Tujuh Negara Eropa Bersatu Kembangkan Korvet Bersama dalam ‘European Patrol Corvette’
Setelah 19 negara Eropa bersatu dalam ‘European SkyShield Initiative’ – yakni sistem hanud (pertahanan udara) bersama yang dimotori Jerman, maka ada kabar dari aspek kelautan, bahwa telah diluncurkan Tahap Pertama European Patrol Corvette (EPC) Project pada 24 Oktober 2023 di Roma, Italia. Dimotori oleh Italia, Perancis dan Spanyol, EPC menawarkan desain korvet bersama yang akan diadopsi sesuai dengan kebutuhan pertahanan maritim di Eropa.
Baca juga: Meski Ditentang Perancis, 19 Negara Eropa Bersatu dalam ‘European SkyShield Initiative’
Dikutip dari navyrecognition.com (25/10/2023), dengan dilangsungkan peluncuran Tahap Pertama EPC, maka dalam 24 bulan mendatang ditargetkan tuntasnya desain awal (initial design) dari EPC. European Patrol Corvette atau Modular and Multirole Patrol Corvette (MMPC) adalah proyek Permanent Structured Cooperation (PESCO) yang diadopsi oleh European Council pada 12 November 2019. Tujuannya adalah untuk merancang dan mengembangkan kelas baru kapal kombatan permukaan.
Proyek ini awalnya melibatkan Italia dan Perancis, yang pertama menjadi koordinatornya. Kedua negara tersebut kemudian bergabung dengan Yunani dan Spanyol, dan secara bertahap, beberapa negara Eropa lainnya seperti Denmark, Norwegia, dan Rumania, ikut berpartisipasi. Sementara Portugal dan Kroasia bergabung sebagai observer.
Korvet dalam proyek EPC akan memiliki lambung konvensional dengan dimensi, persenjataan dan sistem propulsi yang berbeda. Setidaknya ada dua versi yang jadi acuan pengembangan:
1. Varian tempur (preferensi dari Italia) – mengusung radar 3D dan sistem manajemen tempur, rudal permukaan-ke-udara (SAM) jarak menengah/pendek dan sistem anti-torpedo. Korvet ini punya perkiraan kecepatan tertinggi: 25–26 knot (46–48 km/jam).
2. Varian patroli jarak jauh (preferensi Perancis) – mengusung radar 3D dan sistem manajemen tempur, SAM jarak menengah/pendek, perkiraan kecepatan tertinggi 24 knot (44 km/jam).
Selain dua varian di atas, mengemukan tiga varian lanjutan yang akan dipertimbangkan.
1. EPC yang dioptimalkan untuk peperangan anti-permukaan (ASuW) dan anti-pesawat (AAW) dengan kemungkinan peperangan anti-kapal selam (ASW) dan dengan kemampuan pertahanan diri
2. EPC dioptimalkan untuk peperangan anti-permukaan (ASuW) dan dirancang dengan jangkauan jelajah samudera (jarak jelajah 19.000 km pada kecepatan 14 knot, 26 km/jam).
3. EPC dioptimalkan untuk misi offshore patrol vessel di lepas pantai.
Dengan indikasi dana tambahan dana sekitar 200 juta euro dari Uni Eropa, pada tahun 2022 negara-negara anggota yang berpartisipasi bertujuan untuk menandatangani kontrak pada awal tahun 2025 dan memperkirakan peletakan lunas kapal pertama EPC akan dilakukan pada tahun 2026 dan pengiriman akan dimulai pada tahun 2030.
Proyek EPC melibatkan galangan besar papan atas, seperti Naviris (Italia-Perancis), Naval Group (Perancis), Navantia (Spanyol) dan Fincantieri (Italia). Spesifikasi umum korvet khas Eropa ini akan punya berat maksimum tidak lebih dari 3.000 ton dan panjang tidak lebih dari 110 meter.
Untuk propulsi, dapat menggunakan pilihan CODLAD (Combined diesel-electric and diesel) atau CODAD (Combined diesel and diesel). Sementara untuk persenjataan, akan berbeda-beda menyesuaikan kebutuhan misi dan negara pengguna. EPC nantinya akan mampu didarati helikopter berukuran sedang sekelas NH-90 dan dukungan drone. (Gilang Perdana)
@semua jangan terlalu memikirkan action nya @tukang ngitung dari dulu juga gitu dulu ada markitung nya dia sampe fantastis 21 Absalon Class, sampe ini hoax jenis baru atau apa
@Bung TN: Menjelajah sampai Mediterania atau Hawaii bukan suatu bentuk kemampuan Green Water Navy, kemampuan Green Water adalah kemampuan untuk memproyeksikan kekuatan armada hingga luar batas ZEE atau sekitar 320 Km dari garis pantai terluar secara continue. Boleh bicara kapal Fregat Indonesia bisa berlayar sampai disini atau sampai disitu tapi pertanyaannya berapa lama kapal tersebut mampu beroperasi di perairan lepas tanpa sandar di pelabuhan?? OPV jelas dibutuhkan tapi proporsinya digunakan untuk keamanan, bukan pertahanan walopun OPV bisa diupgrade atau dimodif sebagai kapal perang Kombatan.
