Telat Pengiriman, Korps Marinir Filipina Akhirnya Terima Gelombang Pertama KAAV
|Setelah mengalami keterlambatan pengiriman, pada April 2019 akhirnya Korps Marinir Filipina kedatangan gelombang perdana ranpur amfibi APC Korean Amphibious Assault Vehicles (KAAV) – atau yang lebih kondang dikenal sebagai LVTP-7. Gelombang perdana ini terdiri dari empat unit KAAV, total KAAV yang diakuisisi Filipina ada delapan unit. Kontrak pengadaan senilai US$52,6 juta ditandatangani di Manila pada tahun 2015. Lantas apa yang membuat pengiriman KAAV telat?
Baca juga: Inilah Fakta Menarik dari “Stupid Crazy” LVTP-7 Korps Marinir
Mengutip sumber shephardmedia.com (9/5/2019), disebutkan seharusnya Filipina menerima kedatangan batch pertama KAAV pada Agustus 2018, dan keseluruhan pesanan sudah dikirim pada akhir tahun 2018. Ternyata yang menjadi pangkal musabab telatnya pengiriman bukan terkait hal teknis, melainkan karena izin lisensi ekspor yang harus atas restu BAE Systems, sebagai perusahaan pemegang lisensi produksi keluarga LVTP-7 series (AAV7A1)
Selama ini memang telah ada kerja sama antara Amerika Serikat dan Korea Selatan untuk produksi KAAV. Karena Korea Selatan adalah pengorder besar, hingga 168 unit KAAV, maka skema ToT (Transfer of Technology) diterima dengan mulus oleh Korea Selatan, yang dalam hal ini menunjuk Hanwha Techwin (d/h Samsung Techwin) untuk menjalankan perakitan KAAV atas lisensi BAE Systems. Selama ini bagian hull ranpur amfibi ini dibuat oleh BAE Systems, sementara Hanwa Techwin mendapatkan porsi untuk pemasangan komponen dan subsistem.
Bagi Hanwa Techwin, order delapan unit KAAV adalah pesanana ekspor pertamanya. Karena menyangkut penyelesaian izin lisensi, ada beberapa lini produksi yang harus di set up kembali. Inilah yang menjadikan adanya keterlamatan pesanan. Pada tahun 2009-2019, Korea Selatan pernah mengirimkan LVTP-7A1 sebanyak 15 unit ke Korps Marinir Indonesia, namun itu bukan dalam status ekspor, melainkan bagian dari paket hibah alutsista bekas pakai.
Filipina di bawah program Horizon 1 telah melakukan serangkaian modernisasi alutsista, termasuk dalam hal ini pengadaan jet tempur, helikopter anti kapal selam, akuisisi frigat dan pembelian ranpur amfibi.
Baca juga: Expeditionary Fighting Vehicle – Nasibnya Terganjal Harga, Inilah Sang Penerus LVTP-7
KAAV untuk Korps Marinir Filipina di cat dengan warna hijau zaitun, ranpur battle proven ini dipersenjatai dengan senapan mesin berat K6 kaliber 12,7 mm (varian M2HB) dan pelontar granat otomatis K4 kaliber 40 mm. Kedepan ada kabar Filipina akan menambah pesanan KAAV, sementara Korea Selatan disebut-sebut tengah mengembangkan Amphibious Assault Vehicles generasi baru yang lebih handal dan tidak terikat lisensi. Bocorannya ranpur amfibi ini bakal punya bobot 35 ton, ditenagai mesin 1.500 hp dan dapat mengarung dengan kecepatan 20 km per jam. (Bayu Pamungkas)
Ya balik lagi harus ada ijin mamarika (BAE) buat ngejual nih barang. Paling gampang emang made in rusia, walopun krg greget tapi ga ribet mau dipake ama usernya
AAV7-A1 punya Amrik sebentar lagi mau dipensiunkan ribuan unit…
Wah kayaknya bisa tuh diminta hibah sebagai kompensasi sebagian offset pembelian Herky.
Kalau nggak boleh hibah ya dibeli dengan harga sangat murah, boleh kali ya.
Lebih berotot pake ini ini ya daripada bmp-3f
min, tolong dilihat di paragraf ke-3, baris ke-1 tolong ganti kalimatnya
Terima kasih atas koreksinya 🙂
Kl kena rudal anti kapal ancur kayanya
Ya hancurlah tapi mubazir rudal antikapal buat nembak gituan
Rule Number 1 Indomiliter, Jangan hiraukan ‘zulheri’ dia palingan Troll.
Oii bocah..perluas dulu wawasanmu akan dunia militer.dari kmrn2 kuliat asal bunyi aja..buat malu..mau terlihat pandai tp malah kebodohan yang ditunjukkan.mau jadi pemerhati militer kok komen2nya ngga berbobot.hadeeeh..mau eksis kok begitu????????
Hp2 saya suka2 saya lah asal g kasar komen ngata2in
Sing sabar karo mbah zul. Dy lg ngopi sambil main catur di dlm kockpit SU-99.
indonesia darurat 500 unit zaha utk marinir
Tergantung Marinir cocok enggak atau puas enggak makek Zaha
Coba kalo pt.di yg telat (apapun alasannya)…malah dicaci maki bangsa sendiri 🤧
Padahal ternyata yang bikin telat bukan pt. di, melainkan usernya sendiri, salah satunya telat bayar