Terma Terpilih Sebagai Pemasok Combat Management System dan Sistem Radar di Frigat Iver Huitfeldt Class
|Jagad alutsista nasional kembali mendapat kabar segar, meski belum berupa kontrak efektif, namun Terma dari Denmark kabarnya telah terpilih untuk memasok Combat Management System (CMS) dan paket radar di frigat Iver Huitfeldt Class, yang kelak akan memperkuat Satuan kapal Eskorta TNI AL. Meski terbilang baru sebagai pemasok teknologi dan sistem di lingkungan TNI AL, namun Terma secara perlahan telah memasok radar intai udara/permukaan di korvet Fatahillah Class, Kapal Cepat Rudal Sampari Class (termasuk CMS) dan kapal patroli KPLP Kemenhub RI.
Mengutip dari defense-studies.blogspot.com (2/6/2020) yang merujuk sumber di Kementerian Pertahanan RI, C-Flex Combat Management System (CMS) dan paket radar Terma Hensoldt dari Terma terpilih untuk melengkapi elektronika di Iver Huitfeldt Class. Paket CMS Terma C-Flex akan terdiri dari 16 konsol multi fungsi dan 3 layar lebar. C-Flex berjalan pada platform perangkat lunak yang disebut T-Core, yang dikembangkan Terma sebagai platform untuk semua perintah dan sistem kontrol baik itu untuk AL, AD dan AU.
Terma C-Flex CMS telah digunakan oleh Angkatan Laut di beberapa negara, untuk armada Surface Combatant tercatat dipakai pada 3 frigat Iver Huitfeldt class (Denmark), 1 frigat/destroyer Marasesti (Romania), dan 4 fast attack craft-missile KCR 60 class (Indonesia). Untuk kapal bantu/ Auxilary Ship CMS ini sudah dipakai pada 2 kapal Absalon class (Denmark), 1 LPD Angthong (Thailand) dan 1 training vessel Sycamore (Australia).
Sebagai gambaran, CMS pada kapal perang mencakup fungsi Picture Compilation yang menyajikan visualisasi terhadap situasi taktis peperangan, Maneuver/Formasi Gugus Tempur yang meliputi Open/Close at Given Bearing, Open/Close to Given Distance, Stationing, Transit at given distance.
Fungsi Peperangan Laut yang membantu kegiatan peperangan laut seperti : Plan Cordon (Menyajikan informasi taktik pengepungan sasaran bawah air), Furthest On Circle (Menyajikan informasi pertahananpreventif terhadap ancaman kapal selam). Naval Gunfire Support untuk melakukan tembakan bantuan ke darat yang meliputi Direct, Indirect, dan Blind Bombardment.
Fungsi Air Control untuk kalkulasi dan menyajikan saran untuk koordinasi dengan unit tempur udara, memandu helikopter pada saat pendaratan di dek kapal, melakukan konversi koordinat bujur/lintang-georef. Fungsi Umum Navigasi seperti Closest Point Approach (CPA), Collision Avoidance, Man Overboard Recovery, Parallel Index, Route Handling (Waypoint). Firing Control System guna melakukan tracking sasaran serta melaksanan penembakan yang meliputi deteksi jangkauan sasaran, kalkulasi sudut cegat serta stabilisasi pada kubah kanon.
Baca juga: MSSR 2000-I – Radar Intai Kohanudnas dari Airbus Defence and Space
Sementara untuk elemen radar Terma Hensoldt terdiri dari Hensoldt fixed array TRS-4D, Hensoldt MSSR 2000 I, Terma SC 4603 dan Terma navigation radar. Masih dari sumber yang sama, dikatakan kombinasi radar tersebut sudah cukup untuk memandu rudal hanud yang kemungkinan besar merupakan kombinasi dari Mica dan Aster, yang semuanya dari MBDA. Jumlah sel peluncur vertikal asli frigat ini adalah 8×4 unit ditambah 2×12 unit, total 56 unit sel. Jumlah frigat Iver Huifeldt Class yang akan diakuisisi adalah dua unit menggunakan anggaran MEF ke-3 periode 2014-2019. (Bayu Pamungkas)
Akhirnya beritanya muncul juga
Mantab, segera eksekusi untuk pertahanan NKRI di laut LCS..
