TNI AU Ajukan (Lagi) Pengadaan Helikopter AgustaWestland AW101
|Atas dasar beberapa pertimbangan, di bulan Desember 2015 Presiden Jokowi telah memberi lampu merah atas rencana pengadaan helikopter VVIP Kepresidenan AgustaWestland AW101. Namun nyatanya rencana pengadaan AW101 bukan berarti pupus, justru TNI AU tengah mengajukan kembali rencana pembelian AW101 ke Kementerian Pertahanan (Kemhan). Tapi kali ini AW101 yang diinginkan TNI AU bukan versi VVIP, melainkan dari versi utility transport.
Baca juga: AgustaWestland AW101 VVIP – Mengintip Calon Helikopter Kepresidenan RI Terbaru
Mengutip sumber dari harian Kompas (8/9/2016), alasan TNI AU mengajukan pembelian AW101 sudah sesuai dengan kajian atas kondisi helikopter angkut TNI AU selama ini yang digunakan serta kemampuannya memenuhi kebutuhan militer masa datang. Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsma Jemi Trisonjaya dalam berita di harian Kompas telah membenarkan adanya permintaan pembelian AW101, “Bukan untuk VVIP seperti yang diberitakan kemarin, melainkan versi utility, karena TNI AU memang membutuhkannya,” ujarnya.
Baca juga: AgustaWestland AW139 SAR: Helikopter BASARNAS dengan Endurance Tertinggi
TNI AU sendiri kini tengah mempersiapkan kehadiran helikopter Combat SAR (Search and Rescue) dari jenis EC-725 Super Cougar produksi Airbus Helicopters. Dari enam unit EC-725 yang dipesan TNI AU, beberapa diantaranya telah selasai dirakit oleh PT Dirgantara Indonesia (DI). Namun sampai saat ini pesanan TNI AU tersebut belum kunjung diserahkan oleh PT DI. Menurut Marsma Jemi Trisonjaya, kebutuhan TNI AU atas AW101 adalah untuk kebutuhan operasional, menggantikan helikopter angkut yang saat ini kian tua usianya. Tapi mungkin yang jadi pertanyaan selanjutnya adalah, TNI AU hanya berencana membeli satu AW101.

AgustaWestland, perusahaan hasil merger Agusta (Italia) dan Westland (Inggris) pada dasarnya membagi penawaran AW101 kedalam tiga rancangan, yakni head of government state transport, Combat SAR, SAR (Search and Rescue), dan utility. Pada versi utility ruang cargo dapat dimuati 38 pasukan bersenjata lengkap. Sementara untuk payload, bisa dimuati beban seberat 5,4 ton. Helikopter dengan tiga mesin ini juga dilengkapi ramp door di bagian belakang. Adopsi ramp door helikopter sejatinya bukan barang bagi TNI, tercatat heli angkut berat Mi-6 TNI AU dan Mi-17 Puspenerbad TNI AD sudah menggunakan ramp door. (Haryo Adjie)
Baca juga: Mil Mi-26- Kandidat Helikopter Angkut ‘Raksasa’ Untuk Puspenerbad TNI AD
Ayo KPK.. Udah ada indikasi nih.. Cermati juga pengadaan alutsista di era2 sebelumnya..
Dukung pemerintah skrg untuk memberantas calo2 pengadaan alutsista..
mungkin untuk membantu basarnas dan BNPB dalam mengangkut logistik dulu
khan basarnas pake heli lansiran AW jg tuh
maaf sekedar pengamatan awam
salam kenal
Ah. Kecium banget “bau”nya . .
“Bau” yg khas bngt. . .
Syng, “pasukan merah” nya udah kgk kyk dlu lagi . . . Ah, tuhan . . .
Beli produk dlm negri,,g kunjung di serah terima kan,,. Beli ke yg lain di caci maki….. Trs bagus nya beli apa ya?
itu sama saja dengan beli (impor) handphone atau mau membuat (pabrik) handphone sendiri. Cepat mana………..bung ?
Sekolah (belajar) saja butuh waktu…kok.
kalau pingin cepat, beli yang banyak, jangan MENCICIL melulu
La itu kan dia tinggal merakit az… Masak sudah 1 thn lebih blm di serah terima kan… Ujung2 nya kasian jg kena pinalti,, tadinya mau untung jd rugi deh….., Pt2 yg kecil az jg sanggup kok klau cmn merakit.. misal pt pelita… Yg rakit heli Basarnas….
mncurigakan,..knapa cuman mesen 1?…trkesan ada yg memaksa,…tapi ngarep KPK jg gmn …KPK yg skrg dh gak bisa diandelin.
PT DI ini aneh pesanan heli sedikit tapi lama sekali pembuatannya, terlalu bergantung dengan airbus helikopter kah? AW 101 sekitar $ 25 juta. EC 725 Caracal sekitar $ 24.40 juta. BTW caracal sudah dipakai TNI AU di latihan Sikatan Daya
memang aneh,
Komisaris PT.DI yaitu Marsekal TNI-AU Agus Supriatna malah menyarankan AW101
Belum pernah dalam sejarah perusahaan dunia, pimpinannya malah pingin perusahaanya tidak maju / Hancur, kecuali hanya terjadi di Indonesia
jadi kalau ada yang protes adalah aneh sekali
Airbus lah yang menolong PT. DI dalam keadaan susah dahulu
Jangan lupa US$ 24.4 juta itu juga ada uang keuntungan yang akan kembali ke negara, dan juga untuk menggaji karyawan karyawati PT. DI yang 100% orang Indonesia
Bener bung blangkon ini mencurigakan dan aneh. Pertama akusisi agusta awalnya telah diolak dan sekrang muncul lgi dengan alasan utility. Padahal TNI baru saja akusisi chinnok. Kalau memang bertujuan untuk utility kenapa TNI menambah populasi cougar saja, atau kalau memang membutuhkan helicopter utility berjenis lain kenapa tidak blackhawk yang dengan negosiadi ulang penambahan pembelian chinnok past dapet offset atau ToT yg lebih banyak. Tambah lgi belinya cuman satu buah, apakah helicopter ini mau dipake kasau jalan2 sebagai kendaraan VVIPnya?
Tdk usah bawa KPK segala. Kondisi heli utility TNI AU skrg lg kritis stlh Airbus meminta user Super Puma trmasuk TNI AU utk menggrounded heli tsb krn tingginya tingkat kecelakaannx krn rotornya mudah trlepas. Brharap PT. DI dgn heli Cougar bakalan mampus menunggunx krn PT. DI lg kebanyakan order tp kapasitas produksinya seret.
sekarang sdh bisa terbang lagi bung setelah dilakukan inspeksi menyeluruh, dan kenapa mampus ? Cougar akan diserahkan bersamaan dengan CN-235MPA
AW101 juga telah ditemukan keretakan dibagian bodi dan beberapa masalah lainnya, juga sempat digrounded
kenapa hanya membeli 1 unit? apa karena anggaran?
karena sangat mahal, dan ada seseorang/golongan yang sangat bernafsu ingin mendapatkan “KICK-BACK” , sama persis kasusnya di India
AW 101 bekas pesanan India yang tidak jadi dulu kah?
perbanyak EC-725 Super Cougar aja yg udh ada kerjasama dgn PT.DI
Setuju, kita butuh pengadaan dana nya jg berputar di dlm negeri
terkesan memaksakan, mungkin KPK harus turun tangan
KPK sdh dikebiri di era Jokowi, sekarang hanya bisa menangkap ikan menengah – kecil saja