TNI AU Dalami Kemampuan MRTT, Australia Siap Datangkan KC-30A Ke Indonesia
Walau hingga kini belum ada kabar mengenai kontrak pengadaan pesawat tanker multi role untuk TNI AU, namun TNI AU terus melakukan upaya persiapan agar kelak dapat mengawaki alutsista baru tersebut dengan baik. Seperti pada 6-7 Februari 2018, pihak AU Australia (RAAF) dan TNI AU menyelenggarakan program pelatihan Air to Air Refuelling Subject Matter Expert Exchange (AAR SMEE) di Jakarta. RAAF tergolong senior dan mitra terdekat dalam penggunaan pesawat tanker di kawasan, lantaran Negeri Kangguru ini telah mengoperasikan MRTT (Multi Role Tanker Transport) sejak Juni 2011.
Baca juga: Dua Kali Disebut KSAU, Masa Depan Airbus A330 MRTT Bersinar di Indonesia
Dari segi geografis memang yang lebih dekat ada Singapura, yang juga menggunakan pesawat sejenis RAAF, yakni KC-30A yang dibangun dari platform Airbus A330-200. Namun Singapura masih tergolong newbie sebagai pengguna Airbus A330-200 MRTT, dimana pesawat pesanan pertamanya baru diterima awal tahun ini. Meski kans terbesar untuk MRTT adalah Airbus A330-200 dari Airbus Defence and Spance, namun masih ada tipe MRTT lain yang tengah dipertimbangkan, diantaranya KC-46A Pegasus yang mengusung platform Boeing 767.
Beberapa pengamat menyebut peluang KC-46A untuk TNI AU terbilang tipis, pasalnya maskapai di dalam negeri jarang atau malahan tidak pernah ada yang mengoperasikan Boeing 767, memang dahulu pernah ada Boeing 767 tapi sebatas disewa Garuda Indonesia dari maskapai luar negeri khusus untuk transportasi Haji. Dengan tak adanya penggunaan Boeing 767 oleh maskapai di dalam negeri, menjadikan urusan maintenance bakal menjadi pekerjaan tambahan yang memakan ongkos besar. Belum lagi avionik KC-46A yang mengusung teknologi Boeing 787 Dreamliner, jenis pesawat modern jarak jauh yang juga tak ada penggunanya di Indonesia.
Kesamaan Platform
Sampai saat ini RAAF mengoperasikan lima unit KC-30A, dimulai dari pesanan pertama yang tiba pada Juni 2011, sampai pesawat kelima yang diterima pada November 2012. Yang menarik dari kelima KC-30A RAAF, bahwa asalnya adalah dari Airbus A330-200 milik Qantas Airlines, maskapai plat merah Australia. Proses konversi kelima pesawat ini pun tak perlu memboyong jauh-jauh ke Perancis, melainkan dilakukan di fasilitas Qantas Defence Services yang berlokasi di Brisbane.
Dalam tahapan konversi, Airbus A330-200 ditambahkan beragam perangkat untuk misi air refueling. Flight Refuelling (FRL) memasok seluruh sistem elektrik refuelling under-wing pods dan Cobham menyediakan sistem hose dengan drogue. Sebagai pengingat, sistem hose, pesawat tempur penerima harus menggapai drogue, berupa parasut kecil untuk proses air refuelling. Dalam pola ini, pesawat penerima yang harus aktif mencari ‘puting susu’ dari tanker tersebut. Pola ini sudah lazim dan dikenal TNI AU, lantaran hose selama ini telah diterapkan pada KC-130B Hercules Skadron Udara 32.
Pemasangan yang lebih rumit adalah sistem boom yang mengharuskan pemasangan tail boom, dan beragam instalasi sensor dan kamera. Waktu yang dibutuhkan untuk konversi setiap pesawat, hingga memenuhi beragam standar militer adalah 10-12 bulan.
Bila kelak Indonesia jadi mengakuisisi KC-30A, boleh jadi pilihan dengan membeli atau menerima hibah armada Airbus A330-200 milik Garuda Indonesia adalah pilihan bijak, sementara maskapai plat merah ini akan menerima varian baru, Airbus A330Neo. Secara teknis, maintenance jenis pesawat ini telah dikuasai oleh Garuda Maintenance Facility (GMF), sehingga memudahkan dalam proses alih teknologi kepada teknisi TNI AU.
Australia Tambah KC-30A
RAAF terbilang butuh air refueling dengan teknik hose dan boom. Untuk F/A-18 Super Hornet dengan hose, sementara jet tempur stealth F-35A, pesawat angkut berat C-17 Globemaster II, pesawat intai E-7A Wedgetail, dan P-8 Poseideon, keempatnya membutuhkan supply bahan bakar dari teknik boom.