Loh kirain belum fix beli
Dah beli lol
Aduh beli 2 mcm filipin aja beli frigat 2 biji.. Kirain 6 utk menggantikan van speijk class sprti wacana dulu
sabar to…frigat ini kelas berat 6600 ton…gede banget…2 kalinya milik singapura..pertama kali PT.PAL buat.
Ada wacara di MEF terakhir ada tambahan 2 Sigma PKR Marthadinata class dan 2 Iver class lagi,
Belum lagi duitnya dibagi buat perang dengan musuh bebuyutan kita CORONA
Ini heavy frigate boss. Coba banfingin tonase dan kelengkapan senjatanya sama van speijk. Deda jauh kelasnya.
Pdhl usd 700jt utk 2 kapal FBNW lbh mahal changbogo korea,moga2 stlh ini ada tambahan krn urgensi kebutuhan kapal permukaan ocean going.
Bandingannya Iver Huitfeldt ya kapal selam Virginia-class karena bobotnya hampir sama…..kalau changbogo harusnya dibandingkan dengan Korvet KRI Diponegoro…karena beratnya hampir sama
Ya ampun masa kapal selam dibandingkan dgn kapal permukaan
Sory maksudnya bandingkan harga akuisisinya bkn kapalnya klo iver cm usd 700jt uda full dibuat di PT.PAL klo dibandingkan utk akuisisi martadinata class yg usd 250jt yg perkapal masih dibuat didamen bbrp modulnya,iver pilihan yg sangat bagus utk kemandirian
@wahyu
Ada proses dan kondisional kenapa saat itu ada 2 blok modul yg masih dibuat di rumania/belanda.
Berkah dari ilmu dan pengalaman yg didapat dr kerjasama dg damen, mempersingkat dan melancarkan TOT Iver.
Tapi kalo kita bicara ttg kemandirian dg ukuran 100% modul diproduksi didalam negri…..itu masih “jauh panggang dari api” karena nilai pekerjaan nya masih terbilang kecil.
“Blue print yg hidup” dan ketersediaan cluster industri di sektor perkapanlah yg sejatinya menjadi tolok ukur dari kata “kemandirian”
Yg benar tahun 2014 sampai 2019 itu progres MEF k 2…bukan k 3….tlg d ralat
Termasuk sangar…gabungan 3 radar, Radar Hensoldt fixed array TRS-4D aesa, Radar IIF/pasif Hensoldt MSSR 2000 I, Radar Survelance Terma SC 4603…sapuannya sangat luas…ini sama saja dengan Satuan Radar (SATRAD) bergerak
Radarnya sih oke, sudah multifungsi, resolusi bagus (C band) dan berteknologi aesa-GaN serta harga yg lebih kompetitif dibanding radar sekelas yg S band ……tapi jangkauan deteksinya utk fregat sebesar iver dan pilihan SAM nya agak jomplang, misalnya dibandingkan dg pilihan paduan radar & rudal pada fregat2 milik negara2 sahabat spt: Singapur, india atau thailand.
Sesuai perkiraan saya…kapal ini hanya sebagai SATRAD bergerak….SAM diutamakan sebagai pertahanan kapal saja…kemungkinan Aster-15…hebat kalau Aster-30…tapi kalau VL-Mica lagi ya disyukuri saja lah…daripada mistral…hahaha
Aster-30 dong…….mubazir rasanya fregat gambir punya 2 tipe rudal yg jangkauannya jarak dekat~medium, apalagi nanti pasca 2026 keluar varian VL Mica NG yg jangkauannya sepadan dg jangkauan ESSM
Iya betul bung. TNI memang menjadikan kapal-kapalnya sebagai penjaga negeri ini yang portable alias sbg radar bergerak.
Mssr 2000 klo yg Denmark punya smart L,Mssr 2000 kelemahan nya klo transponder musuh mati ya dilayar tdk tampak.
