UEA Danai Proyek MC-X Korea Selatan, Pesawat Angkut Kargo di Celah Antara A400 dan C-130
|Bila rancangan Airbus A400 Atlas hadir untuk mengisi celah di antara C-17 Globemaster dan C-130 Hercules, maka bagaimana dengan celah di antara A400 Atlas dan C-130 Hercules? Dari beberapa nama pesawat yang telah tersedia di pasar, rupanya Korea Selatan punya ambisi besar untuk mengsi celah tersebut, yakni lewat proyek Multi-mission Cargo eXperimental (MC-X). Yang kabar terbarunya Uni Emirat Arab (UEA) telah bergabung dalam proyek MC-X.
Baca juga: Embraer KC-390, Penantang Berat Kawasaki C-2 “Baby Globemaster”
Dari laman defensenews.com (18/1/2023), Korea Selatan dan Uni Emirat Arab menandatangani dua nota kesepahaman untuk meningkatkan hubungan pertahanan bilateral, yaitu selama kunjungan Presiden Korea Selatan ke UEA. Defense Acquisition Program Administration (DAPA) dari Korea Selatan dan Tawazun Council dari UEA telah menandatangani perjanjian pada 15 Januari di hadapan Presiden Yoon Suk Yeol dan Emir Mohamed bin Zayed Al Nahyan.
Salah satu poin dari perjanjian di atas adalah bergabungnya UEA dalam proyek MC-X yang dirilis Korea Selatan tahun lalu, dalam hal ini UEA akan mendukung pembiayaan proyek MC-X senilai US$3,2 miliar.
Digarap oleh Korea Aerospace Industries (KAI), proyek MC-X dipersiapkan untuk kelak dapat menggantikan armada C-130 Hercules Angkatan Udara Korea Selatan yang usianya telah menua. Selain tentu ada proyeksi bahwa MC-X akan ditwarkan ke pasar ekspor.
MC-X memiliki konfigurasi yang mirip dengan Embraer KC-390 buatan Brasil. Menurut karakteristik yang dipublikasikan, MC-X memiliki panjang sekitar 40,3 meter, tinggi 13,5 meter, dan lebar sayap 41,1 meter.
MC-X ditaksir punya berat lepas landas maksimum 92.000 kg dan kapasitas muatan hingga 30.000 kg. Pesawat angkut multirole ini akan ditenagai dengan dua mesin turbofan 30.000-lb, yang diharapkan dapat memberikan kecepatan tertinggi 926 km per jam dan daya jelajah hingga 7.000 km.
Baca juga: Kawasaki C-2 “Baby Globemaster,” Di Persimpangan Antara Pesawat Angkut Berat dan Sedang
KAI memperkirakan waktu pengembangan MC-X antara 7 dan 8 tahun, dengan produksi seri kemungkinan akan dimulai antara tahun 2031 dan 2032. Dengan bergabungnya UEA dalam proyek ini dan kapasitas pembiayaannya yang besar, kemungkinan jadwal pengembangan dan peluncuran MC-X bisa lebih ditentukan secara detail, dan pesawat hadir ke pasar lebih cepat. (Bayu Pamungkas)
Ini mah spesialisnya PT. DI sebenarnya tinggal gambotin N250 atau CN 235 selesai sudah, ini kan semisal bicara jika butuh pesawat besar utk bawa semisal rantis, howitzer dan alat2 berat. Mungkin beli jadi lebih praktis, jika ada Embraer, Herki, Atlas, Kawasaki C2 itu memang mereka sudah dari dulu sadar berusaha tak tergantung buatan luar. Negara kepulauan besar seperti kita asset transport udara minim aset laut pun senasib, matur tengkyu pemerintah bangun infrastruktur jalan darat secara masiv ditiap pulau tinggal koneksi antar pulau nya yg terjamin “kuat” itu yg belum.
Indonesia harus pesan lagi A400M dari yang sudah ada (batch 2). Dan permintaannya adalah minta produksi C295 bisa 50:50 seperti CN 235 sebelom ada kesepakatan saat pesanan A400M batch 1.
Lalu buat proyek R80 versi militer kapasitas 12,6 ton bukan 10,6 ton versi sipil seperti sekarang. Nanti ajak lagi Airbus bikin kapasitas 18 ton.
Jadi Indonesia bisa bikin yg 1.5 ton N219, 3 ton NC212, 6 ton CN235, 9 ton NC295, 12.6 ton R80, dan 18 ton noname. Next 26 ton atau nyenggol C 130 H. Pokoknya jangan senggol kelas A400M dan Super Hercules
Yang warna hitam sekilas mirip paus orca ya. MC-X juga menjadi jawaban Korsel utk mengimbangi Kawasaki C-2 yg sudah lebih dulu dibuat rival dekatnya Jepang.