Update Drone KamikazeKlik di Atas

Triple Gun – Alutsista “Khas” Kopasgat TNI AU

Selain warna baret jingga dan corak loreng pada seragam tempurnya, apa yang benar-benar khas dari Kopasgat (Komando Pasukan Gerak Cepat) – d/h Korps Paskhas TNI AU? Jawabannya adalah kanon triple gun 20mm, pasalnya sosok kanon dengan 3 laras ini begitu melekat pada tugas utama Kopasgat dalam menjaga dan mempertahankan pangkalan udara serta instalasi vital lainnya.

Baca juga: Ssst… Ada Kanon Triple Gun di Kapal Patroli Milik PolAir

Dari usia pengabdian di Bumi Pertiwi pun, boleh dibilang Triple Gun yang aslinya punya kode nama M55 A2 ini sudah sangat sepuh, lantaran alutsista Kopasgat ini didatangkan pada era 60-an, lantaran ada kebutuhan mendesak dalam rangka operasi Trikora. Kanon M-55 Triple Gun yang digunakan Kopasgat merupakan buatan Yugoslavia, walau sejatinya Yugoslavia hanya memproduksi atas dasar lisensi dari Hispano Suiza (manufaktur alat-alat pertahanan dari Swiss) tipe HS-804. Konsep tiga laras menjadikan kanon ini punya daya hancur yang dahsyat untuk menghajar target pesawat udara atau helikopter yang terbang rendah.

Triple gun, atau juga juga populer dengan sebuatan ‘tri-barrel’ diproduksi dalam 4 varian, yakni M55 A2B1, M55 A3B1, M55 A4B1, dan M55 A4M1. Versi M55 A2B1 dirancang tak hanya untuk melahap target di udara, tapi kanon ini juga ampuh menggasak sasaran non lapis baja atau kendaraan lapis baja ringan. Untuk penempatan, kanon ini dapat dipasangkan secara portable di kendaraan darat dan kapal permukaan untuk melawan sasaran di atas permukaan laut. Tingkat putaran peluru mencapai 700 per menit. Bisa dibayangkan betapa panasnya laras kanon ini. Untuk suplai amunisi, menggunakan jenus drum dengan total bisa mencapai 60 drum.

Triple Gun Paskhas dalam foto kenangan masa laloe

Versi M55 A2B1 menggunakan tenaga penggerak hidrolik, artinya untuk mengarahkan laras ke sasaran dilakukan lewat metode manual. Sebaliknya pada versi M55 A3B1 sudah menggunakan penggerak ‘wenkel’ dengan bahan bakar bensir. Juru tembak pun dapat mengarahkan tiga laras cukup dengan menggerakan joystick. Untuk versi selanjutnya sudah lebih maju lagi, terutama dengan penambahan alat penjejak sasaran untuk target malam hari.

Triple gun dengan truk Reo, siap berperan sebagai pertahanan udara titik di Lanud
Triple gun Paskhas TNI AU dipasang pada platform truk Mercedes Benz
Triple gun hingga kini beberapa unit masih terawat, beberapa sisanya dapat dilihat pada museum Satria Mandala di Jakarta dan Museum Dirgantara di Yogyakarta

Dari keempat varian triple gun, versi pertama jadi yang paling populer, pasalnya karena gelar operasi yang cukup mudah dan murah, triple gun dengan tenaga hidrolik ini juga populer digunakan dalam berbagai medan pertempuran, sebut saja aksi triple gun pada perang di Angola, Afganistan, dan Timur Tengah. Meski sudah tergolong uzur, gelar tempur yang mudah membuat triple gun masih saja eksis hingga kini.

Ibarat mengendarai mobil, juru tembak triple gun juga menginjak pedal untuk melepaskan tembakan. Sedangkan untuk menggerakan laras ke atas dan kebawah, serta memutar sudut laras menggunakan kedua tangan. Sebagai senjata pertahanan titik pada Lanud, radius putar kanon ini bisa mencapai 360 derajat, lalu untuk sudut vertikal laras mencapai maksimum 83 derajat,serta sudut horizontal terendah mencapai 5 derajat. Untuk memudahkan dalam membidik sasaran, juru tembak dibantu lubang pisir yang bentuknya menyerupai sarang laba-laba.

Triple gun nampak menjadi koleksi museum AB Israel
Jaring-jaring pisir untuk membidik target

Perangkat navigasi untuk juru tembak triple gun
Triple gun tanpa drum magasin, menjadi koleksi museum Satriamandala, Jakarta
Tampilan Triple gun dari sisi juru tembak

Melihat dari spesifikasinya, meski sudah tua, dengan perawatan yang apik kanon ini masih ideal untuk melibas sasaran yang terbang rendah dengan kecepatan terbatas. Menurut informasi, kanon ini masih ideal mencecar target dengan kecepatan 1.000 km per jam.

Meski kodratnya sebagai kanon tarik (towed) dengan dua buah roda, Kopasgat TNI AU juga cukup sering menempatkan kanon ini pada platform kendaraan truk, seperti di Mercedes Benz dan truk Reo. Untuk konteks deteren, pastinya TNI AU harus melakukan modernisasi pada sista hanud, sebagai penggantinya kini TNI AU sedang menunggu kanon Oerlicon Contraves 35 mm, melengkapi rudal panggul MANPADS QW-3 yang kini sudah hadir. (Haryo Adjie Nogo Seno)

Spesifikasi Triple Gun M55
Produksi : 1955
Kaliber : 20 x110 mm
Berat : 970 kg
Berat Tempur :1.070 kg
Kecepatan luncur peluru : 835 – 850 meter/detik
Jangkauan target vertikal : 1.000 – 1.500 meter
Jangakauan target horizontal : 5.500 meter
Amunisi siap tempur : 1.200 peluru (3 drum)

8 Comments