Task Group 107 – Gugus Tempur Angkatan Laut Cina yang Bikin Australia dan Selandia Baru ‘Ketar-ketir’

Task Group 107 Angkatan Laut Cina (PLAN) South Sea Fleet yang terdiri dari tiga kapal perang, terbilang ‘berani’ dalam melakukan pelayaran jarak jauh. Tidak hanya berlayar mendekati pesisir Australia, namun Task Group 107 yang meski berada di perairan internasional, telah melakukan latihan penembakan dengan peluru tajam, yang memicu kecemasan dari Australia dan Selandia Baru.

Baca juga: Kapal Mata-mata Cina Berlayar di Pesisir Australia, Dekati Stasiun Komunikasi Kapal Selam

Meski dilanda kecemasan atas aksi Task Group 107, toh tidak ada yang bisa dilakukan Australia dan Selandia Baru selain melakukan pengintaian, pasalnya rute pelayaran Task Group 107 berada di perairan internasional, yang artinya tidak ada aturan yang dilanggar.

Kehadiran Task Group 107 sejatinya sudah diketahui jauh-jauh hari. Departemen Pertahanan Australia mengeluarkan rilis media pada tanggal 13 Februari 2025, yang menunjukkan bahwa mereka “mengetahui” tiga kapal yang beroperasi di timur laut Australia.

Selama minggu berikutnya, kapal-kapal tersebut secara bertahap bergerak di sepanjang pantai timur Australia melalui zona ekonomi eksklusif (ZEE) di Laut Tasman, yang membentang sejauh 200 mil laut (370 km) dari garis pantai suatu negara.

Pada tanggal 21 Februari, Angkatan Laut Cina memberikan pemberitahuan singkat tentang niatnya untuk melakukan kemungkinan latihan tembak langsung di laut lepas antara Australia dan Selandia Baru. Keesokan harinya, kapal-kapal tersebut melakukan latihan tembak langsung kedua. Latihan tembak langsung dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti menggunakan peluru tajam terhadap target laut yang tidak bergerak atau pengujian sistem persenjataan baru.

Begitu Australia dan Selandia Baru menerima pemberitahuan dari Cina tentang latihannya, zona eksklusi maritim dan udara dibuat di sekitar kapal perang Cina, dan penerbangan komersial lintas Tasman dialihkan.

Type 815 Dongdiao Class Beraksi (Lagi), Kini Mata-matai Talisman Sabre 2019 di Timur Laut Australia

Sebagai informasi, Laut Tasman adalah laut terbesar di antara Australia dan Selandia Baru, memiliki jarak 2000 kilometer (1250 mil). Terletak di bagian baratdaya Samudra Pasifik. Laut ini ditemukan oleh penemu Belanda, Abel Janszoon Tasman

Kedua latihan tersebut berlangsung di “perairan internasional”, yang berarti tidak ada negara yang memiliki kedaulatan atas latihan tersebut. Baik Canberra maupun Wellington tidak menentang hak Cina untuk melakukan latihan tersebut, karena Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut tahun 1982 tidak membatasi operasi militer di laut lepas.

Jika latihan tersebut sah, mengapa Australia dan Selandia Baru marah?
Menteri Pertahanan Australia Richard Marles mengkritik pemberitahuan singkat yang diberikan Cina kepada kedua negara tentang niatnya untuk menggunakan amunisi aktif.

Biasanya, kata Marles, protokol standar adalah memberikan pemberitahuan antara 12 hingga 24 jam tentang latihan tersebut. Ini memberi cukup waktu untuk memperingatkan kapal lain di area tersebut dan bagi maskapai penerbangan untuk mengalihkan penerbangan mereka.

Namun, karena latihan tersebut berlangsung di laut lepas, protokol tersebut lebih ambigu. Ini menjadi titik utama pembeda dengan Cina. Beijing dapat berargumen bahwa kapal perangnya tidak memiliki kewajiban hukum untuk memberi tahu siapa pun tentang apa yang mereka lakukan di laut lepas. Seperti yang dikatakan juru bicara Kementerian Pertahanan Cina, Wu Qian,

Tindakan Task Group 107 sepenuhnya mematuhi hukum internasional dan praktik internasional, dan tidak akan memengaruhi keselamatan penerbangan.

Ini juga merupakan contoh pertama Cina melakukan latihan militer di Laut Tasman. Dengan demikian, hal ini menimbulkan tantangan bagi bagaimana Australia dan Selandia Baru harus menanggapi tindakan Cina di masa mendatang.