Smart L jangan dibandingkan dg mssr-2000 yg sebenarnya IFF dong…..enggak apple 2 apple bro 🤷
Radar smart L sudah terintegrasi dg IFF yg buatan thales……jadi kalo dibandingkan dg Iver, fregat pesanan AL lebih inferior dlm hal sensornya
Kemungkinan persenjataan yg akan dipilih Oto Melara 76 mm gun, Rheinmetall 35 mm, MBDA VL MICA (16 cells), MBDA Exocet MM40 Block III (8 cells), Leonardo A244/S Mode 3 and FN M3 12.7 mm machine gun
*Semoga nambah SAM seenggaknya Aster 30
Mssr 2000 adalah Jenis SSR yg merupakan radar sekunder klo musuh matikan transponder ya layar radarnya gelap aja. Jd bukan sejenis radar aktf.
ada 3 radar…kalau dimatikan radionya….malah langsung statusnya red alert…itulah gunanya punya 3 buah radar.
Iver 4 cukup lah, marthadinata yg diperbanyak jd 8 atau 10 biji, kelas korvet 24 biji, KCR 60 dan 40 minimum 36 biji, kasel 12 biji, string abis stricking force armadanya, syarat harus full armanent , horee semoga terkabul, aamiin
Pemerintah ngambek sama DAMEN,karena ToT nya karena tidak diberikan lisensi untuk diekspor lagi,beda sama makassar class yang boleh diekspor
Tidak sesederhana itu pak @vladimir 🤔
Ada kondisional yg terdiri dari banyak faktor yg menghambat porsi penyerapan TOT PKR oleh “cluster industri perkapalan” di Indonesia yg juga terjadi beberapa penyerapan TOT alutsista militer dibidang lainnya…..saat itu ☝️
Seandainya dibalik, saat itu yg kita beli Iver pun niscaya akan mengalami kendala serupa seperti saat kita menerima TOT PKR dan Changbogo 🤷
TOT LPD makasar class proses nya berbeda…..memang benar ada bebarapa keluwesan yg diberikan oleh pihak galangan di korea, berikut supply chainnya kepada PT PAL yg saat itu bonaviditasnya sangat rendah. Juga tingkat kerumitan desainnya lebih sederhana dibanding PKR atau Iver.
Dengan Damen,PT. PAL tidak dilibatkan dalam disain dan kontrak, hanya sebagai sub-kontraktor saja alias pekerja tok.
Berbeda dengan LPD yang bersifat kerjasama, hak cipta dibagi berdua dan pt.pal bisa mandiri dalam hal disain dan kontrak. dan bersaing dengan korsel sendiri
hal itulah yang kemungkinan merupakan “kesalahan” korsel dan menjadi pelajaran korsel agar lebih berhati-hati dalam membuat kontrak.
contoh KFX/IFX dan Kapal Selam Changbogo sekarang Korsel cenderung Pelit setengah hati dan hati-hati dalam memberi ToT, agar kejadian LPD tidak terjadi lagi
Namun Indonesia sekarang tidak bodoh juga, gelagat tak sedap tercium dan minta di Re-Negosiasi ulang
@konyol
Sama saja dg Iver, PKR dan CBG pun adalah desain yg sudah tersedia, jadi salah alamat kalo menuntut mendapat TOT desain karena yg kita beli adalah desain original.
Berbeda dg fregat Formidable class milik singapur, yg merupakan “customisasi tingkat berat” dari fregat lafayette dimana para insinyur singapur terlibat dalam desain kapal sejak tahap awal, shg selanjutnya singapur punya kemampuan dlm rancang bangun sdt mandiri dan punya hak jual atas desain baru tsb.
wah ngawur iki…semua kapal tni yang baru bahkan diseluruh dunia adalah customisasi…coba kamu lihat artikel lawas pada waktu penawaran DAMEN…sudah berapa kali PKR diubah..disesuaikan dengan kebutuhan TNI-AL.
Demikian juga changbogo ya customisasi..apalagi Iver…pasti PT. PAL – TNI-AL diajak rundingan disainnya sampai fix OK Keel Laying
Saya paham dengan komen saya, maka saya menambahkan keterangan “KUSTOMISASI TINGKAT BERAT” dg mencontohkan fregat formidable yg mengambil platform dari fregat lafayette atau contoh terakhir adalah desain fregat tipe 31 inggris yg merupakan kustomisasi tingkat berat dari platform Iver huitfedt.
