Textron AT-6E Wolverine – Andalan Terbaru AU AS di Segmen Pesawat Tempur Ringan Turboprop
|Selain padat dengan arsenal jet tempur modern, Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF), rupanya tak meninggalkan pesawat tempur ringan bermesin propeller. Persisnya di bawah program Light Attack Experiment (LAE), AU AS telah memesan dua unit Textron AT-6E Wolverine dan dua unit SNC-Embraer A-29 Super Tucanos. Dan terkait program LAE, ada kabar bahwa AU AS telah menerima unit perdana AT-6E Wolverine.
Baca juga: Air Tractor AT-802U – Sang Penantang Super Tucano, “Battle Proven” di Langit Papua
Dikutip dari Janes.com (18/2/2021), Air Force Life Cycle Management Center (AFLCMC) pada 17 Februari telah mengumukan diterimanya unit perdana AT-6E Wolverine. Yang menarik, dari foto yang dirilis oleh AU AS, menunjukkan Wolverine menggunakan kamuflase European One-style yang tidak digunakan secara umum sejak 1980-an.
Lepas dari itu, menarik untuk disimak tentang AT-6E Wolverine, pasalnya AU AS ikut mengadopsi pesawat tempur dengan kemampuan Counter Insurgency (COIN) yang identik dengan EMB-314 Super Tucano yang dioperasikan oleh Skadron Udara 21 TNI AU.
Dari kualifikasi, AT-6E Wolverine masuk dalam kategori Light-Attack Aircraft, dimana pesawat ini dirancang dan diproduksi oleh Beechcraft, yang kini masuk dalam kelompok Textron Aviation. Meski terbilang pesawat baru, Wolverine pernah mengambil bagian dalam Ample Strike 2015, yaitu latihan integrasi udara-ke-darat yang digelar NATO di Republik Ceko pada November 2015. Pesawat tersebut memamerkan kemampuan penembakan sasaran udara ke permukaan dengan menyelesaikan tujuh misi operasional dan 35 pertempuran yang berhasil selama latihan.
Pada Maret 2020, Angkatan Udara AS kemudian menandatangani kontrak senilai US$70,2 juta dengan Textron Aviationuntuk memasok dua unit AT-6 Wolverine, termasuk dala paket adalah pelatihan pilot, layanan teknik, dan dukungan kontraktor untuk pemeliharaan dan suku cadang hingga empat tahun.
Konstruksi AT-6E dibuat dari material komposit dan mengintegrasikan teknologi mutakhir yang didukung fly-by-wire. Pesawat ini dirancang untuk melakukan misi dalam kondisi cuaca buruk. AT-6 Wolverine memiliki kapasitas penyimpanan bahan bakar internal maksimum 544 kg dan dapat dipasang dengan dua tangki bahan bakar eksternal untuk menampung 932 kg bahan bakar. Bobot kosong pesawat ini 2.671 kg, sementara bobot maksimum saat tinggal landas 4.536 kg.
Instrumen AT-6E Wolverine sudah mengusung glass cockpit. Kokpit mengadopsi two high-definition displays, termasuk Sparrow Hawk head-up display (HUD), hands-on throttle and stick (HOTAS), indikator mesin, radar multi-mode virtual dan radar warning receiver (RWR). Secara umum, desain kokpit menggunakan Cockpit 4000 avionics suite yang dipasok CMC Esterline.
AT-6E Wolverine sudah hadir dengan rangkaian sensor seperti MX-15Di WESCAM yang mengintegrasikan advanced video tracker (AVT), high-definition short-wave infrared (SWIR) camera, infrared (IR) image processor, laser designator, illuminator dan range finder. Pada pesawat yang baru saja diserahkan ke AU AS, diketahui terdapat antena satelit yang disematkan di bagian depan kokpit. Kabarnya ada beberapa perangkat sensor dan komunikasi lain yang dirahasiakan pada pesawat ini.
Dapur pacu AT-6E Wolverine dipercayakan pada satu unit PT6A-68D turboprop diesel engine besutan Pratt & Whitney Canada. Dengan empat bilah baling-baling, tenaga mesin ini mencapai 1.600 shp. Kecepatan maksimum Wolverine adalah Mach 0.67 dan pesawat ini dapat terbang sejauh 3.195 km dengan payload 1.864 kg.
