ask, saya pernah lihat AssaultRifle buatan pindad model bulpup, mirip seperti QBZ 95 modelnya, itu senapan tipe apa ya?
Bisa di review, mungkin ?
Kalau tdk salah namanya SS2 bullpup, tapi banyak yg salah kira namanya SS3. Padahal SS3 baru diperkenalkan tahun kemarin, masih mirip assault rifle pd umumnya dgn kaliber 7,62 mm.
yang penting udah dibuat secara lokal sekalian pelornya. mantap
Admin, disitu tertulis SM-3 ada persamaan dan perbedaan dgn Minimi, perbedaannya mana ya? Kok cuma persamaan saja?
Keren