Sementara PKR bisa dikatakan kustomisasi ringan tanpa melalukan perubahan desain platformnya……ibarat pesan pizza, AL yg menentukan toppingnya dari pilihan tersedia. Sekedar perubahan pilihan senjata dan posisi penempatannya yg sudah diakomodasi dalam desain masternya.
Atau kalo anda punya link yg menunjukkan kalo PT. PAL terlibat dalam desain platform PKR, silahkan dishare disini……@tukang pukul 🤷
Tak usah ngeyel…komentarmu juga terlalu panjang..oeee
Coba kamu lihat sendiri adakah produk Formidable ditawarkan kalau itu katamu “hak jual”…..
https://www.stengg.com/en/marine/capabilities/shipbuilding/
Coba kamu bandingkan dengan PT, PAL…..
https://pal.co.id/product_&_solution/naval_shipbuilding/1?lang=ina
PT. PAL malah menawarkan Kapal Perusak Kawal Rudal 105 meter (FRIGATE)…jangan menghina negara sendiri…tapi malah memuji negara lain..
akhirnya @cinta datang lagi, siap siap kolom komentarnya penuh komentarnya panjang sekali seperti jalan kenangan, tapi tanpa isi, malah bikin pusing, mending tahu sumpel (tahu isi goreng) enak sekali wkwkwk
Tank boat perbanyak jadi 200-300 biji
OMEGA destroyer episode selanjutnya….
banyak sensor dari terma weibel sama hensoldt , salah satu nya radar pemandu tembakan dari weibel , ada yang bahas di grup sebelah , kalo gamau SMART-L bisa juga radar yang sudah operasional disini di Satrad 215 ikut diusung untuk dipasang di iver, Weibel MFSR-2100/48 ya cuman itu palingan nambah biaya integrasi (kalo sempet dipasang bisa berkemampuan BMD(ballistic missile defense) iver kita, MSSR-2000 bukan radar surveillance , dia lebih ke IFF , kalo musuh matiin transponder ya ilang dari layar pantau .
Radar ini disebut “Monopulse Secondary Surveillance Radar” selain Interogator (IFF) juga bisa mendeteksi obyek dengan status “Unknown” dilayar radar akan tampil begitu, namun infonya tidak seakurat dan sekomplit radar primery,
maka dari itu digunakan sebagai radar secondary, keistimewaannya jangkauan sangat luas, daya rendah, mudah perawatan, murah
Kohanudnas TNI memakainya sebagai radar intai mobile untuk menutup blank spot area
Percuma heavy fregat 6600 ton kalau SAMnya cuma MICA. Masih kalah fregat singapura yg cuma 3500 ton tapi pakai Aster30
Dari sisi sensor Iver kita masih kalah sama Formiddable Class RSN karena tidak memiliki hypersonic detection capabilities. Pakai Aster 30 terasa mubazir. Rencana awal sebelumnya malah SAM mengandaikan ESSM tanpa ada SM2
Hensoldt fixed array TRS-4D memakai frekuensi G-Band om yang lebih gesit daripada S-Band punyanya Thales Herakles Formiddable Class.
Apalagi memakai Gallium nitride (GaN) lebih peka dan mampu digeber ke high power.
Juga telah memakai jenis AESA
Mungkin saja tidak disebutkan dalam brosur, tak lihat emang brosurnya terlihat asal buat
Saya berbeda pendapat dg pak @ayam jago ☝️
Untuk mendeteksi ancaman rudal hipersonik yg kecepatannya sangat tinggi dan hanya membutuhkan waktu reaksi yg singkat bagi radar utk mendeteksi dan mengenalinya dg lebih presisi, setidaknya butuh 2 hal:
1. Jangkauan deteksi: semakin jauh jangkauan deteksi sebuah radar, akan semakin bagus krn berarti ia memiliki waktu reaksi yg lebih panjang. TRS-4D dan herakles jangkauannya maksimalnya sepadan, dikisaran 250 km
2. Update rate: utk mendeteksi obyek supersonik/hipersonik menuntut update rate posisi sasaran yg tinggi —> makin tinggi update ratenya makin bagus 📈 👍
Herakles adalah radar rotator yg memiliki kecepatan 60 rpm, jadi tiap 1 detik sekali dia akan memberi update posisi sasaran terbaru —> ini sudah cukup bagus utk ukuran radar S band yg bobotnya lumayan berat.
