Thales RDY-2 – Radar Pulse-Doppler Multimode di Mirage 2000-5, Baru Bagi TNI AU
|Kabar konfirmasi atas pengadaan 12 unit jet tempur Mirage 2000-5 eks bekas pakai Angkatan Udara Qatar oleh Kementerian Pertahanan RI, maka secara langsung menjadi tantangan tersendiri bagi Skadron Teknik TNI AU dalam menangani jenis radar baru di arsenal jet tempur, pasalnya selama ini TNI AU belum pernah mengoperasikan jet tempur buatan Perancis.
Baca juga: Jadi Jet Tempur ‘Rebutan’, Mirage 2000-5 Bekas Pakai Qatar Akan Memperkuat TNI AU
Dan melengkapi Mirage 2000-5 eks Qatar yang akan tiba dalam dua tahun mendatang, para teknisi Skadron Teknik (Skatek) TNI AU akan beradaptasi pada jenis radar yang melengkapi Mirage 2000-5EDA (single seat) dan Mirage 2000-5DDA (tandem seat).Dan jenis radar yang dimaksud adalah (Radar Doppler modele Y) RDY-2, yakni radar Pulse-Doppler Multimode Look-down/shoot-down yang dirancang oleh Thomson-CSF (sekarang Thales).
Merujuk ke varian awal Mirage 2000, awal radar pada penempur bersayap delta ini hanya bekerja dalam mode udara-ke-udara. Kemudian, RDY dirancang untuk menambahkan mode udara-ke-darat, khususnya kemampuan untuk mengendalikan rudal anti kapal AM-39 Exocet dan Kormoran 2.
Sebagai radar multi-mode, RDY-2 all-weather synthetic aperture radar (SAR) memungkinkan Mirage 2000 melakukan pemetaan tanah dengan resolusi kurang dari satu meter dan pelacakan target darat yang halus.
RDY-2 mampu beroperasi dalam berbagai mode operasi, termasuk pencarian udara, penargetan udara-ke-udara, dan penargetan udara-ke-darat. Mode pencarian udara memungkinkan deteksi, pelacakan, dan identifikasi target udara dengan jarak jauh, sambil memberikan gambaran situasi udara yang luas.
Sementara mode penargetan udara-ke-udara memungkinkan penggunaan senjata udara-ke-udara dengan presisi tinggi, termasuk rudal jarak jauh seperti MICA atau rudal jarak pendek seperti Magic. Kemudian, mode penargetan udara-ke-darat memungkinkan pelacakan target permukaan, seperti kendaraan lapis baja atau posisi musuh, serta penargetan senjata udara-ke-darat dengan akurasi tinggi dengan
RDY-2 memiliki kemampuan operasional dalam segala kondisi cuaca, termasuk saat terjadi hujan, kabut, atau awan tebal. Radar ini dilengkapi dengan fitur pencitraan cuaca untuk mengurangi dampak hujan atau cuaca buruk pada kinerja radar, sehingga tetap dapat mendeteksi dan melacak target dengan akurasi tinggi.
Radar ini memiliki kemampuan untuk melacak dan memantau beberapa target secara bersamaan dengan akurasi tinggi berkat moving target indicator capability. Dengan menggunakan teknik pengolahan sinyal canggih, RDY-2 dapat mengelola data dari beberapa target dan memberikan informasi yang akurat kepada pilot. Radar juga dapat digunakan untuk menembakkan rudal semi-aktif.
Tentang jarak deteksi radar RDY-2 bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti ukuran fisik dan penampang radar target yang sedang dihadapi. Semakin besar ukuran dan penampang radar target, semakin jauh jarak deteksi yang dapat dicapai.
Kemudian kebisingan elektromagnetik yang dihasilkan atau tindakan pengurangan tanda radar (Radar Cross Section reduction), dapat mempengaruhi kemampuan radar RDY-2 untuk mendeteksi target dengan jarak yang lebih jauh.
Kondisi cuaca dan lingkungan seperti hujan, kabut, awan tebal, atau interferensi elektromagnetik dapat mempengaruhi jarak deteksi radar. Radar RDY-2 dilengkapi juga dengan fitur pencitraan cuaca untuk mengurangi pengaruh cuaca buruk terhadap kinerja radar.
Sistem radar RDY-2 beratnya mencapai 240 kg dengan memiliki antena pelat datar berukuran 655 mm (wave tube transmitter). Secara teori, jangkauan maksimum adalah 60 nmi (110 km) dalam mode udara-ke-udara (air-to-air mode) dan 20 nmi (37 km) dalam mode lihat ke bawah (look-down mode).
