Type 80 Giant Bow 23mm: Kanon Perisai Bandara Soekarno Hatta
Bila terjadi agresi militer, bandar udara (bandara) menjadi salah satu obyek utama yang wajib dilumpuhkan oleh musuh, atau akan lebih bagus jika bisa diduduki, maklum keberadaan bandara dapat dimanfaatkan sebagai basis tumpuan untuk operasi tempur lanjutan. Karena keberadaan bandara yang amat penting, tak heran bila bandara masuk dalam ketegori obvit (obyek vital) yang mendapat porsi perlindungan ekstra, selain instalasi militer dan istana negara.
Bicara soal bandara yang mendapat perlindungan ekstra, di Indonesia tentu akan merujuk pada bandara Soekarno Hatta (Soetta) yang berlokasi di Tangerang – Banten. Mengemban peran sebagai gerbang keluar masuk ke jantung Ibu Kota, bandara Soetta mendapat perlindungan penuh dari beragam alutsista, seperti rudal Grom dengan platform Poprad, kanon 23mm/ZUR komposit rudal Grom, rudal Starstreak, dan kanon Type 80 Giant Bow kaliber 23mm. Sementara dari jumlah satuan, guna melindungi Ibu kota keseluruhan, melibatkan kekuatan Detasemen Rudal 003, Yon Arhanudri 1 Kostrad, Yon Arhanudse 6, dan Yon Arhanudse 10. Dalam pertahanan udara titik, tentu tidak hanya menyandarkan pada jenis kanon dan rudal, tapi melibatkan meriam PSU (penangkis serangan udara), seperti meriam lawas tipe S-60.
Untuk rudal Grom telah dibahas di artikel terhadulu, dan kini kami coba ulas sosok kanon Type 80 Giant Bow kaliber 23mm. Kanon penangkis serangan udara dengan dua laras ini diproduksi oleh Norinco, Cina. Seperti sudah jadi kebiasaan, kanon ini pun merupakan jiplakan dari produk serupa asal negara lain. Type 80 merupakan copy-an dari kanon ZU-23-2 produksi Rusia. Giant Bow atau disebut juga Shengong dapat dikendalikan secara manual atau otomatis dengan integrasi sistem.
Mau tahu seberapa garang kanon ini? Kecepatan luncur proyektilnya mencapai 970 meter per detik. Sementara untuk jarak tembak, untuk sudut vertikal maksimum 1.500 meter, dan sudut horizontal maksimum 2.000 meter. Tapi, bila bicara jarak tembak mendatar maksimum bisa hingga 2.500 meter. Untuk merontokkan pesawat yang terbang rendah sudah barang tentu perlu kecepatan tembak yang spektakuler, secara teori disini 1.500 – 2.000 proyektil dapat dimuntahkan dalam 1 menit. Sedangkan untuk kecepatan tembak praktis 400 proyektil per menit. Jenis amunisi yang biasa digunakan adalah HEI-T dan API-T.
Kanon yang diproduksi tahun 2000 ini punya bobot 1.250kg, dalam gelar operasinya biasa ditarik dengan truk Unimog. Kanon yang diawaki 5 orang personel ini dapat digelar dalam tempo kurang dari 5 menit. Ada dua kursi operator pada kanon ini, dan dalam skema operasi mandiri, dapat pula ditangani oleh satu juru tembak. Peran awak lainnya diperlukan untuk loading amunisi (magasin) dan penggantian laras. Giant Bow dapat digerakan secara kinetik/manual (dengan putaran engkol), atau dapat pula dioperasikan secara elektrik lewat joystick. Buat awak senjata, tentunya lebih nyaman mengendalikan secara elektrik.
Seperti halnya kanon PSU pada umumnya, Giant Bow memiliki sudut putar 360 derajat. Sedangkan sudut elevasi laras dengan sistem manual yakni -5 sampai 90 derajat, dan elevasi laras dengan sistem elektrik mulai dari -3 sampai 90 derajat.
