Turki Terima Gelombang Pertama T-155 Fırtına, Self Propelled Howitzer Produksi Dalam Negeri
|Selain meresmikan dimulainya fase produksi Main Battle Tank (MBT) Altay, rupanya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, pada hari Senin, 9 Januari 2023, juga menghadiri upacara pengiriman perdana T-155 Fırtına (Storm), yakni self propelled howitzer produksi Dalam Negeri, yang tak lain merupakan varian dari K9 Thunder asal Korea Selatan, yang dibuat di Turki oleh Angkatan Darat Turki.
Baca juga: Turki Resmikan Produksi Perdana MBT Altay, Total Pesanan Dalam Negeri 1000 Unit
Media nasional Turki pada hari Senin melaporkan bahwa Angkatan Darat Turki menerima pengiriman enam unit pertama self propelled howitzer Firtina. Presiden Recep Tayyip Erdogan secara pribadi menghadiri upacara pengiriman enam howitzer Firtina baru buatan dalam negeri kepada Angkatan Bersenjata Turki di provinsi Sakarya barat laut.
“Kami bertekad menjadikan 2023 sebagai titik balik dalam industri pertahanan bersama dengan bidang lainnya,” kata Erdogan.
T-155 Firtina adalah varian Turki dari self-propelled howitzer (SPH) roda rantai K9 Thunder yang dikembangkan oleh Hanwha Defense. SPH ini dilengkapi dengan sistem kontrol tembakan otomatis. Sistem artileri medan ini memiliki laju tembakan maksimum 6 proyektil per menit dan memiliki jarak tembak 40 kilometer.
T-155 Fırtına dilengkapi dengan sisem kontrol tembakan dan sistem komunikasi Turki, yang kompatibel dengan standar NATO. Rencananya, komponen mesin dan transmisi akan dipasok secara lokal di Firtina mulai tahun 2025. Angkatan Darat Turki total akan mendapatkan 140 unit T-155 Fırtına.
T-155 Fırtına diproduksi dan dirakit oleh Angkatan Darat Turki di 1010th Army Equipment Repair Factory menggunakan subsistem impor dari Korea. Terkait dengan embargo dari Jerman, kemungkinan Fırtına akan menggunakan mesin asal Ukraina.
Sebelum ini, T-155 Fırtına telah digunakan militer Turki dalamOperation Sun pada akhir 2007 hingga Januari 2008 untuk melawan militan PKK di bagian utara Irak. Fırtına juga digunakan dalam bentrokan perbatasan Suriah-Turki pada tahun 2012, 2016, dan 2018. (Gilang Perdana)
@TN
makannya itu mas, saya dah bilang kan di artikel sebelumnya, produk impor gado2nya dikurangi, utamakan produk lokal, kalau ingin inhan maju tapi senjata masih impor sana sini padahal belum tentu dibutuhin, ToT juga belum tentu dapet, tetep dibeli juga buat apa?
@periskop,
Pengalaman bikin meriam 105mm juga percuma kalo nggak dibeli.
Sebenarnya meriam yang mudah dicopotin dan dipasang lagi seperti meriam gunung 76 mm dan meriam 105 mm sangat dibutuhkan oleh brigade lintas udara (airborne brigade) dan brigade tempur pegunungan (combat mountain brigade) . Kita punya 36 pegunungan tapi nggak ada satupun brigade tempur spesialis pegunungan.
nah, pindad kan ada pengelaman bikin howitzer 105mm kalau ngga salah, bisa nih dikembangin ke kaliber yang lebih besar, mungkin dengan ToT belgia atau korsel. biar kayak turki. alat pertahanan mulai diutamakan produk lokal, harpoon diganti atmaca. aim 9 dan 120 diganti gokdogan dan bozdogan (keluarga rudal GOKTUG), rudal hanud juga bikin sendiri
Turki emang keren….produksi dari lisensi dan TOT langsung pesen banyak…jd terkesan industrinya maju….