Update Drone KamikazeKlik di Atas

Thales WM-22/WM-28: Radar Pengendali Tembakan Khas Kapal Perang TNI AL Era 80 dan 90-an

19

Bentuknya bulat seperti bola atau balon, menjadikan kapal kombatan TNI AL di era 80 dan 90-an begitu kental dengan identitas perangkat unik yang ditempatkan diatas menara ini. Meski mudah dilihat, tapi hingga kini masih banyak yang belum paham apa peran dari sosok ‘bola’ diatas menara kapal perang. Wujudnya kembali jadi bahasan tatkala perangkat berbentuk bola ini dilepas dari posisinya, yakni saat frigat KRI Fatahillah 361 mendapat peremajaan berupa pemasangan radar intai Terma SCANTER 4100.

Baca juga: Terma SCANTER 4100 – Radar Intai Terbaru Untuk KRI Fatahillah 361

KRI Fatahilah dengan radome FCS WM-28.
KRI Fatahillah 361 dengan radome FCS WM-28.
Kini tampilan baru KRI Fatahillah 361 tanpa radome WM-28.
Kini tampilan baru KRI Fatahillah 361 tanpa radome WM-28.

Yang dimaksud sosok bola diatas menara kapal perang TNI AL sejatinya adalah radome yang berisi perangkat elektronik berupa FCS (Fire Control System). Persisnya yang diguanakan oleh TNI AL adalah radome FCS buatan Thales Netherland (d/h Hollandse Signaalapparaten BV), Belanda. Ada dua tipe yang diadopsi TNI AL, yakni jenis WM-22, digunakan pada KCR (Kapal Cepat Rudal) Mandau Class buatan Korea Selatan dan FPB-57 Nav II. Lalu ada jenis WM-28, digunakan pada frigat Fatahillah Class dan korvet latih KRI Ki Hajar Dewantara 364.

Baca juga: Mandau Class – Generasi KCR TNI AL Warisan Orde Baru

Proses pelepasan radome WM-28 di KRI Fatahillah 361.
Proses pelepasan radome WM-28 di KRI Fatahillah 361.
Inside Thales WM-28.
Inside Thales WM-28.

Baca juga: KRI Ki Hajar Dewantara 364 – Korvet Latih Pencetak Perwira Tempur TNI AL

Melihat dari strukturnya, sudah pasti di dalam radome terdapat perangkat elektronik yang sensitif, yakni search and tracking radar 2D (dua dimensi) yang berjalan di frekuensi I dan J band. Radar ini dapat beroperasi dengan tramsmisi tunggal untuk fungsi search and tracking. Atau ada alternatif menggunakan transmisi ganda untuk peran surveillance dan air target tracking. Secara teknis, baik WM-22 dan WM-28 diciptakan untuk meng-handle penggunaan senjata anti serangan udara, kanon/meriam untuk sasaran permukaan, pengoperasian torpedo, dan memonitor sasaran berupa rudal anti kapal yang melaju secara sea skimming. Kesemuanya dapat dilakukan secara simultan dengan mengintegrasikan digital weapon control computer dan integrasi sensor, yang kesemuanya disalurkan ke combat information and weapon control di Pusat Informasi Tempur (PIT).

KRI Ki Hajar Dewantara 364.
KRI Ki Hajar Dewantara 364.

Baca juga: Sewaco – Sistem Senjata Terpadu Armada TNI AL

Meski fungsi WM22 dan WM28 pada hakekatnya serupa, tapi karena spesifikasi dari tiap kapal perang berbeda, maka kemampuannya pun disesuaikan berdasarkan kelengkapan senjata yang melekat pada kapal. Misalnya antara KCR dan frigat ada standar yang berbeda.

KRI Singa 651, salah satu jenis FPB-57 Nav II.
KRI Singa 651, salah satu jenis FPB-57 Nav II.

Baca juga: FPB-57 Nav V TNI AL – Varian Kapal Cepat dengan Bekal Senjata dan Sensor Maksimal

WM-22
Merupakan FCS yang dirancang secara sederhana untuk melacak satu sasaran di udara. WM-22 digunakan sebagai pendukung radar intai jarak jauh, dan mampu mendukung operasi dua jenis senjata untuk memindai satu sasaran di udara, dan satu sasaran di permukaan. Kesemuanya dilakukan secara simultan, alias bersamaan. Bila diperlukan WM-22 dapat ditambahkan channel agar mampu mengendalikan jenis senjata ketiga.

Baca juga: Bofors 57mm MK.1 – Andalan KCR TNI AL Era-80an

KRI Mandau 621
KRI Mandau 621

Baca juga: Bofors 57mm MK.2 – Meriam Reaksi Cepat FPB-57 TNI AL

Konfigurasi WM-22 memang terlihat match dengan kelengkapan senjata yang ada di KCR Mandau Class dan FPB-57 Nav II. Kedua kelas KCR mengandalkan kanon Bofors 57 mm MK1 (KCR Mandau Class) dan Bofors 57 mm MK2 (FPB-57 Nav II). Mandau Class dilengkapi rudal anti kapal MM-38 Exocet, tapi FPB-57 Nav II tidak dilengkapi rudal anti kapal. Namun FPB-57 Nav II justru dibekali senjata berupa dua peluncur torpedo SUT (Surface & Underwater Target) 533 mm.

WM-28
Serupa dengan WM-22, namun WM-22 punya kemampuan melacak satu sasaran di udara, satu sasaran di permukaan, dan secara bersamaan dapat mengendalikan tembakkan rudal anti serangan udara (SAM) dan mengendalikan senjata ringan/menengah untuk sasaran di permukaan. WM-28 juga dapat mengakomodir pengoperasian peluncur torpedo. WM-28 adalah bentuk modifikasi dari FCS Mark 92 buatan AS.

Baca juga: Bofors 120mm – Meriam Kaliber Terbesar di Frigat TNI AL

Tapi faktanya, baik frigat Fatahillah Class dan korvet latih Ki Hajar Dewantara 364 tidak dilengkapi fasilitas rudal anti serangan udara. Meski begitu keduanya ada kesamaan, yakni sama-sama menggunakan rudal anti kapal MM-38 Exocet.

Baca juga: Exocet – Si “Ikan Terbang” Andalan TNI-AL

signaals-wm-20-fcs-radar-housings-from-military-technology-magazine-1982

Sampai tahun 2002, Thales Netherland menyebut sistem WM series telah digunakan di lebih dari 300 kapal perang di seluruh dunia. Karena dikembangkan pada awal dekade 60-an, boleh dibilang teknologi WM-22/WM-28 saat ini telah usang, dan tidak sesuai lagi untuk menghadapi era peperangan modern. Untuk itu TNI AL secara bertahap mulai mengganti radar bola ini dengan teknologi yang lebih canggih. Dan sampai tulisan ini dibuat, baru KRI Fatahillah 361 yang telah rampung proses penggantian radar FCS-nya. (Haryo Adjie)

Spesifikasi Radome WM-22/WM-28
– Diameter: 2,39 meter
– Tinggi: 3,26 meter
– Berat: 780 kg
– Peak power: 1000 kW

9 Comments