Masih dari armada eks Qantas, pada Juli 2015 dilakukan kesepakatan pembelian dua unit Airbus A330-200 Qantas untuk di konversi menjadi KC-30A. Kedua pesawat Qantas dengan nomer VH-EBH (MSN 892) and VH-EBI (MSN 898) di konversi dengan nilai AUS$408 juta, kali ini lokasi konversi dilakukan di Getafe, Spanyol. Menurut rencana, awal 2018 ini satu diantara dua KC-30A akan diserahkan kepada RAAF.
KC-30A dengan dua mesin jet Rolls-Royce Trent 772B dapat membawa muatan 111 ton bahan bakar, tanpa fuel tank tambahan. Selain itu, masih bisa ditambah kargo tambahan hingga kapasitas 45 ton. Muatan kargo dapat dibawa dalam 8 military pallets. Bila disulap sebagai pembawa personel, A330 MRTT dapat membawa 380 penumpang (konfigurasi single class). Saat keadaan mendesak, Aribus A330 MRTT dapat disulap sebagai Medical Evacuation, 130 usungan standar dapat dibawa.
Model pesawat MRTT mengendepankan tingkat efisensi tinggi, mengingat satu pesawat dapat memerankan role yang berbeda. Ambil contoh empat unit KC-135R Singapura tak melulu sebagai pesawat tanker, melainkan juga difungsikan sebagai pesawat angkut VIP dan angkut medis. Khusus untuk Airbus A330 MRTT, AU Singapura melalukan konfigurasi agar dimuati 266 kursi penumpang, dari konfigurasi tersebut menyiratkan Airbus A330 MRTT tak digadang melulu untuk meladeni air refueling, melainkan juga untuk angkut pasukan.
Baca juga: Ruang Udara ‘Terbatas,’ Singapura Justru Punya Banyak Pesawat Tanker, Inilah Alasannya!
Bagaimana dengan Indonesia? Negara yang justru pertama menggunakan pesawat tanker sejak era 60-an (KC-130B) kini justru tertinggal. Pengadaan MRTT sendiri sudah digadang sejak tahun 2015 silam, bahkan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto belum lama ini sudah menyebutkan lebih spesifik jumlah empat unit pesawat tanker yang akan diakuisisi Indonesia.
Kembali ke awal tulisan, melanjutkan kerjasam bilateral antara Indonesia dan Australia, situs ikahan.com menyebut bahwa RAAF dalam waktu dekat ini akan membawa KC-30A ke Indonesia, agar para penerbang senior dan penerbang tempur TNI-AU dapat meninjau secara detail kemampuan yang dimiliki oleh pesawat ini. (Haryo Adjie)
Ada orang Denmark bertamu ke PT PAL.
iver semakin mendekat.
Sebelumnya ada orang Inggris juga bertamu ke PT PAL.
OPV Amazon / Krabbi class ? Murah tuh, hanya usd 70 juta per unit di tahun 2012, kalau sekarang mungkin antara usd 76 – 80 juta.
Oooh 4 unit toh ?
Kalau diambilkan dari punya Garuda bisa murah sih.
Setau ane Airbus 330 garuda yg dibeli tahun 90an sudah tua banget airframe nya, jd kurang ideal, tp bagusnya itu beli jadi bisa2 saja dihibah ke TNI AU. Klo 330 yg terbaru yg dibeli tahun 2000an setau ane itu bukan beli tapi Leasing/sewa, pengadaan pesawat Garuda pasca restrukturisasi thn 2000an spt 737 dan 777 semua Leasing/Sewa, uda ngga beli lagi. CMIIW
Ini kan kc30a datang dalam rangka peninjauan pembelian mrrt tni au, terus dulu yang pernah latihan dengan sukhoi berupa awacs e7a apa akan dibeli juga atau bagaimana?
Awas australia ada maksud nya loh mendekat ke kita
semua negara juga ada maksud nya kali, AS dan Rusia pun termasuk, memang terus kenapa mereka deket deket sama kita? mereka jauh salah, deket juga salah, kenapa sih ngak jadi temen aja, kok repot
@wiro sableng
Maksutnya ya biar tambah akrab ro…
Takoetnja ntar pilotnja baroe sebentar nerbangin ni pesawat langsoeng pindah ke maskapai. Soedah jadi rahasia oemoem.
@admin
Bung admin, dalam proses konversinya tentu ada pekerjaan perkuatan struktur airframe pesawat…apakah GMF sudah memiliki kapabilitas untuk melakukan modifikasi perkuatan struktur untuk tipe airbus-330?
Yg Kurang Selain SU-35 Yaitu 48 F-16 V dg Offset 85%
smart bomb lebih menggoda daripada tenda
@ayam jago
Wkwkwk bisa aje bung..
Tahun 2018 ini aplg yg akan datang atau di ttd?
Masi Russian Party kah?
kurang menggoda, pindad sdh punya, mending Offset AIM-120D & F-16 V & 4 Teknologi Utama & Mesin GE, Knpa krn kita Pelanggan Setia F-16
Masih russian party
lisensi smart bomb bagian dari offset viper