Ternyata, HIMARS yang Dioperasikan Ukraina Tidak Bisa Menembak Ke Wilayah Rusia
|Meski perang identik dengan kebrutalan, namun, jalannya peperangan tak menutup adanya ‘kompromi’ antar pihak yang bertikai, seperti adanya ‘batasan’ yang tidak boleh dilanggar, yang dilakukan untuk menahan agar eskalasi konflik tidak membesar. Terkait hal tersebut, Amerika Serikat dikabarkan diam-diam telah melakukan modifikasi pada senjata artileri yang dianggap sebagai game changer oleh Ukraina, yakni M142 HIMARS (High Mobility Artillery Rocket System).
Dikutip dari popularmechanics.com (7/12/2022), Amerika Serikat disebut diam-diam memodifikasi sistem roket HIMARS untuk tidak bisa ditembakan ke sasaran yang berada di wilayah Rusia.
Untuk mencegah Ukraina menembak sasaran di Rusia, Amerika Serikat diam-diam memodifikasi “perangkat keras dan lunak” pada peluncur HIMARS yang digunakan Ukraina. Kabar tersebut pertama kali dilaporkan oleh Wall Street Journal hari Senin lalu. Truk HIMARS juga dimodifikasi untuk memastikan pasukan Ukraina tidak dapat menembakkan roket non-GMLRS yang berasal dari negara lain.
Truk lapis baja dan roket yang dipandu GPS pada HIMARS telah berperan penting bagi militer Ukraina, khususnya untuk memukul mundur pasukan Rusia dari wilayahnya, menghancurkan basis logistik, dan memutus jalur pasokan amunisi bagi pasukan Rusia di garis depan.
Sistem HIMARS terdiri dari sebuah truk lapis baja yang mampu menembakkan hingga enam roket sekaligus, dan GMLRS (Guided Multiple Launch Rocket System). GMLRS memiliki jangkauan hingga 70 km, dilengkapi hulu ledak high explosive seberat 90 kg dengan tingkat akursi 2–5 meter dari koordinat target.
Sejauh ini, Ukraina memiliki 20 unit HIMARS, serta 13 unit Multiple Launch Rocket System (MLRS) yang mirip dengan HIMARS, tetapi menggunakan roda rantai (M270) dan dapat meluncurkan roket dua kali lebih banyak.
Sistem HIMARS/GMLRS awalnya dikirim ke Ukraina pada awal Juni, dan sejak itu dianggap berhasil melumpuhkan pasukan Rusia di Ukraina, membuat mereka rentan terhadap serangan balik Ukraina yang dimulai pada bulan September.
Jangkauan GMLRS memungkinkan untuk menyerang target jauh di belakang garis musuh, dan roket Ukraina telah berulang kali menyerang depot amunisi, markas besar, dan target lainnya.
Sejauh ini, tampaknya Ukraina hanya menyerang sasaran di dalam wilayah Ukraina yang diduduki Rusia. Sudah lama dianggap bahwa ini adalah hasil dari kesepakatan yang tidak dipublikasikan antara Kiev dan Washington, tetapi sekarang jelas bahwa kesepakatan tersebut, jika ada, didukung oleh batasan perangkat keras dan perangkat lunak yang bersifat rahasia.
Laporan dari Wall Street Journal tidak merinci cara kerja “pembatasan perangkat keras dan perangkat lunak” yang mencegah roket GMLRS mendarat di wilayah Rusia, tetapi mungkin ini adalah beberapa bentuk geofencing. Geofencing adalah kemampuan untuk mengunci sistem yang menggunakan navigasi GPS dari lokasi secara realtime. Operator drone misalnya, dapat memprogram drone untuk memasuki wilayah udara yang sensitif, taman nasional, atau lokasi lain dengan menyediakan koordinat GPS untuk tempat-tempat yang harus dijauhi.