Kalo bicara senjata yg akan diusung, sebetulnya belum ada penjelasan yg pasti senjata AAW apa yg akan digunakan oleh Fregat Merah Putih, 24 unit Sea Captor (CAMM) hanya diperuntukkan untuk Type 31 milik UK bukan Indonesia. Jadi masih ada kemungkinan Fregat yg sedang dibangun oleh PAL ini bisa membawa lebih dari 24 unit SAM. Bahkan jika pake CAMM/Sea Captor, jangkauan CAMM ER dan MR bisa lebih dari 60-100 km, suatu jangkauan yg belum dimiliki oleh hanud Indonesia. Jadi sangat tidak relevan membandingkan perencanaan dan kebutuhan Fregat Merah Putih/Arrowhead 140 dg SIGMA.
Saya lebih setuju Indonesia memperbanyak UUV dan USV daripada memperbanyak kapal permukaan dgn tonase kecil. Liat kemampuan USV Ukraina yg mampu melumpuhkan armada laut hitam Rusia. Indonesia harus belajar dari pengalaman peperangan modern disana dan mulai mengembangkan drone secara mandiri karena drone jauh lebih murah dalam penggunaannya daripada kapal-kapal kecil tadi. Kalo perlu Kapal-kapal Fregat Merah Putih dan Bergamini/FREMM Class dilengkapi dg drone Kamikaze USV/UUV untuk menambah daya gedor kekuatan armada Indonesia.
4000 ton ke atas untuk operasi green water ?
Hellooo itu REM class kita sudah sampai Hawaii lho padahal cuma 2400 ton. Diponegoro class dan Bung Tomo class kita sudah sampai ke Laut Mediterania. Padahal tonasenya hanya 1600 ton dan 2000 ton.
Lebih dibutuhkan untuk mampu membawa senjata lebih banyak?
Itu yang katanya fregat ah140 Type 31 cuma bawa 24 CAMM, fregat MP kita pun cuma bawa VL Mica doang itu pun dalam jumlah yang tidak terlalu banyak.
Lautan kita yang luas itu identik bukan dengan besarnya tonase kapal perang tetapi identik dengan banyaknya kapal perang.
Itulah makanya AL kita kepingin punya 36 fregat, 18 korvet, 14 opv dan hanya 4 destroyer.
Sekarang justru fokusnya seharusnya untuk mengganti seluruh 16 Parchim class, 5 Van Speijk class dan 3 Malahayati class.
16 + 5 + 3 = 24
Jika kita mengganti 24 kapal ini dengan 24 kapal setara PKR Sigma 10514 dilengkapi dengan 24 helikopter MH60R, kekuatan tempur AL kita sudah meningkat tajam.
@Distanta: Apakah Mbah Suro itu nama lain Smiling General aka Hari aka Ruskye?? Kalo betul berarti dia sudah bermain watak di hampir semua situs Forumil ya. Pendukung Barat sekaligus Vatnik Rusia. Luar biasa sekali main wataknya.
en.m.wikipedia.org/wiki/European_Patrol_Corvette
Italia yang jadi koordinator artinya basis desain EPC notabene dari Ficantieri
@mbah suro alias om smili
Justru European Patrol Corvette pake platform Ficantieri FCx30 atau Doha Class
Ada di situs resmi Ficantieri sendiri
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Doha-class_corvette
Mirip banget desain antara EPC dgn Doha Class Corvette
Konsep FCx sama persis seperti Damen Sigma
@Mbah Suro: Indonesia itu membutuhkan kapal perang dengan dimensi diatas 4000 Ton keatas untuk operasi laut lepas atau Green Water Navy. Itu lebih dibutuhkan untuk mampu membawa senjata lebih banyak dan karena luas lautan Indonesia adalah 2/3 dari luas total keseluruhan wilayah Indonesia dan terbukanya wilayah Indonesia dg samudera luas baik Pasifik maupun Hindia maka Indonesia membutuhkan jenis kapal dgn bobot yg berbeda dg SIGMA. Beda cerita dg Eropa dimana ancaman terbesar mereka adalah Rusia yg punya perbatasan darat yg luas maka ancamannya lebih pada pertahanan darat. Sedangkan kapal perang yg dibutuhkan tidaklah terlalu besar yg penting mampu membawa drone kamikaze.
Sebagai negara maritim Indonesia butuh fregat dan destroyer. Indonesia juga butuh kapal induk untuk melindungi kepentingan Indonesia menghadapi negara besar.
Jauh-jauh hari Damen udah bikin desain beginian…..awokwok 😆😆😆
Kita ini serba “gagap mode” ya…..udah punya korvet aka PKR, malah ga diterusin, bakal diganti fregat yg lebih besar.
Sementara Eropa yg “pusatnya” mode fregat udah bengek ngoperasiin fregat gede utk menunjang operasi yg tidak sesuai dg senjata yg dimiliki, makane sekarang mereka mendesain korvet utk menunjang misi LIC, misi anti bajak laut dan penjaga perdamaian