Terkait Performa, TNI AL Hentikan Operasional NBO-105 dalam Misi UNIFIL

Di tengah keterbatasan alutsista, sejak 2009 Indonesia secara rutin mengirimkan kapal perangnya yang tergabung dalam Maritime Task Force (MTF) UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon). Secara bergantian korvet-korvet TNI AL bergabung dengan kapal perang dari Bangladesh, Brazil, Jerman, Turki dan Yunani dalam MTF UNIFIL. Dan menedukung kehadiran elemen kapal perang, setiap misi korvet TNI AL selalu didukung dengan satu unit helikopter.

Baca juga: Scorpion 2 RECM – Selain PKR Martadinata Class, Lebih Dulu Hadir di Korvet Diponegoro Class dan Bung Tomo Class

Dan sudah bukan rahasia lagi, bila sosok helikopter NBO-105 dari Puspenerbal yang menjadi ikon aviasi hadirnya kekuatan laut Indonesia di Timur Tengah. Karena yang diutus adalah korvet dari jenis Diponegoro Class dan Bung Tomo Class, maka untuk membawa NBO-105 pada operasi lintas laut jarak jauh memerlukan treatment khusus, seperti pemasangan hoist dan main rotor blade harus dilepas dalam perjalanan lintas laut. Hal tersebut semata-mata untuk alasan keamanan, lantaran korvet Diponegoro Class dan Bung Tomo Class tidak memiliki fasilitas hanggar.

Seperti halnya korvet yang bergantian menunaikan misi MTF UNIFIL, begitu juga dengan NBO-105 Puspenerbal. Dari enam unit NBO-105 asal Skadron Udara 400 secara bergantian menjadi pelengkap hadirnya kapal perang. Selama itu pun tak ada isu atas performa helikopter twin engine ini. Dengan sokongan mesin 2× Allison 250-C20B turboshaft engines, NBO-105 TNI AL yang didatangkan mulai 1980 tampil cukup memuaskan.

Namun dikutip dari Janes.com (4/7/2018), disebutkan bahwa Indonesia akan menarik kehadiran NBO-105 dalam misi MTF UNIFIL. Pangkal sebabnya adalah munculnya beberapa masalah teknis yang berkaitan langsung dengan kemampuan helikopter. Diantara yang diungkap seperti ketidakmampuan NBO-105 untuk menghasilkan “recognised maritime picture” (RMP) yang dibutuhkan sebagai informasi yang akan di share ke armada patroli MTF. Masalah lain yang mengemuka seperti soal ketahanan (endurance) dan parameter lain yang menyesuaikan standar internasional.

Sebagai gantinya, mulai 2018 ini, TNI AL telah mengutus kehadiran helikopter terbaru, AS-565 MBe Panther HS-4207 untuk misi MTF UNIFIL. Dengan spesifikasi yang lebih mumpuni dan modern, helikopter Panther dipercaya mampu melaksanakan berbagai misi, mulai dari yang terkait kemanusiaan sampai identification, surveillance and recognition (ISR). Tidak seperti NBO-105 yang didatangkan dari Indonesia bersama kapal perang, khusus helikopter anyar ini diangkut lewat kargo udara menuju Lebanon. Dari segi biaya tentu akan lebih mahal, tapi dipandang lebih efektif dan keamanan helikopter yang masih gress ini lebih terjamin.

Baca juga: FN Light Door Pintle – Sulap NBO-105 Puspenerbal Menjadi Helikopter Gunship

Walau bukan diciptakan sebagai helikopter untuk misi di lautan, namun NBO-105 punya kesan yang mendalam dalam mendukung operasi di tengah lautan. Salah satu yang fenomenal adalah peran NBO-105 yang diubah menjadi gunship saat mendukung Satgas Merah Putih. Dalam operasi pembebasan awak kapal MV Sinar Kudus dari tangan perompak Somalia, NBO-105 Puspenerbal diketahui dilengkapi door gun, jenis FN Light Door Pintle dengan senjata FN MAG. (Haryo Adjie)

7 Comments