Type 90/35mm: Kanon Hanud Twin Gun dari Cina, Incaran Proyek MEF II TNI
Jagad militer negara-negara berkembang mungkin layak bersyukur dengan kreativitas industri pertahanan Cina. Negeri Tirai Bambu ini tergolong sukses menerapkan ToT (transfer of technology), lewat upaya lisensi resmi, bahkan tak sedikit juga menjiplak tanpa ijin, Cina berhasil memproduksi alutsista sejenis buatan Negara Barat dan Rusia dengan harga miring. Cina seolah menjadi jawaban atas keterbatasan kocek negara berkembang yang butuh solusi persenjataan yang sifatnya taktis.
TNI sendiri sudah cukup mahfum dengan beragam alutsista buatan Cina, mulai dari rudal anti kapal, roket anti tank, ranpur lapis baja, sampai kanon PSU (penangkis serangan udara). Dan kabar terbaru yang tengah santer adalah diliriknya sistem pertahanan udara terintegrasi AF902 FCS (fire control system) serta Penangkis Serangan Udara (PSU) twin 35 mm, plus rudal hanud PL-9C SHORAD (Short Air Defece System) oleh Kementerian Pertahanan RI. Kesemuanya tak asli-asli amat buatan Cina, namun lewat rekayasa industri, sistem pertahanan tadi bisa dikemas kompak dalam paket penjualan menarik.
Baca juga: PL-9C SHORAD – Rudal Hanud dari Cina, Incaran Baru Kementerian Pertahanan RI
Mengenai rudal hanud PL-9C telah kami kupas tuntas di artikel sebelum ini, dan kini giliran dikupas tentang PSU kanon twin 35 mm. Dalam sistem sistem pertahanan udara terintegtrasi AF902 FCS, pilihannya jatuh pada jenis kanon Type 90 (PG99). Kanon twin gun 35 mm ini diproduksi dan dikembangkan oleh Norinco (China North Industries Corporation), manufaktur persenjataan kondang dari Cina.
Merujuk sejarahnya, Type 90 adalah lisensi dari kanon Oerlikon GDF buatan Rheinmetall Air Defence AG (d/h Oerlikon Contraves). Awalnya sistem senjata ini disebut sebagai 2 ZLA/353 ML, lalu kemudian diubah menjadi GDF-001. Pengemban senjata ini sudah dimulai Oerlikon sejak tahun 1950, dan sampai saat ini platform senjata, berikut produk lisensinya telah digunakan oleh 30 negara.
Baca juga: C-802 – Rudal Penebar Maut dari Cina Untuk TNI AL
Merujuk ke asasinya, Type 90 didapuk untuk menghajar pesawat tempur yang terbang rendah, helikopter, rudal jelajah, dan drone (UAV). Di Cina, Type 90 sudah dioperasikan secara penuh oleh satuan Arhanud AD. Kecepatan reaksi menjadi andalan senjata penangkis ini, dalam waktu hanya 6 detik, kanon mampu bereaksi pada sasaran di udara. Dengan pola kerja gas operated, kanon 35 mm/90 ini dapat melontarkan 550 proyektil per menit. Kecepatan luncur proyektilnya mencapai 1.175 meter per detik. Berapa jarak tembak efektifnya? Disebutkan bisa mencapai 3.200 – 4.000 meter.
Baca juga: Type 80 Giant Bow 23mm – Kanon Perisai Bandara Soekarno Hatta
Sebagai sista hanud modern, Type 90 dapat dioperasikan manual dan tentu saja dapat dikendalikan secara otomatis bersamaan dengan unit kanon lainnya lewat AF902 FCS. Bicara tentang amunisi, Type 90 dirancang mampu melepaskan empat jenis peluru maut, yakni HEI ((High Explosive Incendiary), HEI-T (High Explosive Incendiary Tracer), SAPHEI-T (Semi-armor-piercing high-explosive incendiary Tracer) dan TP-T (Target Practice Tracer). Seperti halnya kanon hanud lainnya, Type 90 juga sah-sah saja digunakan untuk melibas sasaran di permukaan, seperti ranpur lapis baja ringan.
