Twin Gun Rheinmetall Rh202 20mm: Jawara Kanon Arhanud TNI AD Era 90-an
Selain berbekal kekuatan rudal Rapier dan RBS-70, di dasawarsa tahun 90-an, sistem senjata artileri pertahanan udara (arhanud) jarak pendek milik TNI AD juga dipercayakan pada sosok auto kanon kaliber 20mm buatan Jerman. Kanon yang dimaksud tak lain adalah Rheinmetall twin gun 20mm tipe Rh202.
Ada beragam adaptasi dalam pengembangan Rheinmetall kaliber 20mm ini, seperti yang digunakan oleh Arhanud TNI AD merupakan jenis dua laras, dimana untuk menunjang mobilitasnya menggunakan towing dengan dua roda, sedangkan untuk kendaraan penariknya biasa digunakan truk Unimog buatan Daimler-Chrysler.
Rheinmetall 20mm twin gun dirancang untuk menggasak sasaran udara yang terbang rendah, meski demikian, kanon ini juga lumayan sangar untuk melibas sasaran di permukaan. Hal ini dibuktikan, penempatanan Rheinmetall 20mm Rh202 pada geladak kapal frigat, korvet, dan LST (landing ship tank). Dalam versi laras tunggal, TNI AL juga menggunakan kanon ini untuk armada kapalnya, seperti terlihat di KRI Diponegoro (seluruh SIGMA kelas), KRI Teluk Banten, dan kelas FPB (fast patrol boat)-57, kelas KRI Singa.
Kanon buatan Jerman ini sejatinya mulai dikembangkan sejak tahun 1968, dan pada 1969 mulai digunakan untuk memperkuat arhanud AU Jerman Barat pada masa Perang Dingin. Apa saja kebolehan kanon ini? Dari segi jangkauan tembak, Rheinmetall 20mm mampu mengenai target hingga jarak maksimum 7.000 meter. Namun untuk efektivitas daya hancur hitungannya lain lagi, untuk mengenai sasaran udara, jarak tembak efektif hanya 1.600 meter, sedangkan untuk efektivitas sasaran di permukaan, jarak tembak efektifnya mencapai 2.500 meter.
Untuk kecepatan memuntahkan amunisi, Rheinmetall 20mm sanggup menembakkan mulai dari 880 hingga 1.030 peluru per menit. Lebih dalam lagi, kecepatan luncur peluru sanggup mencapai 1.044 meter per detik dengan amunisi tipe HEI, dan 1.100 meter per detik dengan amunisi tioe AP. Untuk versi twin gun yang digunakan Arhanud TNI AD, kanon dipersiapkan untuk dapat memutar 360 derajat. Sistem penggeraknya bisa manual dan otomatis, untuk otomatis mengandalkan tenaga mesin pengerak yang letaknya di bawah bangku juru tembak. Dalam demo kanon di Pameran ABRI 1995, bunyi mesin penggerak kanon mirip dengan suara mesin motor 2 tak.
https://www.youtube.com/watch?v=wDbVJCRcsd8
Bobot tempur kanon ini mencapai 1.640Kg, dan bobot meningkat jadi 2.050Kg saat diangkut dengan towing untuk dilakukan pemindahan. Tentunya untuk gelar kesiapan kanon ini diperkukan awak yang memadai, mengingat harus ada personel yang terlibat untuk melepaskannya dari towing dan mengganti magazen, umumnya Rheinmetall 20mm twin gun dioperasikan oleh 3 sampai 4 awak. Untuk membidik sasaran, juru tembak dilengkapi dengan lensa optical zoom. Lalu sebagai pengarah informasi ke target, awak kanon ini umumnya dipandu oleh radar Giraffe. Uniknya, untuk melepaskan tembakkan, awak harus menekan pedal, layaknya menginjak kopling mobil.
Dengan sudut elevasi laras antara -5 hingga 83,5 derajat, Rheinmetall 20mm juga pas sebagai sista pertahanan untuk obyek permukaan, semisal pertahanan pada garis pantai. Di Asia Tenggara, hanya Indonesia yang menggunakan kanon twin gun ini, negara lain yang juga menggunakan adalah Jerman, Yunani, Turki, Pakistan, Argentina, dan Korea Selatan. Sebagai informasi, Rheinmetall 20mm twin gun juga aktif digunakan oleh militer Argentina dalam perang Malvinas, Argentina menghadirkan kanon ini sebagai sista pertahahan pangkalan di Falkland pada tahun 1981.