Gelar Operasi Tempur
Kanon Giant Bow saat ini menjadi etalase sista di Yon Arhanudri 1 Kostrad, yang bermarkas di bilangan Serpong, Tangerang – Banten. Selain punya tanggungjawab menjadi perisai bandara Soetta, batalyon ini juga punya tugas untuk mengamankan Pusat Penelitian Ilmu dan Teknologi (Puspitek) di Serpong, Tangerang – Banten. Yon Arhanudri 1 memiliki 2 baterai kanon Giant Bow, dengan jumlah total ada 18 pucuk yang siap digunakan. Sebenarnya masih ada 1 pucuk lagi yang ditempatkan di Pusat Pendidikan Arhanud (Pusdikarhanud).
Dalam aksi tempurnya, kanon dua laras ini dibekali 2 box magasin (di kiri dan kanan). Masing-masing box magasin hanya berisi 50 butir peluru. Bisa dibayangkan betapa borosnya amunisi yang harus dikeluarkan dalam aksi tembak cepat. Awak pendukung pastinya harus selalu siap bongkar pasang magasin dalam sikap tempur. Satu lagi yang cukup menantang, karena kecepatan tembak yang tinggi, membuat laras cepat panas. Secara prosedur, setiap 200 tembakan laras harus diganti. Kebetulan memang laras dirancang untuk bisan diganti secara cepat. Kabarnya, setiap kali latihan minimal harus disiapkan empat laras pengganti.
Integrasi Sistem Senjata
Sebagai sista modern, Giant Bow juga dapat dioperasikan secara terpadu. Lewat kendaraan BCCV (Battery Command & Control Vehicle) dapat dikendalikan sebanyak 4 sampai 8 pucuk kanon secara bersamaan dari jarak jauh. Dalam skema integrasi sistem senjata ini, setiap pucuk kanon tidak diperlukan lagi jasa dari juru tembak, semua keputusan tembakkan dilakukan secara terpusat dari truk komando BCCV. Hanya saja awak untuk loading amunisi harus tetap siaga, pasalnya loading amunisi masih manual. Sebagai info, BCCV ditempatkan pada truk Beiben (tiruan Mercy) buatan Cina.
Di dalam truk komando BCCV, dilengkapi teropong bidik taktis TACTICOS dengan pembesaran 11x dan perangkat ODU (Optikoptical Director Unit). Tidak hanya BCCV saja, dalam paket intergrasi sista Giant Bow juga mencakup keberadaan mobile radar. Radar berperan sebagai panca indra dari BCCV dan Satbak (satuan tembak). Dalam platform truk Tiema XC230 4×4 (tiruan Mercy 2026) ditempatkan radar AS901A 3D. Radar yang beropersi di frekuensi L-band 10Mhz ini punya jangkauan deteksi lebih dari 30km, dan jangkauan deteksi ketinggian sampai 4km. Radar ini juga dibekali IFF (Identification Friend or Foe) interrogator.
Sebelum hadirnya Giant Bow, Yon Arhanudri Kostrad juga sudah berpengalaman menggunakan kanon PSU otomatis, yakni dari jenis Rheinmetall kaliber 20mm. Kanon dua laras buatan Jerman ini mulai digunakan Arhanud TNI AD sejak 1980 dan sampai saat ini masih aktif digunakan, memperkuat etalase sista SHORAD (short range air defence) di lingkup Kohanudnas.