Nah, untuk urusan persenjataan, AT-6E Wolverine dilengkapi dengan tujuh hard point, masing-masing tiga di dua sayap dan satu di bawah bagian badan pesawat tengah. Empat dari tujuh hard point kompatibel dengan standar MIL-STD-1760. Beban senjata yang bisa dibawa tak jauh beda dengan Super Tucano, mulai senapan mesin berat, roket FFAR, bom pintar sampai rudal berpemandu laser AGM-114 Hellfire dapat ditembakan dari Wolverine. Total ada 66 konfigurasi senjata yang bisa dipasang.
Baca juga: Inilah Fakta Tentang FN Herstal M3P di Super Tucano TNI AU
Dilihat dari tupoksinya, nampak AU AS mempersiapkan kehadiran pesawat ini guna menjawab tantangan operasi serangan udara berskala ringan, dimana tidak efisien bila yang diturunkan adalah pesawat sekelas A-10 Thunderbolt II. (Gilang Perdana)
Semakin hangat diskusinya, mari kita semua dukung pemerintah utk mengembangkan industri militer dalam negeri sehingga pt di semakin maju serta alutsista ataupun alatfyg dibutuhkan tni dln instansi lain terpenuhi
Dilirik ga nih??
sebenarnya indonesia bisa membuat pswt model spt itu, bisa impor perangkat elektronik buat dipasang di pesawat buatan indonesia.. lihat bnyk pswt ringan dibuat lokal. inilah bisa dijadikan potensi terbaik. karena perbedaan pswt tersebut dgn pswt tempur adalah memudahkan menembak anti gerilya secara visual jelas. tetapi seiring maju teknoklogi, pswt tempur sudah dilengkapi kamera pendeteksi antigerilya, tinggal merudal. tetapi mahal ya. kalau menggunakan senjata mesin di pesawat tempur susah banget akurat untuk antigerilya kan karena kecepatan tinggi..
Kalau bisa tahan 30mm gatling dan rudal S500 boleh d borong
Sebenarnya kita butuh banyak sekali pesawat sejenis counter insurgency (COIN) seperti Super Tucano ini.
Setidaknya kita butuh untuk :
AURI : 71 unit untuk penjaga perbatasan
ALRI : 114 unit untuk pertahanan pantai
Bakamla : 24 unit untuk anti illegal fishing
Polairud Brimob : 21 unit untuk anti gerilya
Bea Cukai : 21 unit untuk anti smuggling
Wes, angel-angel……angel tenan tuturanmu 😣😣😣
Buat ngantar paket JNE kah Ntung.? Klo spt itu malah butuh ribuan utk se Indonesia Ntung…😀😀😀 (Edisi http\\ngelem_ibon.com)
Utk kali ini ane dukung sebagian ide bung TN, khususnya untuk TNI AD.
dia kan ga ada nulis TNI AD om😂😂😂
Klo flasback ke era p.Nurtanio bapak perintis industri penerbangan dg sumber yg sangat terbatas melahirkan;Sikumbang,kunang2,belalang dan gelatik dsb…rasanya mudah bagi RI klo ada niat? apalagi disusul p.Habibie dan yg lainnya
@ Tukang Ngitung Phd
Daripada Supertukino bukannya lebih bagus Thunderbolt A10 Sekalian bung ?
Kira-kira buat apa ya Pakde Sam beli Pesawat Kitiran kecil kayak Gitu ? Bukannya di Pangkalan udara Nellis Air Force Base ada Pembom B 52 Stratofortres, tinggal diBom aja pake Itu Beres semua urusan hehehe
Counter insurgency mas.
Pake A-10 aja ga efisien, apalagi B-52?
Buang2 bensin
Kok cuma 2 unit min?
Utk uji coba awal saja kah.? Biasanya pesan banyak banget.
Biasanya beli sedikit untuk evaluasi mana yang paling bagus dan yang paling bagus akan dipesan dalam jumlah banyak.
Jadi inget mustang si cocor merah.
