TNI AL Sebar Korvet Parchim Class Untuk Komando Armada III
Seiring dengan pembentukan Komando Armada III (Koarmada III) di Sorong, Papua Barat yang diresmikan pada 11 Mei 2018, maka secara langsung diikuti pula dengan reorganisasi struktur kekuatan tempur dan alutsista yang menyertai. Selain kekuatan Marinir setingkat divisi dalam Pasmar (Pasukan Marinir) III, dari unsur laut juga mulai dipersiapkan penempatan kapal perang sebagai kekuatan organik Koarmada III. Seperti salah satu kabar yang beredar adalah ‘pendistribusian’ korvet Parchim Class (aka – Kapitan Pattimura Class) untuk Koarmada III.
Baca juga: KRI Silas Papare 386 – Jadi Korvet Parchim Kedua Pengguna Kanon CIWS Type 730
Sifat perairan di Indonesia Timur yang berupa lautan luas dan dalam, membutuhkan dominasi kehadiran kapal perang dengan tonase besar. Mengutip sumber dari Janes.com (28/5/2018), disebutkan pihak TNI AL kini dalam proses untuk ‘transfer’ korvet Parchim Class ke Koarmada III. Meski begitu, belum ada informasi lebih lanjut, apakah yang didistribusikan ke Koarmada III keseluruhan dari 14 unit Parchim Class, atau hanya sebagian saja. Seperti rencana, distribusi korvet Fatahillah Class dan Bung Tomo Class, yang masing-masing berjumlah tiga unit dan kabarnya akan ‘disebar’ untuk tiap-tiap Koarmada.
Sejatinya jumlah korvet Parchim Class TNI AL ada 16 unit, namun yang aktif tinggal 14 unit, setelah KRI Memet Sastrawiria 380 mengalami kebakaran di Lampung dan dipensiunkan pada tahun 2008, kemudiam KRI Pati Unus 384 mengalami kerusakan akibat menabrak bangkai kapal di Perairan Belawan, dan akhirnya resmi dipensiunkan pada April 2017.
Baca juga: Setelah Insiden Belawan, Akhirnya Korvet KRI Pati Unus 384 Resmi Dipensiunkan
Kuat dugaan, tidak semua Parchim Class yang akan ‘pindah rumah’ ke Koarmada III, dalam komposisi penggelaran korvet Parchim saat ini, 14 unit korvet dibagi untuk dua armada, Komando Armada Barat (Koarmada I) dan Komando Armada Timur (Koarmada II). Berikut komposisi Parchim Class di tiap armada:
1. KRI Kapitan Pattimura 371 – Koarmabar
2. KRI Untung Suropati 372 – Koarmatim
3. KRI Nuku 373 – Koarmatim
4. KRI Lambung Mangkurat 374 – Koarmatim
5. KRI Cut Nyak Dien 375 – Koarmabar
6. KRI Sultan Thaha Syaifuddin 376 – Koarmabar
7. KRI Sutanto 377 – Koarmatim
8. KRI Sutedi Senoputra 378 – Koarmatim
9. KRI Wiratno 379 – Koarmatim
10. KRI Tjiptadi 381 – Koarmatim
11. KRI Hasan Basri 382 – Koarmatim
12. KRI Imam Bonjol 383 – Koarmabar
13. KRI Teuku Umar 385 – Koarmabar
14. KRI Silas Papare 386 – Koarmabar
Related Posts
-
A1-SM “Fury” – Kecil-kecil Cabe Rawit, Inilah Drone Intai Ukraina dalam Konflik di Donbass
6 Comments | May 18, 2021 -
‘Pelajaran’ dari Operasi di Sudan, Keputusan Inggris Pensiunkan C-130J Super Hercules Dianggap Keliru
1 Comment | May 16, 2023 -
Dry Combat Submersible – Kapal Selam Mini Terbaru untuk Pasukan Khusus US Navy SEAL
No Comments | May 14, 2023 -
Dari MBT T-55, Irak Bangun Main Battle Tank “Al-Kafil-1”
12 Comments | Jul 14, 2020
Martadinata class perlu diperbanyak, kasih lah paling tidak 4-6biji untuk masing-masing armada. Untuk Lantamal siapkan KCR-60 untuk Lanal Kcr-40 plus fiberglass seperti eks Kri-Boa Cs.
