Update Drone KamikazeKlik di Atas

Tondar 69 – Rudal Hanud yang Disulap Jadi Rudal Balistik Jarak Pendek

Warganet lintas zaman tentu sudah akrab dengan sosok rudal hanud jarak jauh V-75 “Dvina” (kode NATO – SA-2 Guideline) buatan Uni Soviet. Salah satunya terpajang di halaman depan Museum Satria Mandala, Jakarta, menjadikan rudal yang pernah meningkatkan efek deterens Indonesia ini sangat mudah dilihat oleh masyarakat umum. Namun, tahukah Anda, bahwa di tangan Cina dan Iran, rudal hanud legendaris ini berhasil disulap menjadi rudal balistik.

Baca juga: Satuan Rudal Hanud Teluk Naga – Dari Era SA-2 Guideline Menuju Penggelaran NASAMS

Dari yang awalnya dirancang untuk menghajar sasaran udara, maka setelah di reverse engineering oleh Cina, eks SA-2 punya tupoksi sebagai rudal balistik jarak pendek – short-range ballistic missile (SRBM). Meski ada perubahan fungsi, namun desain rudal dan peluncur tidak mengalami perubahan seperti pada awalnya dibuat oleh Uni Soviet, yaitu mengusung Transporter Erector Launchers (TEL).

Merujuk ke sejarahnya, pada awalnya Cina meng-copy SA-2 sebagai HQ-2, yaitu difungsikan hakikatnya sebagai rudal hanud. Namun, seiring dinamika, jenis rudal yang sama diubah perannya untuk peran balistik bagi satuan artileri medan, dan kemudian diberi label M-7. Dalam payung “proyek 8610”, rudal M-7 disebut punya jangkauan 150 kilometer.

Dan Iran sebagai negara yang banyak menerima alutsista dari Cina, juga ikut mengakuisisi M-7. Dikutip dari missilethreat.csis.org, disebutkan pada tahun 1989, Iran membeli 200 unit M-7. Dan di tangan Iran, kemudian M-7 diberi label sebagai Tondar 69 (Thunder 69), yang sekaligus menjadi rudal balistik pertama Iran yang ditenagai bahan bakar padat (solid fuel).

Masih dari sumber yang sama, Tondar 69 mulai dioperasikan Iran pada tahun 1992. Berdasarkan catatan, rudal ini pernah diuji bersama rudal jarak pendek lainnya pada September 2009. Kemudian dua rudal lagi diuji pada Juli 2012 selama pertandingan perang “Noble Prophet 7” Iran. Pada 2012, Intelijen AS memperkirakan bahwa Iran menyimpan setidaknya 200 rudal Tondar 69 beserta 20 unit kendaraan peluncur TEL.

Rudal Tondar 69 punya panjang 10,8 meter, diameter roket stage pertama 0,65 meter dan diaeter roket stage kedua 0,5 meter. Sementara bobot peluncuran rudal ini mencapai 2.650 kg. Dari bobot tersebut, rudal itu membawa satu hulu ledak berdaya ledak tinggi seberat 250 kg.

Rudal dengan pendorong roket dua tahap ini memiliki jangkauan maksimum 150 km dan menggunakan bahan bakar padat. Tondar 69 disebut-sebut mengadopsi sistem navigasi inersia (INS) dengan command updates.

Baca juga: Sebelum Pilihan Ke SA-2, Soekarno Ternyata Mengincar Rudal Hanud Jarak Jauh “Nike”

Dari laporan beberapa media, dikatakan Iran tidak terlalu puas atas kinerja Tondar 69, antara lain karena tingkat akurasinya yang buruk dan hulu ledak yang ringan. Berangkat dari ketidakpuasan tersebut, Iran kemudian mengembangkan rudal Fatah-110 yang juga berstatus SRBM dan juga mengadopsi bahan bakar padat. (Gilang Perdana)

10 Comments