Update Drone KamikazeKlik di Atas

Turki Borong 40 Unit Jet Tempur Eurofighter Typhoon, Eks Pesanan Arab Saudi yang Diembargo Jerman

Seperti diulas pada artikel kami di bulan Juli lalu, Inggris dan Jerman berbeda pendapat dalam penjualan jet tempur Eurofighter Typhoon ke Arab Saudi. Inggris menyetujui penjualan Typhoon ke Negeri Raja Salman, sebaliknya Jerman menentang penjualan, lantaran ada isu hak asasi manusia. Nah, rupanya pesanan Eurofighter Typhoon untuk Arab Saudi yang berstatus ‘menggantung’ akan dibeli oleh Turki.

Baca juga: Inggris dan Jerman Beda Pendapat Soal Penjualan Eurofighter Typhoon ke Arab Saudi, Ini Sebabnya!

Dikutip savunmasanayist.com (16/11/2023), disebutkan bahwa pemerintah Turki akan membeli 40 unit jet tempur Eurofighter Typhoon. Lebih detail dikatakan Eurofighrer Typhoon untuk Turki akan dipasok oleh Inggris.

Rencananya akan dilakukan pengadaan 40 unit pesawat tempur Eurofighter Typhoon untuk Angkatan Udara Turki yang saat ini menggunakan pesawat tempur F-16 dan F-4 Terminator sebagai backbone kekuatan udaranya. Dalam pernyataan, Menteri Pertahanan Nasional Turki, Yaşar Güler mengenai masalah ini, “Kami ingin membeli Eurofighter Typhoon, ini adalah pesawat yang sangat efektif, Jerman memang keberatan, tapi Inggris dan Spanyol mengatakan mereka akan menyelesaikannya,” kata Güler.

Ketika ditanya apakah pesawat tempur yang dimiliki Angkatan Bersenjata Turki akan memenuhi tugasnya, Güler berkata, “F-16 dan F-4 kami cukup untuk tugas yang akan kami laksanakan. Tapi tentu saja kami menantikannya. Kami awalnya mengajukan permohonan F-35 Lighting II untuk masa depan, tetapi beberapa masalah muncul terkait F-35, dan kami juga sedang mencari alternatif.

Untuk memodernisasi armada F-16 Turki akan membeli 40 unit F-16 Block 70 Viper dalam kondisi baru dari Lockheed Martin, Selain Turki juga akan memodernisasi 79 unt F-16 lama ke standar Viper di fasilitas Turkish Aerospace Industries (TAI).

Telah digunakan di 7 negara (Inngris, Spanyol, Italia, Jerman, Austria, Arab Saudi, dan Oman) jadi modal kuat untuk pemasaran Typhoon.

Dengan perkembangan teknologi dirgantara yang pesart Turki telah mencapai kemajuan spektakuker, seperti pengembangan jet latih tempur Hurjet yang telah sukses terbang perdana. Bahkan Turki telah punya roadmap dalam pengembangan jet tempur generasi kelima, KAAN, yang rencananya akan melakukan uji terbang perdana tidak lama lagi. Untuk menciptakan kemandirian, Turki juga kini sedang mengembangkan mesin jet produksi dalam negeri. Kami akan memasok mesin dalam negeri pada tahun 2028, dan paling lambat akan terbang dengan mesin kami sendiri pada tahun 2032,” ujar Güler.

Namun, melihat dinamika yang terjadi di regional, Turki kemudian harus mengakuisisi jet tempur dengan lebih cepat, pasalnya proyek KAAN dan Hurjet masih butuh waktu lama untuk dinyatakan siap.

Jika Eurofighter Typhoon dibeli, maka jet tempur bermesin gandar dengan radar AESA ini akan dimasukkan dalam inventaris Angkatan Udara Turki untuk pertama kalinya.

Proyek Typhoon diawali dengan kemitraan banyak negara guna memenuhi kebutuhan jet tempur generasi baru negara-negara Eropa. Namun, Perancis memutuskan untuk mengembangkan pesawatnya sendiri, Rafale.

Sementara Inggris, Italia, Spanyol dan Jerman, bersepakat untuk mengembangkan proyek jet tempur Eropa dalam konsorsium Eurofighter GmbH, yang kemudian muncul prototioe EF-2000. Hak kepemilikan dalam proyek ini adalah – Inggris 33%, Jerman 33%, Italia 21%, dan Spanyol 13%.

Mewakili Inggris dalam konsorsium adalah BAE Systems; Airbus Defense and Space mewakili Jerman dan Spanyol, dan Leonardo mewakili Italia. Dalam lingkup proyek, rantai pasokan dan lapangan kerja yang sangat serius telah diciptakan di negara-negara ini.

Hingga saat ini, lebih dari 550 pesawat tempur Eurofighter Typhoon telah berhasil dikirim ke 7 negara berbeda. Negara-negara tersebut adalah sebagai berikut: Jerman, Inggris, Italia, Spanyol, Austria, Oman dan Arab Saudi.

Pemerintah Jerman memberlakukan penghentian penjualan senjata ke Arab Saudi setelah pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi pada tahun 2018. Jerman mengambil pendekatan yang jauh lebih keras ke Arab Saudi, jika dibandingkan dengan sekutu utama seperti Amerika Serikat, Perancis, dan Inggris.

Baca juga: Perancis dan Jerman Beda Pandangan Tentang Proyek Jet Tempur Masa Depan – FCAS/SCAF

Sejak pemulihan hubungan Arab Saudi dan Iran, yang dapat mengakhiri perang proksi mereka di Yaman, Inggris berpendapat bahwa Jerman tidak dapat memblokir ekspor jet Eurofighter ke pihak ketiga. (Gilang Perdana)

3 Comments