Tembus Pasar Eropa, ST Engineering (Singapura) Raih Kontrak $100 Juta untuk Amunisi 155mm dan 40mm
|Setelah sukses menembus pasar alutsista global, termasuk ke Indonesia lewat PT Pindad, industri pertahanan Singapura meraih momen penting, yakni sukses menembus pasar Eropa. Persisnya, Singapore Technologies Engineering (ST Engineering) memenangkan pesanan amunisi dengan nilai total lebih dari $100 juta dari Eropa antara bulan April dan awal Juni, ST Engineering mengumumkan hal ini pada 17 Juni 2024.
Secara khusus, pesanan tersebut ditujukan untuk amunisi kaliber 155 mm dan amunisi 40 mm – yang keduanya berstandar NATO. Meski dengan bangga mengumumkan pesanan dari Eropa, namun ST Engineering tidak memberikan rincian nilai kontrak untuk kedua jenis amunisi tersebut. Bahkan ST Engineering tidak menyebutkan spesifik nama negara yang mengorder amunisi tersebut.
NATO yang terdiri dari 32 negara, dilaporkan akan mengambil alih koordinasi pengiriman senjata ke Ukraina dari Amerika Serikat. Amunisi 155 mm produksu ST Engineering memiliki muatan modular dan proyektil berdaya ledak tinggi dengan jangkauan luas, yang mana amunisi dirancang untuk howitzer 155mm dengan laras kaliber .39 dan .52.
ST Engineering memiliki lebih dari 58 varian amunisi 40 mm, dan kemampuan teknik untuk menyesuaikan amunisi tersebut untuk memenuhi kebutuhan operasional unik pengguna di lebih dari 40 negara. Segmen pertahanan dan keamanan publik ST Engineering, yang merupakan bagian dari Land Systems business, mengantongi pesanan senilai sekitar $1,7 miliar pada kuartal pertama tahun 2024.
ST Engineering berakar dari CIS (Chartered Industries of Singapore) yang didirikan oleh pemerintah Singapura pada tahun 1967. CIS awalnya difokuskan untuk menyediakan amunisi dan senjata ringan bagi Angkatan Bersenjata Singapura (SAF). Pada tahun 1989, CIS bergabung dengan beberapa entitas lain untuk membentuk Singapore Technologies (ST), yang kemudian dikenal sebagai ST Engineering. Perusahaan ini mulai mendiversifikasi produknya ke berbagai bidang teknologi dan teknik.
ST Engineering telah memproduksi berbagai jenis amunisi kaliber 155 mm, yang merupakan standar NATO untuk artileri medan. Berikut adalah beberapa informasi spesifik tentang produksi amunisi kaliber 155 mm oleh ST Engineering:
High Explosive (HE) M107
Jenis amunisi artileri standar yang dirancang untuk memberikan daya ledak tinggi. Ini digunakan untuk berbagai misi, termasuk penghancuran target, penekan musuh, dan penghancuran struktur.
Extended Range Full Bore (ERFB)
Dirancang untuk meningkatkan jangkauan tembak dibandingkan dengan amunisi standar. Amunisi ini menggunakan teknologi base bleed yang mengurangi drag, memungkinkan jangkauan tembak yang lebih jauh.
HE ERFB BB-RA (Rocket Assisted)
Menggunakan kombinasi base bleed dan roket untuk mencapai jangkauan tembak yang sangat jauh. Amunisi ini dirancang untuk menyerang target yang jauh dari posisi artileri.
Smoke BE (Burster Ejector)
Amunisi yang dirancang untuk menciptakan layar asap untuk menyembunyikan pergerakan pasukan atau mengganggu pengamatan musuh.
Illuminating IR
Amunisi ini dirancang untuk memberikan pencahayaan di medan perang, terutama untuk operasi malam hari. Dapat juga digunakan untuk mendeteksi dan menyerang target menggunakan sistem panduan inframerah.
155 mm Precision Guided Kit (PGK)
Teknologi yang dapat ditambahkan ke amunisi artileri untuk meningkatkan akurasi dengan menggunakan sistem panduan GPS.
Rheinmetall Bangun Joint Venture di Ukraina, Produksi 100 Ribu Amunisi 155mm Per Tahun
bang admin, apa maksud “sukses menembus pasar alutsista global, termasuk ke Indonesia lewat PT Pindad”, apakah Pindad beli amunisinya atau dapat lisensi untuk kebutuhan TNI, terimakasih
Beberapa senjata produksi PT Pindad adalah lisensi dari ST Engineering, salah satunya –> https://www.indomiliter.com/kapal-patroli-bakamla-ri-kini-dibekali-senapan-mesin-berat-pindad-sm-5-lisensi-dari-singapura/
Perang berkepanjangan pedagang senjata senang, yg apes Ukro, ancur mina, semua kota ludes, listrik byarpet, rakyat sengsara, bang Zelen nyaman di istana kiev, tetep aja gak bisa daftar Nato, ambyaarr😁
Perang lancar, produsen sejata panen, tak terkecuali singapura di asia tenggara, klo pindad mau ikutan produksi pasti bakal surplus pendapatan