Tornado-G: Berhulu Ledak Lebih Tinggi, Inilah Sistem MLRS 122mm Terbaru dari Rusia
|Dalam jagad alutsista TNI, nama MLRS (Multiple Launch Rocket System) RM70 Grad dan Vampire miliki Resimen Artileri Korps Marinir jelas punya tempat tersendiri, maklum dengan diluncurkannya 40 roket kaliber 122 mm secara salvo, maka sasaran seluas 3 hektar akan luluh lantak dari jarak 20 km. Dengan daya gempur yang tinggi, beberapa orang menjuliki RM70 sebagai alutsista paling lethal dalam dunia artileri di Indonesia.
Baca juga: RM70 Grad Korps Marinir Kini Jadi Senjata Penggebuk dari Tengah Laut
Nah, masih dalam segmen roket MLRS kaliber 122 mm, dari ajang Army 2018 di Kubinka, Rusia (21-26 Agustus 2018), pihak Splav Spa JSC merilis generasi roket 122 mm terbaru. Dalam label Tornado-G MLRS, baik roket dan peluncur (versi 2B17) sekilas mirip dengan MLRS jenis lama, yakni yang mengambil basis BM-21 Grad. Meski tampilan serupa, namun roket Tornado-G punya beberapa keunggulan, diantaranya roket yang punya jangkauan lebih jauh dan hulu ledak yang lebih kuat.
Sementara secara keseluruhan, sistem Tornado-G sudah dilengkapi automatic positioning, navigation, aiming and laying systems. Pengembangan roket 122 mm ini sejatinya sudah dimulai sejak 1990, namun baru terungkap ke publik pada 1998. Namun karena Rusia tengah terkendala pendanaan, sampai tahun 2011 hanya 36 unit Tornado-G yang berhasil dibuat. Secara resmi, Tornado-G dengan platform truk Ural-4320 6×6 masuk kedinasan AD Rusia pada 2012. Dan dipastikan sampai tahun 2020, seluruh Tornado-G akan menggantikan keberadaan BM-21 Grad yang usianya telah uzur.
Walau secara desain mirip, dan masuk di kaliber yang sama. Namun toh ada beberapa perubahan kecil pada roket Tornado-G. Dari aspek hulu ledak misalnya, Tornado-G punya bagian hulu ledak yang lebih panjang, tapi secara keseluruhan panjang roket tidak meningkat, justru bagian motor penggerak yang lebih pendek.
Roket Tornado-G 9M538 HE Frag [high explosive, fragmentation] punya panjang keseluruhan 2,64 meter. Sebagai perbandingan, roket sebelumnya 9M521 HE Frag punya panjang 2,84 meter. Segmen hulu ledak pada Tornado-G mengambil bagian 1 meter. Bobot hulu ledak roket Tornado-G HE mencapai 34,5 kg, sementara roket sebelumnya hulu ledaknya hanya 21 kg. Meski begitu, bobot kedua roket tetap sama, yaitu 70 kg.
Dari segi daya hancur, roket Tornado-G mengadopsi hulu ledak cluster dengan self-guided multi-purpose submunitions. Roket ini dapat menjangkau sasaran hingga 30 km guna menghantam basis perkubuan infanteri lawan. Beberapa sumber yang belum dapat dikonfirmasi kebenarannya bahkan menyebut roket MLRS generasi terbaru ini ada yang telah dibuat untuk mencapai jarak 90-100 km.
Baca juga: Lihat Dari Dekat Aligator CPV, Sang Pengendali Tembakkan RM70 Vampire Korps Marinir
Dari sisi penembakkan, sistem Tornado-G tak mengharuskan awak meninggalkan kendaraan saat proses peluncuran roket. Jumlah awak pun dikurangi dari tiga menjadi dua orang. Deployment satuan tembak dibuat cepat dan ringkas.
Diasumsikan diluncurkan roket secara salvo, maka sebelum roket pertama mendarat ke sasaran, maka kendaraan peluncur sudah dapat bergeser posisinya sejauh 4-5 km dari posisi awal. Tentu ini sangat menguntungkan bagi keselamatan awak, mengingat arah asal luncuran roket ini mudah dideteksi, sehingga rawan mendapat tembakan artileri balasan.
Dalam pergerakannnya, sistem baterai roket ini didukung kendaraan pengangkut munisi. Untuk reload masih dilakukan secara manual, ditangan kru yang terlatih, reload 40 roket ke tabung peluncur dapat dilakukan dalam durasi tujuh menit. (Gilang Perdana)
Kalau hulu ledak nya nuklir blh juga. Mau pake APS jg tetep nembus.
zul@ ntar sekalian same pelor pistol di buat dari nuklir ya, biar bisa nembak pesawat tempur
Tampilannya mirip mlrs kooryong 130mm yg korsel
ivan juga pikir begituh…..
tpi klo kooryong roketnya pre-fragment yg bisa dibuat utk babat armada kelautan kim….
bahas tank sprut min, indo realisasi mau beli
Sudah yaa 🙂