Dilihat dari sejarahnya seharusnya indo bisa membuat pesawat sekelas ini,, tapi kenapa tidak pernah membuat paling tidak untuk pesawat latih sehingga memajukan industri dirgantara indonesia
Karena tidak ada programnya. Silahkan tanya ke TNI atau/dan Kemenhan kenapa nggak buka program dan pembiayaan pembuatan prototipe pesawat seperti yg anda bilang. Kalau TNI puas beli banyak kalau nggak bisa diperbaiki prototipenya.
Industri dirgantara & pertahanan yg mirip karoseri & othak-athik gathuk itu sbnranya cocok dg alam kreativitas bangsa indonesia
Kebutuhannya sudah jelas mas @sony…..yaitu pesawat komuter_turbo prop, tapi sayang nya ibarat kisah “lebai malang” basis kemampuan dan potensi pasar yg ada diabaikan, demi berpaling ke program “khayali”, pespur IFX…..begitu tersadar betapa rumitnya proyek ini, pas mau balik lagi mengambil potensi awal……eeeeeeeh, “kendurinya” udah disambar sama ATR-72 😫😢😭
Ya memang benar mas Paijo_Geseh .. tni lebih membutuhkan pesawat jenis comuter sebagai pesawat angkut dan intai.. bahkan pesawat terbaru buatan ptdi pun n212 juga jenis comuter… Tapi apakah nanti kedepannya untuk jenis pesawat latih tni akan melakukan impor utuh terus… Seharusnya mulai joint untuk buat..
Kalau sekedar merancang di atas kertas, mungkin bisa. Tapi siapa yang bikin komponennya? Import semua? Sama saja bohong. Tuh Rafale yang mau kita beli, melibatkan banyak perusahaan dalam negeri Perancis, bukan cuma Dassault. Siapa yang buat mesinnya, landing gear-nya, ejection seat-nya, radarnya, avioniknya, etc, etc, etc. Semua dibagi-bagi ke berbagai perusahaan di Perancis.
Jadi, sebelum Indonesia bikin pesawat tempur, kembangkan dulu industri pendukungnya/industri subsystem-nya. Kalau sudah cukup mapan, baru lanjut bikin pesawat tempur utuh. Minimal 50% lah sebagai awal, subsystem dibuat di dalam negeri.
Bung terranmcv
Ente pernah melihat produsen mobil To*ota.? Atau Ho*da
Apa semua suku cadangnya dr dlm negeri sakura.? Gak kan?
Balik ke pespur, demikan jg dng Gripen. Brp item yg merupakan asli swedia.?
KFX pun demikian jg. Jd memang gak ada yg 100% dibuat oleh industri dalam negeri.😀
Jadi, sebelum Indonesia bikin pesawat tempur, kembangkan dulu industri pendukungnya/industri subsystem-nya. Kalau sudah cukup mapan, baru lanjut bikin pesawat tempur utuh
————————————————
Ini komen mslah jd blunder buat ente.
Pertanyaan saya, kalo kita kembangkan duluan industri pendukungnya/industri subsystem-nya, utk pasar mana? Utk makhluk yg mana barang itu kita buat.? Lalu gmn caranya kita bisa dpt trust dr produsennya.? Jng dibalik pola pikirnya.
Sdh bener arah pemerintah sebelumnya, utk kemandirian alutsista, tahap awal kita pakai pola joint produk spt tank pindad.
Wong kita nihil pengalaman membuat pespur kok. Harus kita akui itu. Paling tidak kita dpt ilmu menjahitnya dulu. Serta bisa menjahit .
Lha pemerintah skrng ngotot minta share lisensi suku cadang sampe dng ngotot ikut jualan. Harusnya nyadar diri, msh bayi kok sdh minta makan burger. Ngunyahpun msh gak mampu. Kalo toh diberi, apa mampu industri dalam negeri mendukung.? Ilmu metalurgi saja msh blom khatam apalagi yg berhubungan dng high tech.
Toh lebih baik joint dng korsel ini berlanjut sampe ke batch selanjutnya dng sedikit demi sedikit menguasai dan diberi kepercayaan korsel utk pembuatan suku cadang tertentu. Hingga peran kita pd batch2 selanjutnya bisa berimbang dng korsel. Kan spt itu. Bukan dibalik. Ini sekalian menjawak komen paklek diatas ente…😁😁😁😀
Jng kesalahan masa lalu dmn belajar ilmu roket yg gak khatam kita ulangi lg pd proyek KfX/iFX ini.