Update Drone KamikazeKlik di Atas

The Croc – “Buaya” Kombatan dengan Kemampuan Hybrid Plus

Ir. Wisnu Wardhana (Foto: Istimewa)

Wahana infiltrasi laut banyak ragamnya, mulai dari kapal selam konvensional sampai kapal permukaan hybrid telah digunakan oleh satuan elite TNI, seperti Komondo Pasukan Katak (Kopaska) yang memang punya keahlian untuk misi tersebut. Namun dari Kota Buaya, tepatnya tim dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) punya rancangan baru yang termasuk revolusiner, yaitu tengah digarap prototipe kapal kombatan hybrid dengan kemampuan plus.

Baca juga: SEAL Carrier – Siluman Bawah Air Kopaska TNI AL

Bila kapal hybrid seperti SEAL Carrier dan Sub Skimmer Kopaska mampu jadi kapal permukaan dan kapal selam, maka kapal lansiran ITS yang disebut “The Croc” ini punya kebisaan tambahan sebagai hidrofoil.

Dikutip dari Jatimnow.com (19/2/2020), sang perancang kapal hybrid The Croc, Ir. Wisnu Wardhana menyebut The Croc mulai dirancang sejak tahun 2011 dan kapal ini dapat berubah menjadi tiga mode. Wisnu mengklaim, kemampuan tiga mode merupakan temuan baru pada teknologi perkapalan internasional. Saat menggunakan mode hidrofoil, The Crock dapat melesat di atas permukaan air laut dengan menggunakan sayap yang dipasangkan pada penyangga di bawah lambung kapal.

Mode hidrofoil umumnya diandalkan dalam aspek kecepatan, dan memang dari spesifikasi kecepatan “Buaya” ini dalam mode hidrofoil bisa mencapai 35 – 45 knots atau maksimal 83 km per jam.

Sementara bila digunakan mode menyelam, The Croc bertindak layaknya kapal selam, namun pola operasinya tak seperti kapal selam konvensional, pasalnya The Croc hanya bisa menyelam sampai kedalaman 10 meteran. Menurut sang perancang, mode kapal selam dapat diandalkan dalam misi pencegatan illegal fishing, mengingat saat menjadi kapal selam, kehadiran wahana ini tak terlihat secara langsung. Baru saat mendekati sasaran, kapal bisa muncul ke permukaan. Saat melaju di bawah permukaan air, kecepatannya disebut-sebut bisa mencapai 15 knots (27 km per jam)

Disebut sebagai kapal perang, namun tidak disebutkan persenjataan yang mungkin akan dipasang pada The Croc. Informasi tentang bobot kapal hybrid ini juga tak disertakan, yang jelas The Croc terbuat dari alumunium dan telah dirancang memiliki bobot yang cukup ringan supaya bisa melayang, sedangkan sayapnya sendiri terbuat dari baja karbon.

Baca juga: Sub Skimmer TNI AL – Wahana Infiltrasi Senyap Pasukan Amfibi

Dari informasi yang beredar, The Croc punya panjang 12 meter, lebar 3 meter dan dibekali dua mesin bertenaga 350 hp. Proses pengembangan The Croc juga didukung oleh TNI AL dan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek). Belum ada informasi kapan The Croc akan diuji coba, yang jelas Wisnu Wardhana menyebut proses pembangunan The Croc kini sudah mencapai 90 persen. (Gilang Perdana)

11 Comments