Mantap lach ini, asset ASW digelar di tempat yg tepat. Kasel dari negara tetangga sering gentayangan di wilayah tsb
pearl harbor seperti sitting duck yg mudah dihancurkan karena kesalahan dari pusat radar yg salah dalam mengevaluasi jejak kapal jepang seperti kawanan burung yg lagi ber imigrasi , padahal intelejen amerika masih belum menemukan dimana armada jepang tersebut hilang dari pangkalan mereka di jepang harusnya lebih waspada , tetapi pada waktu itu delegasi jepang sedang berada di amerika untuk menandatangani perjanjian tidak saling menyerang atau bermusuhan .. amerika lengah .. itu perang dunia bos tukang hitung , skrg dalam keadaan damai tidak ada kondisi darurat .. menyebar kekuatan akan membuat operasional pergelaran alutsista akan lebih banyak …
Kalau trouble spot di Natuna sedang pangkalan armada di Jakarta akan terlalu jauh, sedangkan jika ditempatkan di Lantamal maka akan bisa dijangkau dari Lantamal Pontianak dan Tanjung Pinang.
Begitu juga jika trouble spot di Saumlaki, akan lebih mudah dijangkau dari Lantamal Kupang, Ambon dan Merauke daripada dari pangkalan armada di Sorong.
Begitu lho.
@ Tukang Ngitung PhD kalau kaya gini bagaimana
A. Koarmada I 5 Pararchim :
2 di koarmabar nya (dipusatnya)
3 Parchim disebar kepada 3 Lantamal yang paling rawan trouble spot nya (misalnya dkt Lantamal Natuna atau yg lain)
B. Koarmada II 5 Parchim
2 di koarmabar nya (dipusatnya)
3 Parchim disebar kepada 3 Lantamal yang paling rawan trouble spot nya juga
C. Koarmada III 4 Parchim
2 di koarmabar nya (dipusatnya)
2 Parchim disebar kepada 3B. Koarmada II 5 Parchim
2 di koarmabar nya (dipusatnya)
3 Parchim disebar kepada 3 Lantamal yang paling rawan trouble spot nya 2 Lantamal yang paling rawan trouble spot nya juga
Itu padangan saya sebagai orang awam
Thanx salam dr Garuda Tangerang untuk semua warga indomiliter.com
Mas Garuda,
yang seperti itu bisa untuk sementara waktu.
Yang penting, ada paling tidak 1 gugus tempur (task force) di tiap lantamal.
1 gugus tempur itu bisa minimal 1 korvet seperti Parchim plus 2 kcr.
Kalau mau lebih bagus ada 1 PKR + 2 Korvet + 3 KCR.
Kalau mau lebih bagus lagi 1 real fregat + 2 light fregat seperti PKR + 3 korvet + 3 KCR + 1 midget + 1 kapal logistik.
Maka dari itu Indonesia butuh sistem pertahanan udara area/hanud jarak jauh agar setiap pangkalan militer terlindungi, jangan hanya hanud SHORAD, bahaya
Itu kan pandangan saya sebagai orang awam dengan Alutsista TNI AL yang ada saat ini mas Tukang Ngitung PhD
Btw kaya nya saya liat mas Tukang Ngitung PhD di warung jkgr ada dan di patriot Garuda juga ada niey ehmm…orang nya sama ha ya hahahaha…upz keceplosan
Koarmabar katanya mau pindah kelampung
Mestinya yang 14 Parchim itu ditempatkan saja di 14 Lantamal, masing-masing 1 unit tiap Lantamal.
Walaupun secara koordinasi operasional masih di bawah armada, tetapi posnya di Lantamal.
Sedangkan 12 korvet / light fregat lainnya ditempatkan di pangkalan armada, jika 3 armada bisa masing2 dapat 4 unit korvet / light fregat.