Tapi TRS-4D adalah radar tipe fixed face, yg ibarat mata melotot yg nyaris tak pernah berkedip —> dalam hal ini performa radar TRS-4D lebih unggul 💪💪💪
3. Dg berkembangnya teknologi semikonduktor berbasis GaN yg lebih efisien, yg menghasilkan kemampuan processing lebih tinggi dan tanpa menimbulkan efek panas yg lebih tinggi ketimbang bahan semikonduktor sebelumnya. ❄
Dalam hal ini kemampuan prosesing TRS-4D yg sdh mengaplikasikan semikonduktor berbahan GaN ……sekali lagi lebih unggul ketimbang radar herakles yg menurut orang2 di “Thales-Netherland” dijuluki sbg “Dinosaurus terakhir” dalam hal teknologi radar modern 🐲
Tentang isu pilihan rudal essm (semi aktif seeker) yg disandingkan dg radar Multifungsi menurutku ini pilihan yg cost efektif ketimbang aster…karena dg memiliki kemampuan memandu beberapa rudal secara simultan, kita tidak perlu buang-buang uang utk membayar seeker aktif yg mahal pada rudal aster yg hanya sekali pakai ….sekali ditembakkan maka hilanglah sang rudal berikiut seeker aktifnya yg mahal itu (plus prosesor dan batrenya).
Tapi kemampuan radar Multifungsi TRS-4D sendiri belum terbukti dalam memandu peluncuran beberapa rudal secara simultan….karena di jerman sendiri, fregat F-125 hanya dipersenjatai dg minimalis 😢
Berbeda dg radar multifungsi APAR yg dalam simulasinya sanggup menghandle hingga 32 rudal secara simultan……bener-bener “endol, surendol, takendol-endol, ngeunah 😎”
Ancaman banget gaes …..💪💪💪
RALAT:
2. Update rate: utk mendeteksi obyek supersonik/hipersonik menuntut update rate posisi sasaran yg tinggi —> makin tinggi update ratenya makin bagus 📈 👍
Herakles adalah radar rotator yg memiliki kecepatan 60 rpm, jadi tiap 1 detik sekali dia akan memberi update posisi sasaran terbaru —> ini sudah cukup bagus utk ukuran radar S band yg bobotnya lumayan berat 👉👉👉: (kurang susulannya)……tapi dg update rate tiap 1 detik sekali, radar rotator kurang bisa diandalkan utk menghadapi rudal hipersonik yg kecepatannya bisa 5x rudal supersonic 🤗🤗🤗
Komenmu itu terlalu panjang…tapi intinya tak jelas…ngawur lagi…seperti orang mabuk.
Aku jadi ingat dulu ada komentar seperti ini…@cinta……nick namenya panjang banget.
Selanjutnya,Destroyer Zunwalt class yang dibeli
Owe bilang juga apa😂
https://www.indomiliter.com/untuk-pertama-kali-rusia-luncurkan-rudal-hipersonik-tsirkon-dari-frigat-admiral-gorshkov/
Tinggal dibuktikan saja di medan sesungguhnya, lebih percaya pengalaman user daripada sales pabrik. semakin cepat suatu benda, semakin susah bermanuver, contoh brahmos / yakhont mach 2.5 saja sering meleset, apalagi ini Mach 8
Midcourse correction difase skimming slebih sulit dilakukan di kecepatan supersonik apalagi hipersonik. Platform heli dengan keberadaan perangkat midcourse guidance tool saja max 200 nautical mile. Rusia saja perbandingan antara AShM subsonik (Kalibbr) dan supersonik (Oniks) 3:1 yang artinya Rusia masih percaya yang subsonik daripada supersonik
Sekarang apa TNI AL punya TDL TSK 12-28 buat guidance Kalibbr, Oniks dan Zircon serta platform heli pemandu seperti Ka 27/32, Yang dipilih saja sebagai TDL TNI AU & AL saja Link 16. Platform heli TNI AL buat beginian malah Panther dengan perangkat guidance dari NATO