Wall Street Journal juga melaporkan bahwa truk HIMARS yang dikirim ke Ukraina memiliki batasan lain, seperti telah dimodifikasi sehingga tidak dapat menembakkan Army Tactical Missile System (ATACMS).
ATACMS adalah ‘saudara’ dari GMLRS, dengan hulu ledak seberat 226 kg dan jangkauan 300 km. Ukraina telah berulang kali meminta Washington untuk menyediakan ATACMS. Namun telah ditolak Presiden Joe Biden, karena khawatir rudal yang besar dan kuat dapat semakin meningkatkan perang.
Meskipun Pemerintah AS telah menolak untuk memasok ATACMS, kemungkinan besar operator ATACMS lainnya—termasuk sekutu NATO dapat memutuskan untuk menyumbangkan rudal balistik ke Ukraina sebagai gantinya.
Menggunakan geofencing untuk mencegah Ukraina menyerang Rusia menimbulkan kekhawatiran lain, seperti bagaimana jika kekuatan asing dapat meretas jaringan senjata AS dan melakukan geofence agar tidak dapat menyerang target sama sekali? (Bayu Pamungkas)
@KBRJ: Rusia itu untung kalo harganya diatas USD 100/barrel. Awal pecah perang Ampe April memang harganya Ampe USD 140/barrel. Itulah kenapa Rusia berani ngasih diskon 30% buat pembeli baru buat gantiin Eropa yg menolak membeli Migas Rusia. Kalo harganya jadi USD 70/barrel apalagi dibawah itu Rusia bakalan menghadapi kerugian yg luar biasa besar dari jualan minyak karena prosentase ekspor migasnya belum pulih seperti saat sebelum perang apalagi Rusia kesusahan buat ekspor produk utama lainya seperti Pupuk, Baja, Gandum apalagi Alutsista dan ente mau tau berapa harga minyak dunia sekarang?? USD 75-77/barrel. Yakin Rusia mau bertahan lama buat perang ini? Hhhhhhhhhh
@agato, di iya kalau di area yang di kuasai ruskies ada cover S series, dan di artikel dah disebutin rudal buk m bisa nyegat itu roket, lagipula, ruskies ngga ada kepentingan ngerebut wilayah itu, jadi mau mereka mundur atau ngga ya terserah mereka, lagipula, yang mengakibatkan wilayah crimea bisa di anexasi ruskies bukan hanya karena invasi tapi karena rakyatnya sendiri yang sudah mintanya begitu, dan sudah setuju akan hal itu
nah itu bener mas @ayam jago, soalnya memang, ukro dah disupport segala macem hal dari berbagai negara, termasuk MRE dan makanan darurat, jadi secara teori ngga akan terlalu terdampak kalau ada pemadaman
Fansboy ura-ura meributkan winter nih yee
Warga Kyiv & beberapa kota di Ukro saat ini kurang dari 40% sebelum konflik bahkan bisa kurang dari angka itu tadi
Pria wajib ikut perang maka wanita, anak-anak serta lansia mengungsi ke negara lain
Musim dingin yang tersisa dikonsentrasikan di bunker coy. Kota-kota penting negara pecahan Soviet punya bunker coy. Kebutuhan energi bisa terpusat bahkan 10-15% dari sebelum perang lumayan cukup
Di Twitter ada penjelasan. Warga Ukro sudah siap buat menghadapi musim dingin biarpun padam listrik
Mungkin ada benarnya mas Sandiaga Uno bilang ni perang benefitnya gede banget buat Rusia jadi dibuat tarik ulur biar molor toh serangan2 Ukraina ke wilayah Rusia juga cuma sporadis dijadwal spt minum obat Amlodipin atau Simvastatin itu pun kadang lewat. Mau lama atau cepat ni perang sptnya kita dah ndak gubris ekonomi kita masih lumayan stroong lagian UMR tetap naik dan industri menggeliat pesat dibangun dimana-mana seantero negeri, jangan2 kita juga hepi nih perang cuma sengaja tak di ekspose.