Kalau dibagi seperti itu kapal-kapalnya tidak terlalu numpuk parkir di pangkalan armada, tapi disebar di seluruh RI.
Mimpi saya tuh :
Tiap lanal diisi 3-4 KAL PC 28.
Tiap Lantamal diisi 7 KRI 8xx, 1 light fregat, 2 korvet, 3 kcr, 1 lst.
Itu dalam keadaan ideal, sekarang masih jauh dari ideal.
Belajar strategi tempur dulu lah pak
Lho daripada ditumpuk jadi 1 di pangkalan armada, kalo diserang bisa puluhan atau ratusan kapal tenggelam seperti di pearl harbour.
Lebih baik semua dibagi rata ke tiap lantamal, sehingga tiap lantamal ada kira2 1 flottila terdiri dari 7-10 kapal yang bisa diberangkatkan ke trouble spot terdekat dengan cepat.
Sedang pangkalan armada bisa nampung hanya maksimal 20-23 kapal saja.
lah disebar rata malah mudah dihancurkan karena lemah di semua titik kayak perancis yg dihancurkan jerman dgn mudah
Tuh Pearl Harbour bukti terkenal kalo kapal perang dikumpulin di 1 titik jadi sasaran empuk.
logika aja bung, mana peluang menang lebih besar:
(14 kali) 14 kaprang vs 1 kri
atau
(1 kali) 14 kaprang vs 14 kri
ngaku phd kok hitungan gini aja gak ngerti!!
dan mmg hrs disesuaikan dgn kondisi dan ancaman yg dihadapi jd bukan asal disebar rata
Lho khan ada KCR di lantamal toh buat bantuin Parchim ?
Lho khan ada pesawat tempur yang bisa bawa rudal anti kapal toh buat bantuin Parchim ?
Lho khan bakal ada rudal pertahanan pantai di lantamal toh buat bantuin Parchim ?
Lho khan ada changbogo toh buat bantuin parchim ?
Hitungan saya itu melibatkan elemen2 tadi, jadi bukan head to head 1 kapal vs 1 kapal.
Masa ngitung gitu aja nggak bisa sih ? Belajar strategi tempur laut dulu sana !
😛
rudal pertahanan pantai???? rudal apa mksdmu bung?? emang tiap lantamal udh ada rudal pertahanan pantai ya?
emang cangbogo nya ada 14??
emangnya musuh ngak bakal pake pesawat tempur ks dll juga?!
itu analogi saya ngak nyebut cuma parchim lho, itu penyederhanaan aja agar mudah dipahami. simpel lho analoginya itu masak situ ngak paham, bawa embel2 phd lg xixixi
Lho lho lho changbogo itu bisa di mana saja, khan situ kagak tahu dia nyelem di mana. Changbogo bisa luncurin ranjau laut yang suatu saat bisa diaktifin.
Rudal pertahanan pantai itu suatu saat juga bakal dibeli, walaupun sekarang belum.
Daripada ditumpuk di 1 tempat saja, jadi high value target dan 1 armada bisa luluh lantak.
Mending disebar, jadi musuh bingung mau hancurin yang mana dulu.
Kalau musuh masuk 14 kapal, 5 udah jadi makanan ranjau laut, tinggal 9 kapal.
9 kapal, di perjalanan 4 ditorpedo changbogo.
Tinggal 5.
5 kapal, dalam perjalanan 2 kena air to surface missile, tinggal 3.
3 kapal, 2 disalvo kcr, tinggal 1.
Yang 1 yang tertinggal itupun kapal logistik. Tinggal ditawan oleh Parchim. Beres khan ?
Gitu aja ngitung kagak bisa.