Soal pasokan amunisi, sistem Type 90 dilengkapi magasin berisi 112 peluru siap tembak, dan magasin lainnya yang berisi 126 peluru untuk proses rapid reloading. Waktu yang dibutuhkan untuk reload amunisi dalam teori hanya perlu 7,5 detik saja. Platform kanon ini dibuat dalam pilihan carry guns (towed) dan mobile platform. Pada setiap platform pengusung, disiapkan hydro-mechanical recoil untik menyerap kekuatan hentakan saat proses penembakan.
Alasan harga memang menjadi pertimbangan penting atas diliriknya sistem senjata hanud ini oleh Kemhan RI. Sebelumnya TNI (Paskhas TNI AU) malah sudah mengoperasikan varian hanud 35 mm single barrel Oerlikon Skyshield MK2 buatan Rheimetall Air Defence.
Baca juga: Oerlikon Skyshield 35mm – Perisai Reaksi Cepat Pangkalan Udara TNI AU
Baca juga: Tiga Lanud TNI AU Resmi Naik Kelas, Kanon Oerlikon Skyshield Siap Beraksi
“Penjajakan ini merupakan bagian upaya untuk memenuhi kebutuhan alat utama sistem persenjataan TNI sesuai Rencana Strategis MEF (Minimum Essential Force) II periode 2015-2019,” kata Direktur Jenderal Perencanaan Kementerian Pertahanan RI Marsekal Muda TNI M Syaugi, dikutip dari Antaranews.com (1/3/2016).
“Berdasarkan paparan dan display yang ditampilkan, sistem pertahanan udara yang ditawarkan cukup bagus, begitu pun dengan PSU-nya yang memiliki daya ledak, daya jangkau, akurasi serta presisi bagus, tidak kalah dengan produk Oerlikon,” kata Syaugi.”Kita berhak mengadakan alat utama sistem persenjataan dari negara mana pun, asalkan sesuai dengan spesifikasi teknis dan kebutuhan operasi pengguna yakni TNI,” katanya. (Gilang Perdana)
Spesifikasi Kanon Type 90/35 mm
– Kaliber: 35 mm
– Barrel: Twin
-Panjang laras: 3,15 meter
– Sudut elevasi laras: -5 sampai 92 derajat
– Sudut putar laras: 360 derajat
– Kecepatan tembak: 550 proyektil per menit
– Kecepatan luncur proyektil: 1.175 meter per detik
– Jarak tembak efektif: 4.000 meter
– Bobot berikut amunisi: 6.800 kg
– Sistem penembakkan: computerized fire control dan laser range finder
– Amunisi: HEI-T, HEI, SAPHEI-T, dan TP-T
– Awak: 5 personel
Related Posts
-
AL Korea Selatan Tampilkan Desain ASWUUV, Robot Pemburu Kapal Selam dengan Fuel Cell AIP
23 Comments | Oct 23, 2019
-
Smokewinder: Pertunjukan di Udara Serasa Belum Lengkap Tanpa yang Satu Ini
8 Comments | Jan 14, 2019
-
Norinco LD35 Mobile Air Defense System – Integrasi Kanon, Rudal Hanud, Senjata Laser dan Radar 3D dalam Satu Turret
5 Comments | Feb 11, 2024
-
Kesiapan Logistik dan Perbaikan, Kunci Sukses Misi Pegasus 2022 Angkatan Udara Perancis
2 Comments | Sep 13, 2022
Min… emang ada ToT dgn cina ? yg norinco AK630 aja ga kedengeran rudal C802 jg ga ada kabar ?
Soal ToT kembali ke nilai kontrak transaksi penjualan, rasanya dengan pembelian sekitar tiga unit AK630 sulit bagi penjual utk memberikan ToT yang ideal. Begitu juga dengan rudal C802.
Oo Typev 90 ini lisensi Oerlikon GDF yg satu family dgn Skyshield Paskhas. Berarti satu logistik ya? Kecuali dgn munisi AHEAD, ya?
