Target Drone BTT-3 Banshee, Sang Pengecoh Rudal Hanud Starstreak
Potensi terjadinya missed target dalam sesi uji tembak rudal hanud (pertahanan udara) tentu sudah diperhitungkan. Maklum missed target bisa disebabkan beragam faktor, mulai dari kondisi cuaca, sistem pemandu rudal yang mungkin bermasalah, target drone yang kelewat lincah, atau kekeliruan dari operator. Missed target pun menjadi momok bagi segala jenis rudal, tak pandang itu rudal baru atau lama.
Baca juga: Batalyon Arhanudri 2 Kostrad Sukses Lakukan Uji Tembak Rudal RBS-70 MK2
Dan belum lama ini, berita tentang missed target dikabarkan terjadi dalam sesi uji tembak rudal keluaran terbaru, Starstreak produksi Thales Air Defence, rudal jenis MANPADS (Man Portable Air Defence System) yang dioperasikan Arhanud TNI AD. Seperti dikutip dari Sindonews.com (21/8/2017), pada hari Sabtu (19/8/2017) sekitar pukul 06.00 WIB, telah dilangsungkan sesi uji tembak rudal Starstreak di Landasan TNI AU Kampung Pangawaren, Desa Pamalayan, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Dalam sesi uji tembak, rencananya ada 10 rudal Starstreak yang akan diuji. Kegiatan yang dipimpin oleh Letkol Cpl Sujoko (Koordinator dari Menhan RI) dan PT Len, selaku koordinator lapangan diikuti 70 orang, termasuk 13 ahli rudal yang datang dari Inggris. Sekitar pukul 09.00 WIB, dilaksanakan penerbangan target drone dan pada pukul 09.30 WIB dilakukan tembakan pertama Starstreak pada target drone Meggit BTT-3 Banshee, durasi waktu tembak 4 detik dari landasan. Namun hasilnya, tembakan tersebut meleset. Selanjutnya pada 10.50 WIB dilaksanakan tembakan kedua. Uji coba kedua ini pun gagal, tembakan Starstreak tak memgenai sasaran. Kegiatan uji coba Starstreak yang digadang sebagai rudal hanud tercepat di Indonesia (Mach 3.5) tidak dilanjutkan karena dua kali tembakan tidak tepat sasaran, sehingga sisa delapan rudal batal diuji coba pada hari itu.
Baca juga: Starstreak HVM – Rudal Tercepat Arhanud TNI AD
Missed target dalam uji tembak rudal hanud juga pernah terjadi pada rudal Grom buatan Polandia yang digadang sebagai pengganti rudal Rapier. Dalam sesi uji tembak pada akhir tahun 2007 di Bulus Pesanteren, Kebumen – Jawa Tengah. Empat rudal Grom yang ditembakkan pada sasaran berupa target drone, kesemuanya gagal mengenai sasaran.
Baca juga: Grom – Pernah Jadi Rudal Utama Arhanud TNI AD
Meggit BTT-3 Banshee
Target drone yang diberi label Banshee ini seolah menjadi momok untuk rudal Starstreak. Masih ingat kasus ditemukannya drone misterius yang hanyut di Selat Philips, Perairan Riau pada April 2016? Nah drone itu adalah BTT-3 Banshee, target drone tersebut adalah kepunyaan Malaysia, dimana Malaysia beberapa hari sebelumnya tengah melakukan uji tembak rudal Starstreak, besar kemungkinan pengujian Starstreak kala itu juga mengalami missed target.
Dalam beberapa foto yang diunggah terkait penemuan drone di Pantai Selatan Garut pada hari Minggu lalu, maka nampak jelas itu adalah Meggit BTT-3 Banshee. Meski digadang sebagai sasaran tembak, namun jangan anggap sepele Banshee, layaknya drone yang operasional di unit intai, Meggit BTT-3 Banshee dapat dikendalikan manuvernya dari GCS (Ground Control Station). Tak itu saja, Banshee juga dibekali payload avionic command and control digital, jika diperkukan payload juga dapat dipasangi perangkat kamera ala drone surveillance. Tak heran jika berdasarkan pengakuan warga yang menemukan, drone ini dikabarkan juga dilengkapi kamera.
Baca juga: Meggit BTT-3 Banshee – Target Drone “Misterius” yang Hanyut ke Perairan Riau
Dengan kelengkapan fitur diatas, maka operator rudal hanud akan mendapat tantangan keras untuk menghancurkan Banshee yang dikendalikan dari darat. Dikutip dari situs resminya, Meggit BTT-3 Banshee disebut bisa menjalankan moda full autonomous dengan waypoint GPS dan navigasi semi otomatis. Lantas mengapa ditemukan parasut pada sosok drone bersayap warna kuning ini? Meggit BTT-3 Banshee tidak dilengkapi roda pendarat seperti halnya drone UAV Wulung, maka jika misi telah tuntas dan drone bisa selamat dari incaran tembakan PSU, selanjutnya mesin drone dapat ‘dimatikan’ di udara dan parasut akan mengembang agar drone bisa jatuh dengan aman ke permukaan.
Dirunut dari sejarahnya, Meggit BTT-3 Banshee telah dikenal sebagai target drone sejak awal dekade 80-an. Sebelum diproduksi Meggitt Defence Systems, drone ini digarap oleh Target Technology Ltd, perusahaan asal Inggris ini berangkat sebagai pengembang mesin ringan untuk drone. Kemudian pada tahun 1983, perusahaan ini baru resmi mempunyai desain drone sendiri.