Meski masih digunakan oleh TNI AD, kini Arhanud TNI AD sudah kedatangan kanon sejenis yang lebih baru, seperti kanon Giant bow kaliber 23mm buatan Cina dan kanon 23mm/ZUR komposit rudal Grom buatan Polandia. Untuk gelar operasinya di Indonesia, sista hanud ini langsung dibawah Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas). (Haryo Adjie Nogo Seno)
Spesifikasi Rheinmetall Rh202 20mm twin gun
Negara pembuat : Jerman
Kaliber : 20mm x 139mm
Berat tempur : 1.640Kg
Berat dengan towing : 2.050Kg
Jarak tembak max : 7.000 meter
Jarak tembak efektif ke udara : 1.600 meter
Jarak tembak efektif ke permukaan : 2.500 meter
Awak : 4 orang
Related Posts
-
MBT M1A1 SA Abrams Ukraina Dipasangi Lapisan Proteksi ARAT pada Sisi Lambung
No Comments | Jan 15, 2024
-
USS Canberra (LCS-30) – Jadi Kapal Perang Pertama AS yang Komisioning di Luar Negeri
No Comments | May 21, 2023
-
Buntut Insiden ‘Serangan’ Laser Ke P-8A Poseidon, Cina: Justru Australia yang Memprovokasi
8 Comments | Feb 23, 2022
-
Qods Yasir UAV: ‘Kembaran’ ScanEagle dari Hasil Reverse Engineering
7 Comments | Jan 31, 2019
DEWAN PIMPINAN RANTING PARTAI AMANAT NASIONAL PONDOK KARYA PONDOK AREN TANGSEL BANTEN MENILAI KURANG MEMADAI APABILA TNI.AD MEMILIKI MERIAM JENIS RHEINMETAL,GIANT BOW,DSBNYA DAN SEJENISNYA.SAUDARAKU PANGLIMA TNI,MENHAN DAN SAUDARAKU PIMP.FRAKSI PAN DPR RI,MENGINGAT NKRI TERDIRI DARI PULAU-KEPULAUAN YANG COCOK ADALAH TNI MEMBANGUN SISTEM ARHANUD TINGKAT SEDANG DAN JAUH DENGAN RUDAL BRAHMOS (SEPERTI TNI.AL YANG MULAI MELIRIK RUDAL INI)
sekedar berbagi –
mesin penggerak yg digunakan sebagai pembangkit listrik dan sistim hidrolik bukan 2 tak melainkan rotari (buatan Sach) yang menghasilkan putaran tinggi, 4500 rpm secara kontinyu.
ada sistim Taboo Zone yang menghambat penembakan pada bidang yang sedang dilindungi.
kami bukan dari kalangan militer namun sejak 1996 sudah menangani sista ini secara menyeluruh. utamanya pada sistim elektronika Taboo Zone.
dapat digunakan sebagai artileri darat pada perang gunung. untuk jarak tanggung. terlalu jauh untuk SMB namun terlalu dekat untuk artileri medan.
demikian, mohon maaf dan terimakasih.
sekedar berbagi –
mesin penggerak sebagai sumber listrik dan sistim hidroliknya bukan 2 tak melainkan sepertiga tak karena menggunakan mesin rotari Sach untuk mendapatkan putaran tinggi, 4750 rpm secara kontinyu.
penggerak untuk sistim gerak baik azimuth maupun elevasi menggunakan hidrolik bukan motor listrik sehingga memiliki akselerasi dan respon yg sangat cepat.
memiliki sistim Taboo Zone untuk menghambat penembakan pada instalasi yang sedang dijaga yang berada diantara bangunan lain diseputar 360 derajat.
dan masih banyak lagi yg sebenarny bisa diceritakan.
sebelumnya mohon maaf, kami bukan dari kalangan militer namun sejak 1996 sudah menangani sista ini. dibagi menjadi dua tim, mekanik dan elektronik, kami pada elektroniknya, khususnya pada sistim penembakan elektrik dan Taboo Zone nya. Terimakasih dan mohon maaf.
Hallo Bung Ongkie,
Kami ucapkan terima kasih banyak untuk update informasi dan revisinya :-)) semoga info dari Anda bisa kian menambah pengetahuan alutsista utk rekan2 lainnya.. Indahnya berbagi :-))
setuju dgn bang Nazar. Emang zaman sekarang pesawat mempan di embat kanon? rudal dong beli yg banyak dan macem2 jarak tembaknya….
Sebuah artikel yang menurut saya menarik dan relatif lengkap. Seandainya ada anggota dewan atau petinggi TNI yang kebetulan baca tulisan ini, saya usul saja, “Tolong jangan berpangku pada paradigma senjata hanud kelas teri, sampe hari ini kita hanya berfokus pada senjata untuk target terbang rendah”. Justru saya lihat ada kemunduran, lepas dari masa bakti Rapier, yang dibeli malah Grom yang apesnya rudal KW2, yang dalam beberapa uji coba gagal, lantaran dinilai ga cocok di iklim tropis.
Coba bayangkan, andaikata kita berkonflik dengan Singapura dan Malaysia, memang kedua negara itu tak mungkin bisa menduduki tanah/pulau Indonesia, tapi dengan alutista yang mereka miliki saat ini, saya kok yakin, setidaknya ruang udara kita bisa dikuasai oleh mereka dalam peperangan. Tolong perhatikan dukungan alutsista jet tempur fighter TNI AU, pikirkan kelengkapan senjata/rudalnya, jangan hanya sibuk membina tim aerobatik. Terima kasih…
Analisa yang menarik, terima kasih juga untuk komentarnya, semoga ada anggota dewan atau jendral yang baca komentar2 kita ini yaa.. Hehe
Walaupun begitu tetap aja ini baru awal dari pengembangan dari rencana pembelian senjata yang di lakukan oleh kemenhan kita
mau gimana lg bang udah keadaan negara kita yg kayak gini,mungkin karena kita zero enemy