Sebagai penutup, di area Jakarta masih ada bandara yang sangat strategis, yakni bandara Halim Perdanakusumah. Tapi karena dioperasikan juga sebagai pangkalan udara TNI AU, maka untuk pertahanan titik menjadi tanggungjawab utama dari Paskhas yang juga dibekali rudal SAM QW-3. (Bayu Pamungkas)
- Produksi : Norinco, Cina
- Kecepatan Proyektil : 970 meter per detik
- Kecepatan Tembak : 1.500 – 2.000 proyektil per menit
- Berat kosong : 950kg
- Lebar Siap Angkut : 1,83 meter
- Lebar SiapTempur Roda Terlipat : 2,88 meter
- Tinggi Siap Angkut : 1,83 meter
- Tinggi Dalam keadaan terkunci : 1,22 meter
- Sudut Putar : 360 derajat
- Sudut Elevasi : -5 sampai 90 derajat
Related Posts
-
Di Finlandia, Ranpur IFV BMP-1 dan Kanon M242 Bushmaster di “Kawin Silang”
7 Comments | Aug 16, 2021
-
Krisis Laut Merah, Kanon CIWS Phalanx dari USS Gravely Tembak Jatuh Rudal Anti Kapal Houthi dari Jarak 1,6 Km
2 Comments | Feb 1, 2024
-
Target Designation Sight: Pengendali Tembakan Kanon Reaksi Cepat dengan Teropong Binokular
7 Comments | Aug 5, 2016
-
AU AS Mulai Uji Coba Pod Senjata Laser untuk Dipasang di Jet Tempur
2 Comments | Jul 12, 2022
Betul om – diluar aneka arsenal sam SHORAD yg telah di miliki-dan untuk antisipasi serangan BVR musuh-( F35-F15 sg- FA18E- SU30 MKM-) kini saat nya RI segera adopsi untuk miliki SAM berkemampuan longrange macam S300-400- minimal SA12 BUK versi baru dg radius 25 km+-/ tapi dg catatan (maap)- SAM itu kan diaktipkan sbg antisipasi akhir- bila mana elemen skuadron fighter kita tidak meraih air dominasi- dan tentu nya fakta- pihak asing juga tak semudah itu meraih air dominasi di udara kita- contoh ( bukan mlebih2 kan satu pihak)yg proporsional:SU27 vsFA18E-di arena PITCH BLACK-HAWK209 yg me lock on F18 dikupang-dll – itu bisa disimpulkan -bhw serangan F35 skalipun ke indon-harus lewati proses yg sulit’ tentunya- trims
Sebenarnya ada 3 lapis defence yg hrs dilewati aussie.pertama,radar kita yg memberi tahu kedatangan mereka saat memasuki lepas pantai kita.kedua,fighter berat kita (sukhoi) yg harus sudah scramble ke hot spot begitu alarm dari radar berbunyi.ketiga,kalau masih lolos dan musuh mendekati daratan berarti jatah fighter ringan kita (f16/T50) yg lanjut menghadapinya.masih lolos juga berarti terakhir SAM medium/berat kita yg melindungi obvit yg melayani mereka karena kalau ini lepas juga berarti mereka bisa seenaknya melepas smart bomb atau AGM ke obvit.percayalah,shorad dan meriam gak berarti banyak mengadapi gempuran udara modern…kalau semua ini tersedia,mereka baru bisa menyerang kita kalau mengerahkan 2 skadron sekaligus!
Sekedar menambahkan, sebelum mencapai daratan, masih ada hanud yang ada di kapal perang TNI AL, mereka juga dilengkapi sistem radar, rudal/kanon SHORAD dan tentunya terintegrasi dengan Kohanudnas 🙂
@indomiliter pertanyaan klasik apakah sudah terintegrasi data linknya? 😛 miris bin trenyuh obvit cuman dijagain ama ZU-23 KW (sodara kembarnya yg dipake PLA kalibernya udah 25mm loh), “mbah” S-60 dan “bulik” hispano suiza triple gun…. speechless dah gw 🙁
@mas Jendral: data link sudah sudah terintegrasi penuh ke battery command dan radar, krn memang mainan utama arhanud ada di titik koordinasi antar elemen di satbak hingga level kohanudnas. Obvit biasanya dijaga secara komposit, jd tidak hanya dr satu jenis sista, seperti di bandara soetta, selain ada Giant bow, juga ada sista rudal Grom, meski diawaki oleh batalyon/resimen yg berbeda.
Rasanya berat juga ya ngerontokkin pesawat musuh pake ini…
Apa lagi F-35 nya aussie.
