Turki Tawarkan Kapal Selam Reis Class (Type 214) Untuk TNI AL
Target pengadaan kapal selam selam hingga 12 unit pada tahun 2024 jelas menjadikan Indonesia sebagai pasar yang strategis bagi manufaktur kapal selam. Betapa tidak, saat ini yang sudah jelas ‘terlihat’ baru ada lima unit kapal selam milik Korps Hiu Kencana, yakni dua unit Cakra Class (Type 209) dan tiga Nagapasa Class (aka – Changbogo Class) yang masih dalam proses pengiriman. Sisanya masih ada tujuh unit kapal selam yang masih harus dicari. Dan nampaknya TNI AL memang membuka peluang bagi jenis kapal selam lain, diluar Nagapasa Class.
Baca juga: Kilo Class – Sosok Kapal Selam dalam Kalender TNI AL
Untuk itu TNI AL dan Kementerian Pertahanan (Kemhan) kini sedang menjajaki kemungkinan beberapa jenis kapal selam diesel listrik sebagai kandidat. Selain Kilo Class dari Rusia yang namanya kembali disebut, DCNS dari Perancis juga menawarkan kerjasama produksi kapal selam litoral Scorpene Class 1000 kepada PT PAL. Melihat peluang yang masih terbuka, belum lama berselang Gölcük Naval Shipyard dari Turki telah menawarkan kapal selam Reis Class diesel-electric submarine (SSK) kepada pihak TNI AL.
Baca juga: Indonesia dan Perancis Bicarakan Pengadaan Kapal Selam Littoral Scorpene Class 1000
Seperti dikutip dari Janes.com (13/4/2017), pihak Gölcük Naval Shipyard dan TKMS (ThyssenKrupp Marine Systems) telah mengadakan presentasi di Mabes TNI AL Cilangkap, Jakarta Timur. Hasil dari pertemuan tersebut, pihak Gölcük Naval Shipyard akan mengundang perwakilan TNI AL untuk melihat langsung fasilitas galangan kapal selam yang berada di dekat kota Istanbul. Pihak Gölcük Naval Shipyard kabarnya akan memperlihatkan proses pembangunan pesanan pertama Reis Class Pirireis (S 330) untuk AL Turki. Masih dari Janes.com, jadwal kunjungan pejabat TNI AL ke Gölcük Naval Shipyard akan berlangsung pada 7 – 12 Mei 2017, yang dilangsungkan bersamaan dengan perhelatan IDEF 2017.
Reis Class tak lain adalah versi lain kapal selam Type 214 buatan Jerman, dimana Gölcük Naval Shipyard mendapat lisensi produksi dari Howaldtswerke-Deutsche Werft (HDW). Selain Turki, Jerman juga memberi lisensi pembanguna Type 214 kepada Hellenic Shipyards Co (Yunani), Hyundai Heavy Industries dan Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (Korea Selatan).
Kapal selam dengan kemampuan low noise propeller ini punya bobot 1.700 ton/1.673 ton, dan ditenagai mesin diesel 2 x MTU 16V-396 (3.96 MW) dan motor listrik 1 x Siemens Permasyn. Tidak itu saja, sebagai kapal selam modern, Type 214 juga dapat dibekali fuel cell AIP (air independent propulsion). Bicara soal kecepatan, laju kapal di permukaan 12 knots, dan saat menyelam ada di rentang 15 – 20 knots. Kemampuan jelajah menjadi nilai lebih Type 214, kapal selam ini digadang punya jarak jelajah maksimum hingga 19.300 km di permukaan, dan 2.311 km di bawah permukaan.
Endurance kapal selam ini bisa mencapai 84 hari tanpa harus melakukan bekal ulang. Namun perlu dicatat, kemampuan menyelam terus menerus tanpa snorkeling maksimum adalah 3 minggu. Bicara tentang kedalaman menyelam, secara teori Type 214 sanggup diajak menyelam sampai kedalaman 400 meter. Dengan jumlah awak 30 orang, Type 214 dapat membawa bekal senjata berupa delapan torpedo 533 mm torpedo dan empat rudal anti kapal UGM-84 Harpoon.
Baca juga: Harpoon – Rudal Canggih Yang “Loyo” Akibat Embargo Militer
Secara keseluruhan, Type 214 punya dimensi 65 x 6,2 x 6,6 meter. Selain Turki dan Jerman, keluarga Type 214 juga dioperasikan AL Yunani dan AL Portugal. Yang menarik, meski Turki menawarkan Reis Class ke Indonesia, sejatinya pesanan perdana kapal selam ini untuk AL Turki baru akan selesai pada tahun 2019. AL Turki total memesan enam unit Reis Class, dan keseluruhan pesanan diharapkan dapat diselesaikan pada tahun 2025. Sumber Wikipedia.org menyebut ongkos pengadaan satu unit Type 214 pada tahun 2008 mencapai US$330 juta. (Haryo Adjie)
Berarti ada yang tidak puas akan tot dari Korea. Bisa jadi Tot diberikan setengah hati atau korea nggak bisa ngasih tot full karena belum dapat izin jerman karena korea tak mau ngasih fee ke jerman seperti Indonesia buat LPD jual ke Pinoy tapi korea tetap dapat fee dari PAL sebagai empu yang punya tehnologi sebenarnya . Semuanya masih misteri dan bisa saja terjadi .
Bro….F15,natuna…kelamjutannya gimana?…xixixi
Beli Kasel dari mana pun oklah,yang terpenting proses TOT nya dan dibuat di indonesia
Terusin saja ChangBego yang sudah ada 3 item, toh PT PAL sudah buat galangan & di kasih OTE-OTE sama Daewoo. Pastinya lebih murah & memudahkan perawatan. Kalo mau nambah jenis ambil dari Prancis biasanya alutsista teknologi lebih canggih & biarpun Nato tp tidak terlalu rewel.
Benar bung, akan mudah apabila diteruskan proyeknya, Kecuali ada sesuatu dari korea yang memberatkan kita
Namun kita juga tidak menolak ToT dari negara lain kalau itu lebih menguntungkan
Rata rata Negara Eropa mudah menularkan ToT dibanding Jepang, AS adan Rusia.
Contoh : Perancis dan Swedia, Alutsista yang mereka pakai, sama dengan yang di Ekspor, kecuali yang dilarang oleh PBB
Ada lagi yang mudah menularkan ToT, yaitu Israel, namun sayangnya kita menolak karena alasan POLITIK
Sebenrnya kalo tdk di campur aduk masalah SARA dan POLITIK. TOT dari israel bagus juga sih..
Yg kita butuhkan teknologinya..
kaya’ny kecil peluang u214 diambil TNI,..krn deh ada CBG,..kecuali nnti pemerintah gak mau nmbah lg CBG yg 3 unit skrg ini,mungkin gara2 permaslhan TOT dgn korea.
kasel scorpene 1000 dr dcns justru puny peluang cukup bsar,..krn ukuran kasel ini yg lbh kecil, cocok d perairan2 sempit & dangkal. aplg DCNS deh srius pdkt ny ke pemerintah.
jd nnti akan ada 2 jenis kasel yg dimiliki TNI AL, di tambah (kemungkinan ) kilo 636 class.
Th 2006 kt pernah d tawarkan pihak german utk TOT bahkan mo d buatkan galangan nya gratis … Tp gara2 Slamet Subiyanto d tolak dah rejeki … Nasib…. Ktny … Sy buatkan postur TNI-AL yg baru … Kl aja d setujui waktu itu 2014 kt Uda punya 12 kpl selam …
bukan gak mau harphoonnya
…emang gak ada duit aja