Terma SKWS DLT-12T: Perisai Serangan Rudal Anti Kapal di Korvet SIGMA Class TNI AL
|“Peran tempur.. peran tempur.. bahaya serangan udara,” peringatan lewat pengeras suara membahana di seluruh lorong dan kompartemen KRI Diponegoro 365. Saat itu disimulasikan salah satu korvet SIGMA Class TNI AL ini mendapat ancaman serangan udara. Diproyeksikan korvet buatan Damen Schelde Naval Shipbuilding, Belanda ini mendapat serangan rudal anti kapal. Sontak seluruh elemen kesenjataan di kapal disiapkan secara penuh, terutama senjata yang berkemampuan PSU (penangkis serangan udara).
Baca juga: Terma SCANTER 6000 – Radar Intai dan Navigasi Kapal Patroli KPLP Kemenhub RI
Dalam kesiapan tempur menangkal serangan udara, korvet SIGMA Class TNI AL punya paduan beberapa senjata, seperti kanon reaksi cepat OTO Melara kaliber 76 mm, rudal anti serangan udara jarak pendek (SAM) Mistral dengan peluncur Tetral, lalu ada dua kanon Vektor G12 yang dioperasikan secara manual. Tapi cukupkah kombinasi senjata diatas? Bila yang dihadang jenis pesawat tempur atau helikopter rasanya masih memadai, tapi lain halnya bila yang datang adalah rudal anti kapal.
Seperti diketahui, rudal anti kapal generasi terbaru sudah kian canggih, selain kecepatannya sudah masuk ke level supersonic, punya manuver yang lebih lincah, soal rancang bangunnya juga kini lebih stealth dan mampu melesat dengan pola sea skimming, alhasil radar di kapal lebih sulit untuk mendeteksi dan mengunci keberadaan rudal anti kapal yang bisa menyongsong maut. Sayangnya, korvet kelas Diponegoro (SIGMA Class) yang terdiri dari KRI Diponergoro 365, KRI Hassanudin 366, KRI Sultan Iskandar Muda 367 dan KRI Frans Kaisiepo 368, tidak dibekali kanon model CIWS (close in weapon system) yang dipercaya ideal menangkal rudal anti kapal supersonic.
Lantas apa yang dilakukan awak KRI Diponegoro menghadapi serbuah rudal anti kapal? Selain mengoptimalkan paduan kanon yang ada, SIGMA Class sudah dibekali perangkat penangkal rudal anti kapal, yaitu Terma SKWS (soft kill weapon system) DLT-12T buatan Denmark. Ini merupakan perangkat decoy launching system. Desain perangkat ini mirip dengan pelontar granat asap yang ada di panser/tank. Dengan pola operasi mirip mortir, peluncur menembakkan roket kaliber 130 mm yang berisi chaff ke udara. Ada dua peluncur DLT-12T yang disematkan pada korvet SIGMA, masing-masing di kanan dan kiri di deck atas. Masing-masing DLT-12T terdiri dari 12 tabung peluncur. DLT-12T disiapkan untuk memberi perlindungan penuh kapal dari segala arah (360 derajat). Untuk itu tiap 3 tabung dalam peluncur DLT-12T diarahkan pada sudut yang berbeda. Per tiga tabung mengusung sudut 10 derajat, 40 derajat, 60 derajat, dan 135 derajat.
Jenis chaff yang dilontarkan ke udara ada beberapa jenis, disesuaikan dengan kebutuhan dan spesifikasi ancaman. Ada SeaGnat 24 seduction chaff untuk menghancurkan rudal, SeaGnat 216 untuk mengacaukan/membingungkan sensor rudal, chaff pengacau jammer, hingga jenis chaff untuk mengecoh sinar infra red dan frekuensi radio yang digunakan rudal udara ke permukaan. Mengingat pentingnya perangkat ini, decoy launcher model ini lumrah hadir tak hanya di kapal kombatan, melainkan jenis kapal LPD (landing platform dock) juga ideal untuk dipasangi untuk self defence.
Kendali pengoperasian SKWS dapat dilakukan lewat sistem full otomatis, semi otomatis dan manual. Untuk sistem otomatis, peluncur decoy dikendalikan langsung dari PIT (pusat informasi tempur). Panel kendali otomatis menghubungkan antara combat management system (CMS). Di CMS terintegrasi launcher interface units, launch control computer dan control unit. Untuk menghasilkan keputusan peluncuran decoy yang tepat, perhitungan algoritma harus dilakukan secara presisi berdasarkan jenis dan spesifikasi ancaman yang datang menuju kapal.
Secara keseluruhan, gelar operasi peluncur decoy ini tak bisa dilepaskan dari peran radar intai. Lewat CMS, kemampuan radar intai Thales MW08 yang ada di korvet SIGMA dapat memberi deteksi dan kesiapan tempur lebih dini pada sasaran yang mendekat. (Gilang Perdana)
Spesifikasi Terma SKWS DLT-12T
Power Requirements
LCC 115 or 230VAC +15/-20%, 47-63 Hz, < 150W
LIU Mains: 115 or 230VAC +15/-20%, 47-63 Hz
Back-up: 24VDC nom. (18-32VDC)
< 600 W during firing
< 150 W in stand-by
CU & RIS Powered from the LIU
Dimensi : Launcher DL-12T 1000 x 2400 x 1200 mm
Berat : 550 kg
Pertahanan terhadap incoming missile ada 3 layer, pertama dengan rudal anti rudal, kedua dengan CIWS dan terakhir dengan Softkill Chaff ini, layer terakhir dan tidak bisa gagal, Canon denel 20 mm dan Oto melara 76 mm, tidak bisa atau kecil peluang untuk hancurkan incoming missile yang berkecepatan supersonic atau subsonic, saya juga agak ragu statement bisa menghalau pesawat tempur atau helikopter dengan kanon2 yg dimiliki Sigma, Sigma ini seperti tank Abrams atau Leopard tapi hanya dibekali canon 12,7 mm dan 20 mm serta mortir asap saja………..
Sayang kapal perang mahal hanya di bekali softkill defence saja dengan Chaff……………….Rudal anti kapal sekarang sudah canggih, peluang lolos dengan softkill ini sangat kecil dibandingkan dengan senjata CIWS atau Rudal anti rudal seperti RAM, TNI-AL harus invest upgrade senjata sigma ini……..Rudal harga Ratusan dolar tidak sebanding dengan kapal jutaan dollar……………….
cihuuy ada lanjutannya kayak kho ping ho nih hehehehe…
kalau perelatan , indonesia kurasa udah oke tinggal di penggunanya saja
Mantap !!!
Habis trit type 730 lanjut ke perisai SIGMA, rasanya kok nyambung banget yaa…. hehee!! (denel vector ganti type 730, mistral ganti mica)
Stay tuned aja Bung Romeo, nanti ada lanjutannya 🙂
mantab.. tambah lagi ilmu saya makasih Admin 🙂
Sama2 Bung Jacky 🙂