Kira2 Type 90 ini akan ditempatkan di satuan apa, wahai Admin?
Kemungkinan besar bisa menggunakan munisi yang sama, untuk ditempatkan dimana, belum ada info pasti. Mengingat kebutuhan peremajaan, potensinya ada di AU atau AL (Arhanud Marinir).
Waduh, kok shorad lagi sih. Bukanya sudah banyak banget ni. Oerlikon millennium, zsu 23, giant bow. Kenapa ya tidak nambahin jumlah untuk Jeni’s yg sma. Jadi bisa ngirit perawatan.
Seharusnya kita sudah mengarah ke medium SAM. Macam Buk ME2, Aster 30, NASAMS DLL. Katanya mau MEF2 yg lebih gahar.
Min, kira2 TNI ada niatan ngga ya beli kanon PSU mobile dlm platform ranpur berat/tank yah? Macam gepard, guntank, ato biryusha/tungushka gt buat ngejagain laju sang leopard 😛
Setahu saya, marinir sudah beli dan pernah dibahas di http://defense-studies.blogspot.co.id/2011/05/marinir-membeli-senjata-anti-serangan.html
mas budiman, tapi yang tersurat belum tersirat, alias barangnya belum ada atau belum masuk di Indonesia hehe
Min ane mau nanya nih tentang FKO 368 ada misteri VLS yg tersembunyi benar gak min, soalnya saya search di google gak ada pnampakan atas, klo pun ada berbeda dari yg saya tonton di youtube video uji coba di perairan Bergen… saya liat ada tutup VLS skitar 12 cell
@Mandau: kemungkinan yang dilihat VLS itu peluncur chaff, sementara kalau rudal dengan VLS di Frans Kaisieopo tidak ada. Sekedar reminder, pola VLS pertama kali di TNI AL hadir pada peluncur rudal anti kapal Yakhont di KRI Oswald Siahaan. Yang kedua VLS rudal anti kapal ada di korvet Bung Tomo Class, dan yang terbaru di PKR Sigma Martadinata Class.
Thanks infonya min…
bukannya kita sudah punya s300 bung jadi engga perlu beli alutsista kayak gini. di patga juga udah dibahas kalo kita punya satuan rudal strategis.
@QQ: secara fisik S300 belum ada di Indonesia, entah kalau secara batin :-). Meski seandainya ada S300, modernisasi di lini SHORAD tetap perlu, karena beda sasaran beda juga perlakuannya, S300 misalnya tidak cocok dan “kemahalan” utk melibas sasaran yang terbang rendah dengan manuver tinggi, atau sasaran yang sifatnya low priority.
Tabah hingga akhir…..
Sedikit OOT
“Pak Moel mengeluhkan kualitas alutsista produksi dalam negeri”
“Marsekal TNI Agus Supriatna mengeluhkan produksi PT. DI”
Kenapa kualitasnya buruk ? kenapa sering terlambat ?
ITU KARENA ULAH OKNUM SENDIRI
Pencairan dana yang sering mundur
Adanya banyak pungli
Banyaknya Fee yang harus dibayarkan ke Oknum
BUMN adalah SAPI PERAH, kalimat itulah yang sering diucapkan
Sama persis seperti pembangunan, Jembatan, Jalan oleh pemerintah yang sering Retak, Roboh, Rusak..dsb………………
Agar mereka PROFESIONAL, harus dihapus secara tuntas, KKN di semua BUMN
Sudah benar ini :
Lanud type A = Oerlikon skyshield (mahal)
Lanud type B = AF902 (murah)
Lanud type C = triple gun ( gusuran )
wah si Mbahmuiku bisa aja -:)
Admin tolong bahas Pantsir-S1, yang mau diakusisi TNI
Sejauh ini belum ada statement pengadaan Pantsir dari pemerintah Indonesia, tapi oke nanti kami siapkan artikelnya 🙂
Jangan lupakan alutsista sepuh semacam s60… hihihihi itu masih dipakai juga lhoooo
S60 hanud kota, bukan pangkalan