Baca juga: Panglima TNI Kunjungi ‘Sarang’ Mirage 2000-9 UEA di Lanud Al Dhafra
RDY-2 dapat mendeteksi 24 target, melacak delapan di antaranya dan menyerang empat target sekaligus. RDY-2 berhasil mendemonstrasikan kemampuannya untuk mendeteksi, dengan andal, target ukuran pesawat tempur pada jarak 140 km. (Gilang Perdana)
Anjir Radar jadul no Aesa jangkauanya 110 km ya habis dibabat sukhoi china, lawan J10 aja sdh ngk ada taji…ngapain beli jet ini sdh bekas mahal pula mending Gripen E radar AESA bisa nembakin Meteor ini hanya bisa nembakin AIM sidewinder aja
Masih lebih yahud perfoma radar APG-68 V9 yg sekarang terpasang di F-16 MLU
Mas Admin,
Permisi mau tanya:
Di video slide saat pidatonya Mr. Prabs ada ditayangkan drone UAV/UCAV sebanyak 65 unit dan quadcopter sebanyak 552 butir.
Menurut hitungan saya 552 quadcopter ini untuk melengkapi kekuatan pasukan di 514 kota/kabupaten dan 38 propinsi (514+38 = 552).
Pertanyaan saya: ini quadcopter dari jenis dan merek yang mana ya yang bakal diakuisisi?
min, untuk jenis rudal apakah akan beli jenis baru lagi atau pake stoknya f-16 dkk?, baik untuk mirage atau kedepannya rafale sepertinya kurang afdol kalau pake stok micanya TNI AL yang sepertinya ngga beli terlalu banyak
Udah deh @Tukang Ngitung ga usah terlalu dibikin2 pake ngitung kota plus kabupaten, nyambung nya dari mana coba ? Kayak ga capek aja gigituan terus daridulu
Tahun 2009 Mirage 2000 ini ditawarkan hibah GRATIS oleh Qatar tapi di TOLAK oleh MenHan Juwono..tp sekarang barang yg sama dibeli dengan harga hampir Rp 1 T per pesawat, artinya hampir seharga pesawat tempur yg baru..walaupun jm terbang masih rendah Krn jarang dipakai tp usia pesawat ini sdh tua lebih dari 25 tahun, teknologi pesawatnya jg masih generasi ke 4 dan untuk alasan stop gap jg ga bisa karna pengiriman yg lama 2 tahun yg sama dengan buat baru..rawan suku cadang Krn sdh tdk diproduksi..nambah varian baru buat TNI AU yg rencana sebelum ingin menyederhanakan varian..bukannya MenHan skrng menolak pesawat tempur bekas dan bermesin tunggal..tp skrng..?? bagaimana penilaian anda..?
Tetap dukung pemerintah lah dan TNI AU yg haus fly to the sky pakai pespur dan tak masalah dgn radar yg ada karena masih banyak juga pespur kita yg tidak saja minus senjata tapi juga minus ràdar penjejak dan serang paling radar navigasi thok, dah mayan bagus ini ndak kosong melompong dirgantara Nusantara lagian spesifikasi yg paham TNI AU ndak akan sembrono dan mestinya spek tidak diumbar, rahasia lah.
Seandainya pesawat tempur Mirage Indonesia di upgrade kemampuan radar ke aesa dari radar RDY 2 raja dog fight kemampuan bisa setara pesawat tempur yg ada saat ini saya kira akuisis Mirage 2000 ex Qatar 700 JT dolar AS termasuk biaya upgrade?🗿😭
Sayang nya pesawat tempur Mirage ex Qatar gk memiliki fitu pengisian bahan bakar di udara yg di beli Indonesia, Indonesia memiliki pesawat tanker KC-130 herkules mubajir dong hanya menyusui hawk dan Sukhoi dong 🤦😢
Kemampuan jarak deteksi radarnya secara angka kok gak di sebutkan min?
Informasi itu sebaiknya yg lengkap min.
Ini mungkin mas Hario gak ngecek atau koreksi artikel dr kawan2 kerjasamanya.
Klo spt dek Gilang Perdana ini setau saya klo buat artikel infonya gak tuntas. Entah pelit atau males buat yg lengkap
Jangkauan radarnya di bawah FA-50 Blok 20.
@bupati Livik saya dukung kekhawatiran itu, tempatkan saja sebagian di lanud Roesmin Nuryadin biar dekat dengan pangkalan FA-50 jadi tak perlu khawatir dgn keterbatasan jangkauan radar beres kan bisa juga di Batam selebihnya biar urusan sopir nya handal mana dan ampuh mana pesawatnya.
Malah kalah sama radar family hawk 200 AN/APG 66 jarak 150 km dan radar AN/APG 68 pesawat tempur F-16 fighting Falcon TNI AU jarak 299 km apa lagi Sukhoi 27/30 flanker 200 km duh pesawat tempur terdahulu, kenapa gk sekalian upgrade kemampuan radar nya ganti? Gk ada efek gentarnya sama sekali di kawasan🗿🤦
Akuisisi Mirage dan Rafale itu untuk memenuhi kebutuhan lebih banyak pesawat tempur maritim strike yang bisa menembakkan rudal anti kapal.