Terlepas dari kontroversi atas pelayaran dan uji tembak dengan peluru tajam di Laut Tasman, menarik untuk mencermati profil dari tiga kapal perang dalam Task Group 107.

Fregat Hengyang 568 – Type 054A (Jiangkai II Class)
Kapal ini merupakan bagian dari armada fregat multirole yang dirancang untuk berbagai misi, termasuk pertahanan udara, anti-kapal permukaan, dan peperangan anti-kapal selam.

Fregat Hengyang dibangun oleh Hudong-Zhonghua[ sebagai bagian dari program modernisasi angkatan laut Cina yang dimulai pada pertengahan 2000-an. Hengyang diluncurkan pada 23 Mei 2007 dan komisioning pada 30 Juni 2008.

Gugus Tempur Sang Naga Merapat di Jakarta, LHD Type 075 “Hainan” Dikawal Dua Frigat Type 054A Jiangkai II Class

Dengan panjang 134 meter dan berat 4.000 ton, Hengyang dilengkapi dengan berbagai sistem persenjataan canggih untuk menghadapi berbagai ancaman, seperti 32 cell VLS yang mampu menembakkan rudal permukaan-ke-udara HHQ-16 dengan jangkauan menengah, serta rudal anti-kapal selam Yu-8.

Kemudian ada meriam H/PJ-26 kaliber 76 mm yang terletak di dek depan, digunakan untuk pertahanan terhadap ancaman udara dan permukaan. Sistem Senjata Jarak Dekat (CIWS) tersedia Type 730 atau Type 1130 CIWS untuk pertahanan terhadap ancaman udara jarak dekat.

Selain persenjataan tersebut, Hengyang juga dilengkapi dengan berbagai sensor dan sistem peperangan elektronik untuk meningkatkan kesadaran situasional dan efektivitas tempur. Kapal ini dirancang dengan teknologi siluman untuk mengurangi jejak radar dan meningkatkan survivabilitas di medan perang modern.

Destroyer Zunyi 107 – Type 055 (Renhai Class)
Kapal perusak ini merupakan lead dari Task Group 107, dibangun oleh Dalian Shipyard di Liaoning, diluncurkan pada 26 Desember 2019 dan komisioning pada November 2022. Dengan bobot mati 13.000 ton,Type 055 menjadi kapal perang terbesar yang diproduksi di Asia Timur pasca Perang Dunia II, dan otomatis menjadi kapal perang terbesar yang pernah dibuat oleh Cina sampai saat ini.

Persenjataan unggulan di kapal perusak Type 055 terdiri dari 112 peluncur VLS (Vertical Launch System), dimana 64 cell peluncur terdapat di bagian haluan dan 48 cell lainnya ditempatkan di bagian deck belakang. Peluncur-peluncur VLS tadi digadang untuk membawa rudal pertahanan udara HHQ-9. Sementara untuk menghadapi sasaran jarak dekat, masih tersedia peluncur rudal HHQ-10 dalam 24 cell.

Dalam Empat Tahun, Angkatan Laut Cina ‘Ketambahan’ Delapan Unit Destroyer Type 055 Renhai Class

Lain dari itu, kapal perusak dengan propolsi Combined gas turbine and gas turbine (COGAG) ini juga membawa rudal jelajah anti kapal YJ-18, rudal jelajah serangan darat CJ-10, dan torpedo anti kapal selam.

Kapal Tanker Weishanhu 887 – Type 903A (Fuchi Class)
Kapal tanker Fuchi class punya bobot 23.400 ton, panjang kapal ini 178,5 meter dan lebar 24,8 meter. Kapasitas yang dapat dibawa mencakup 10.500 ton bahan bakar minyak, 250 ton air tawar dan 680 ton kargo yang berisi perlengkapan militer dan munisi.

Fuchi class ditenagai dua mesin diesel yang menghasilkan tenaga 24.000 hp. Kecepatan maksium kapal ini 20 knots dan jarak jelajahnya 18.520 km pada kecepata ekonomis 14 knots.

Dengan awak 130 personel, Type 903A dipersenjatai empat pucuk kanon laras ganda H/PJ76F 37 mm.Type 903A juga dilengkapi fasilitas hanggar yang lumayan besar, Type 903A menyertakan sebuah helikopter ukuran sedang jenis Z-8 atau Z-9. (Gilang Perdana)

Type 903A – Sosok Kapal Tanker AL Cina dalam Bayangan F-16 TNI AU

6 Comments