Dibalik keinginan( mudah2 n) RI adopsi SAM longrange S400- tapi Maap om-ZSU23 giantbow vs F35 bisa dikata Relatife -F35 di data atas kertas superiority- tetapi fakta praktek di lapangan bisa trbalik 180 dgre-ZSU23 GIANTBOW- S60 retropit kini sudah dipantek radar finderr- layak nya GIRAFE di RBS70–RADAR POPRAD GROM- TD 2000-minimal nya telah miliki kapability to antisipasi ancaman kekinian dlm SHORAD tentu-tentu nya ahli2 -produsen SHORAD GIANTBOW sudah klkulasikan jetF35- F18E-F15SG masuk ktegori slh satu obyek trget -contoh: F117 STEALTH yg dirontokan SA2 manual- di serbia-TORNADO RAF di KO sam SA7 strela tua di irak-jadi alasan kenapa GIANTBOW dg RADAR BCV di produks dan di gunakan dlm fungsi SHORAD di brbagkai negara- trmasuk australia- USA- NATO juga sampai kapanpun masih amat sangat membutuhkan kehadiran Shorad SAM-diluar power SAM longrange tipe S300+- PATRIOT- sam SHORAD giant bow dll- masih efectip smpe kapanpun- nahh skr…australia cs bisa dapat bigtrouble juga tuh” klo giliran SU27-30 F16 trobos dan flyfass di atas kota darwin-…soalnya AIR DEFENCE australia-ASEAN hingga kini pun tidak dan belum ada yg memiliki SAM PATRIOT dan jadi fakta sista SHORAD SAM mazih jadi tulangpunggung australia- ASEAN dll-tims
Bener juga sih bang,..
Tapi se enggak”nya kita harus lebih waspada sama negara” tetangga kita.
Aussie juga lebih mentingin kuantitas pesawat daripada jumlah sam’nya.
Tergantung berapa ketinggian tuh pesawat.kalau di atas 10 km ya gak mungkin kejangkau lah.apalagi hari gene mana mau mereka terbang rendah apalagi mendekati target.cukup mereka lepas AGM di luar jarak tembak shorad/manpads bubar tuh sasaran.indo hrs punya S300 untuk menutup ancaman yg gak bisa ditangani shorad/manpads/meriam ASU
Hal serupa tentu berlaku juga di negara2 yg sekawasan dg RI ya om nazar-klo pasrah to pasrah’fakta arhanud di negri2 ASEAN- australia juga india kondisi nya rata2 standar- belum ada yg full spesial pake telor S300-500- PATRIOT- tapi mudah2 n RI segera adopsi SAM dg power long range..trims
Bagaimana dengan bandara lain di Indonesia? Akankah dapat perhatian seperti Cengkareng? Kok rasanya yang lain hanya ala kadarnya saja.
Yg lain bkn obvit bang nazar.soalnya indo masih seabreg lanud dan bandara yg berdekatan jd percuma aja di jagain.musuh ngebom satu bandara kita masih punya yg lain yg terdekat.musuh jg bakal kerepotan ngerebut semua lanud ato bandara.paling kalau musuh merebut satu lanud,lanud terdekatnya akan jadi pangkalan aju untuk merebutnya kembali.jadi nonsens kalau musuh merebut satu soetta akan melumpuhkan yg lain.penempatan arhanud di soetta cuma untuk pride saja
Selain bandara Soetta, ada beberapa bandara lain yang masuk obvit dari satuan hanud. Untuk lokasi dan nama bandaranya, silahkan cek dimana home base dari Yon Arhanudse dan Yon Arhanudri, bila home base berjarak dekat dengan bandara, maka sudah semestinya porsi penugasan satuan tersebut juga ikut mengamankan bandara yang dimaksud, selain obyek vital lainnya, seperti pabrik, kilang minyak, dll. 🙂
kalo lihat komposisi senjata hanud yang udah disebutin, rasa2nya cuma sanggup nahan gempuran dalam hitungan jam saja, ini bicara kalo lawannya sekelas Australia keatas. Lepas dari itu, ya kudu pasrah…
Artikel yang menarik, terus bedah alutsista Indonesia, Bravo!