😛
lho kok makin ngawur pembahasanya :V
situ ngaku phd kok analogi sederhana aja ngak ngerti XD
ngak nyambung lho pembahasan situ.
situ ngomong strategi apa hayalan :V kok indah banget ya hayalannya, emang musuh ngak punya ks pesawat tempur minesweeper dan antidot lainnya?
cba deh bayangin yg nyerbu misal battle group, itu kri yg situ sebar tiap lantamal bisa apa??
katakanlah tiap lantamal isi 6 kri kombatan kyk mimpi situ, bisa apa 1 light frigat 2 korvet 3 kcr VS 1 battle group lengkap dgn pesawat dan ksnya?? emang 3 atau 5 cbg/ks bisa smpe di tiap lantamal dlm waktu tepat ketika kejadian? nunggu bantuan dari komando pusat jg lemah karena alutnya sudah disebar ke tiap lantamal.
Lalu..mana peluang menangnya lebih besar dibanding bersamaan 14 light frigat 28 korvet 42 kcr VS 1 battle group lengkap??
dan sekali lg ditekankan mmg tidak 100% ditumpuk tp disesuaikan dgn kondisi dan ancaman yg dihadapi, yang jelas solusinya bukan sekedar asal-asalan disebar rata di semua lantamal.
“Rudal pertahanan pantai itu suatu saat juga bakal dibeli, walaupun sekarang belum.”
suatu saat kapan??? 100 thn lg?? mau gtu musuhnya nunggu tni punya rudal pertahanan pantai baru perang? kok yg ngak ada jg dihitung, gelar phd ya XD
Minesweeper itu tidak beroperasi terus menerus 7×24 jam, 365 hari setahun. Emang UGD ?
Gitu aja ngitung nggak bisa, belajar ngitung lagi pakai lidi sama anak TK sana !
Sistem rudal pertahanan pantai itu bisa dibikin sendiri di pangkalan.
Yang penting di pangkalan tersedia surveillance radar, cms, fire control radar, datalink, peluncur dan rudal.
Juga dibutuhkan satelit untuk membimbing rudal, satelit sekarang sedang diadakan.
situ ngomong apa sih?? yg dibahas persebaran kri, jawaban situ malah “Minesweeper tidak beroperasi terus menerus 7×24 jam, 365 hari setahun”, ngak nyambung bung !
lahh?? platformnya apaa? emang situ kira kyk nyalain mercon tinggal taruh diatas tanah aja?! rudalnya mau pake apa?? itu kri aja masih banyak kopongan lho. satelit udh batal kemenhan ngak mau bayar.
phd kok komennya kyk gtu ya XD
Kebanyakan mimpi basah disiang bolong nih, tukang togel
Kalo 14 parchim class di sebar satu kapal di tiap lantamal ya apa gunanya pusat komando angkatan laut … pac dan kcr udah cukup di lantamal yg kecil ..
Ada benarnya juga ama yg dibilang tukang hitung. Kalau disebar mememinimalisir terjadinya fleet wipeout. Kek jaman ww2 allied hampir kena wipeout navynya cuma karena numpuk di base. Karena ada task force kecil ini para kri bisa patroli dan meminimalisir fleet wipeout. Kan sekarang reconnaissance canggih sekalipun kita diserbu mereka juga mikir yg menjadi HVT dimana dan siapa. Kalau tersebar juga mereka bingung mau menghancurkan yg mana dulu. Kan setiap penyerangan dipikir dulu hasilnya. Dan pihak yg menyerang tidak mau rugi nyerang task force yg dikatakan masih bisa dikalahkan dengan gampang nantinya.
Itu opini saya tentang keunggulan task force kecil
kenapa tidak di buat sistem aja kalau armada barat itu di surabaya armada tengah di sulawesi atau di palu armada timur di sorong … jadi jakarta khusus pintu utama saja atau cabangnya… jadi jakarta harus di buatkan pelabuhan baru khusus militer atau yg sudah ada yg bisa merapat kapal militer tonase besar… masak kapal harus bersandar di tanjung priok yg biasanya di cap pelabuhan kapal barang …..
bukanya Koarmabar di jakarta juga mau pindah bang? denger2 kabar burung sih..
Kalo gak salah sih emang bener ane di priok yg katanya itu pelabuhan bener2 buat peti kemas, konveksi dan usaha lainnya saja sudah pada dipindah ke KBN cilincing.
Diponegoro class di senar ke armada III jg donk gan