TNI AD Terima 2 Unit Landing Craft Tank Terbaru
|Meski ada wadah Kolinlamil (Komando Lintas Laut Militer) TNI AL yang mengurusi pergeseran pasukan dan material tempur/non tempur TNI dalam jumlah besar, namun TNI AD sebagai matra dengan kekuatan kavaleri terbesar di Indonesia, masih memerlukan dukungan wahana lain untuk tujuan angkut logistik tempur.
Seperti pada hari Rabu (18/2), Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Gatot Nurmantyo resmi menerima dua KM (kapal motor) terbaru untuk Dinas Pembekalan Angkutan Angkatan Darat (Ditbekangad) . Dua KM ini mengusung platform LCT (Landing Craft Tank) yang diproduksi oleh galangan PT Dok Kodja Bahari, Jakarta. Kapal mini LST ini diberi kode KM ADRI XLVIII dan ADRI XLIX ini akan menggantikan dua kapal pendarat logistik (LCL) dengan nomor lambung yang sama.
Kedua kapal ini merupakan hasil kerjasama personel Ditbekangad dengan para tenaga ahli dan pelaksana pembangunan dari PT Putrindo Adiyasa Perkasa, PT Tesco Indomaritim, PT Dok Kodja Bahari dan PT Pindad. Kapal akan digunakan sebagai sarana mobilisasi pasukan jika dalam keadaan perang, maupun sebagai sarana untuk mengangkut logistik ke seluruh pelosok tanah air.
Baca juga: Frosch Class – Tulang Punggung Armada LST TNI AL
KM ADRI XLVIII dan ADRI XLIX ini memiliki panjang 68 meter, lebar 13,50 meter, tinggi geladak 5,70 meter, dan sarat air 2,75 meter. Dengan tanki bahan bakar berkapasitas 250 ton, dan mesin penggerak ukuran 2 x 720 HP kecepatan maksimal yang bisa dicapai kapal ini sampai 20 Knot. Pun ia dilengkapi tanki air tawar berkapasitas hingga 432 ton, serta ruang palka bervolume 1.450 m3.
Kapal ini mampu mengangkut sampai 300 orang pasukan beserta perlengkapannya, 22 unit kendaraan truk seberat masing-masing 5 ton, 12 unit kendaraan tempur roda ban/rantai, atau bekal/materiil seberat 500 ton. Sementara jarak jelajah kapal ini bisa mencapai 3.000 mil laut.Tentu saja kedatangan kapal baru ini merupakan aset berharga bagi Indonesia, mengingat kondisi geografis kita yang terpisahkan oleh lautan. Selain LCT baru, dalam prosesi serah terima juga dilakukan penyerahan dua kapal Tug Boat. (Deni Adi)
Sedikit koreksi. Di artikel tertulis kecepatan LCT mencapai 20 knot. Ini salah tulis. Berdasarkan artikel di Merdeka (http://www.merdeka.com/peristiwa/tni-ad-terima-kapal-pengangkut-canggih-buatan-dalam-negeri.html ), seharusnya 12 knot. Dengan tenaga mesin 2×720 hp dan DWT 1000 ton tidak mungkin bisa mencapai kecepatan 20 knot.
ow ok bang saya paham, helikopter AU biasanya lebih untuk pasukan khusus AUnya
heli punya AD biasanya untuk kegiatan penyerangan separatis
Heli AL untuk membantu kapalnya
ok bang terimakasih 😀
Assalamualaikum wr.wb.
bang saya mau tanya ini, kenapa AD koq masih perlu kapal angkut
yang seharusnya kapal angkut ini riskan serangan kapal musuh
sedangkan untuk mengantisipasi hal itu tentu perlu kordinasi dari AL untuk pengawalan
kenapa gk sekalian AL aja?
apa ada operasi2 khusus yang mememungkinkan AD bergerak sendiri?
Walaikumsalam,
Kira2 pertanyaannya hampir mirip, “Kenapa TNI AD butuh helikopter angkut? kan sudah ada skadron heli angkut dari TNI AU.” Maka jawabannya lebih ke peran taktis yang berbeda utk menunjang mobilitas transportasi militer konvensional. Bisa jadi TNI AD punya kebutuhan detail yg berbeda dan utk beberapa misi angkut dpt dilakukan secara mandiri. Soal antisipasi keamanan, sudah barang tentu perlu koodrinasi dengan matra lain.