Terungkap! Ini Dia Alasan AS Ingin ‘Akuisisi’ Greenland
|
Kabar terkait Presiden AS, Donald Trump, yang ingin menguasai Greenland kembali menyeruak dalam beberapa hari terakhir. Isu ini tentu saja bukan suatu hal baru mengingat di tahun 2019 silam, Donald Trump juga pernah mempertimbangkan untuk ‘membeli’ Greenland dari Denmark dengan alasan strategis – masalah ekonomi dan tentu saja untuk memperkokoh benteng pertahanan AS.
Kendati sama-sama tergabung dalam North Atlantic Treaty Organization (NATO), agaknya Denmark masih enggan melepas bagian dari daerah otonomnya tersebut kepada AS. “Kami tidak untuk dijual dan tidak akan pernah dijual. Kami tidak boleh kehilangan perjuangan kami selama bertahun-tahun untuk kebebasan,” begitu ungkap Perdana Menteri Greenland, Mute Egede dalam sebuah wawancara.
Tidak lain dan tidak bukan, keinginan AS untuk memperluas ‘wilayah jajahan’ adalah karena Rusia telah terlebih dahulu berinvestasi banyak di wilayah Arktik untuk kepentingan militernya. Sementara dari kubu rival, komitmen Rusia yang ingin meningkatkan kekuatan militer di sektor udara dan laut ini bisa jadi salah satu faktor kuat yang menyulut hasrat AS untuk buru-buru mengakuisisi Greenland ke dalam wilayahnya.

Menurut laman twz.com, diketahui Rusia telah membangun beberapa pangkalan baru di wilayah Arktik dan mengaktifkan kembali pangkalan-pangkalan yang sudah tidak aktif terhitung sejak Perang Dingin. Selama beberapa tahun terakhir, Rusia telah menikmati akses ke lebih dari 50 lapangan udara dan pelabuhan di wilayah Arktik, dari sana, pihak Rusia dapat memproyeksikan kekuatan udara dan laut yang dapat menghalangi AS dan sekutunya untuk mengakses Arktik.
Mundur ke belakang, tepatnya pada era Perang Dingin, di mana AS secara diam-diam mendirikan Pangkalan Udara Thule di Greenland – tepatnya pada tahun 1951. Pada awalnya, pangkalan udara yang kini dikenal sebagai Pangkalan Luar Angkasa Pituffik ini ditujukan sebagai upaya AS untuk membangun jaringan radar peringatan dini di seluruh dunia, terutama untuk mendeteksi potensi serangan dari Russia yang kala itu masih bernama Uni Soviet.

Mari kesampingkan alasan Greenland yang kaya akan sumber daya mineral. Di mata militer AS, Greenland sangat berharga dan strategis karena bersinggungan dengan beberapa alasan: lokasinya yang strategis, akses, hingga instalasi teknologi yang mendukung peran militer. Dari segi lokasi, Greenland yang posisinya sangat dekat dengan wilayah kutub utara, memberikan cakupan luas untuk masalah pengawasan – di mana pihak AS bisa memantau sebagian besar wilayah Arktik, termasuk wilayah Rusia dan banyak negara Nordik.
Perkara akses, dengan mencairnya es di kutub utara, jalur laut AS semakin terbuka lebar dan kelak wilayah tersebut akan menjadi jalur pelayaran yang lebih strategis. Kehadiran Pangkalan Udara Thule di wilayah Greenland akan senantiasa memberikan AS akses untuk memantau dan mengamankan jalur pelayaran tersebut.
Sedangkan dari segi militer, AS melalui Pangkalan Udara Thule sudah menanampak sistem peringatan dini berupa radar canggih untuk mendeteksi rudal balistik antarbenua (Intercontinental Ballistic Missile/ICBM). Kehadiran radar ini seolah menjadi salah satu garda terdepan AS dalam menghalau kemungkinan serangan via jalur utara, mengingat kemampuan deteksi dan jangkauannya yang sangat luas.
Terakhir, Pangkalan Udara Thule ini merupakan wujud komitmen AS untuk mempertahankan kehadiran militer di wilayah Arktik serta salah satu langkah untuk memperkuat hubungan militer AS dengan negara-negara sekutu di kawan tersebut, seperti Denmark dan Kanada. Lalu, jika pihak Denmark & Greenland yang sudah secara terang-terangan menolak untuk ‘diakuisisi’, akankah pihak AS tetap ngotot untuk memiliki pulau terbesar di dunia tersebut? (Nurhalim)
Rusia Tampilkan BT-3F “Arctic” – Ranpur Khusus untuk Beroperasi di Wilayah Kutub Utara
Pada hakikatnya tidak ada batas negara. Yang ada adalah batas kekuatan.
AS juga dulu merebut wilayah Meksiko untuk memperluas wilayah & menambah negara bagiannya.
Membeli Greenland tentu tak mirip seperti AS membeli Alaska dari Rusia jaman dahulu kala, jika Denmark dan Greenland sendiri menolak apakah ada konsekuensi militer yang bakal dihadapi, ini artinya bakal merusak hubungan AS dengan sekutu tradisionalnya NATO mengingat Denmark sendiri adalah anggota pendiri Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) ?