Dirancang sebagai target drone yang mumpuni, Banshee dibangun dari material komposit, gabungan dari Kevlar dan glass-reinforced plastic. Struktur rancangan bodinya dilengkapi sirip ekor dan sayap model delta. Tentang dapur pacu, drone Banshee ditenagai mesin propeller 342 cc Normalair-Garrett two-cylinder two-stroke dengan tenaga 26 HP. Soal performa, drone target ini dapat melesat maksimum hingga 200 km per jam. Sementara endurance di udara ada di rentang 1 jam 15 menit sampai 3 jam, tergantung setting misi. Ketinggian terbang maksimum sampai 7.010 meter.
Baca juga: Petir: Direvisi dari Rudal Jelajah ke Target Drone
Di lingkup ASEAN, Malaysia dan Brunei Darussalam adalah pengguna Banshee. Brunei misalnya, negara kaya minyak ini sudah menggunakan Banshee sejak 1987 dan menambahnya pada 2010 dengan memesan Banshee 600. Sedangkan Malaysia sendiri sudah menandatangi kontrak senilai 0.6 juta dengan Meggitt Defence Systems pada September 2012, untuk pengadaan Banshee Aerial Target Systems selama lima tahun, lengkap dengan pelatihannya. (Haryo Adjie)
Awalnya saya berfikir bahwa rudal ini aq menjadi varian tercanggih yg dimiliki TNI ternyata tdk lebih bagus dari buatan china
Akan
tunggu saja bamse, mica & nasams
gonta ganti merk terus ga jelas arah mau kemana. ngabisin duit rakyat aja
pake aja yang udah terbukti kaya RBS70 atau mistral
kaya’ny operator2 ny perlu lbh bnyak brlatih lg,…kalo perlu beli simulator nya, kalo ada…moga2 emng bkn dr starstreakny yg ada mslah, atau emng rudal ini rumit dlm pnggunaanya?…
Saya kira filosofi misil ini yg harus d pahami dlu,. rudal ini tdk sperti misil2 manpads yg lain yg menggunakan proximity fuse sehingga menggunakan daya detonasi ketika mendekati sasaran sehingga memperbesar probability hit, tetapi tdk direct impact sehingga walau d hit kadang2 klo pesawat msh bs selamat. Sedangkan misil ini justru ketika mendekati sasaran akan melepaskan dart nya yg 3 biji itu utk melesat k sasaran secara direct impact. tentunya dgn sistem sperti ini dgn kemanpuannya yg hight velocity justru susah utk membidik target drone “segede itu’ pada jarak 5 kilometeran dgn manuver yg tentunya lebih lincah dr pada pesawat seukuran heli / pespur. Tentunya butuh latihan & jm terbang yg tdk sdikit. Hal ini akan berbeda bils misil ini d tugaskan utk menyergap heli/pespur yg dtg dgn sudut serang yg tinggi sekalipun dgn waktu reaksi dan kecepatan yg tinggi, ditambah sebaran dart yg direct impact, tentu memberi peluang yg lbh baik utk hit target. Namun terlepas dr pd it pelatihan kering, simulasi & pelatihan basah dgn frekuensi tinggi sgt membantu akurasi penembakan tsb. mo bgi mnapun rudal ini tetep d arahkan manual. Man behind the gun sgt berlaku d sni.
Nembak target drone aja bisa miss apalagi nembak zet tempur dengan gaya manuver tinggi, apa sebelumny tni ad tidak menguji starstreak ini dulu di negaray biar tahu hasil kemampuannya maksimalnya, tapi saya percaya dengan kemampuan pakar2 kita di bidangnya mampu memecahkan masalah ini, seperti kasusnya rudal grom dulu sama juga meleset tidak mengenai target
@me&avner
Rudal starstreak ini pengendaliannya secara “mam in the loop” bung, yang artinya operator harus terlatih dengan baik untuk mengendalikan rudal (yang meluncur dengan kecepatan sangat tinggi) hingga mengenai sasaran…atau justru malah meleset.
Sambung Macan…
Artinya jenis manpads dengan kecepatan 3,5 mach menggunakan laser guidance jelas tidak pas, karena rudal akan sangat sulit melakukan manuver, yg lebih meragukan adalah sensor elektronik dari rudal starstreak ini yg samasekali tidak mampu membaca arah laser, sangat yakin ketika rudal ini dipecat, ini berarti target telah dikunci oleh laser, dan harus di ingat uji coba ini melibatkan 10 ahli2 rudal langsung dari inggris…
enggak begitu bung avner…seperti yg dijelaskan bung d’boys, maka operatornya yg secara terus-menerus mengarahkan berkas lasernya kearah sasaran, sementara sang rudal cuma “meluncur” diatas berkas laser tsb.
Masalahnya adalah bingkai pembidiknya kira-kira seukuran kamera SLR (lebih lebar sedikit)..jadi dg kecepatan seperti itu jika sasaran terlanjur keluar dr frame, maka sang operatorpun akan kesulitan untuk enempatkan kembali bidikannya krn rudal keburu kebablasen…kira-kira begitu
Hmmm, spt kasusnya blowpipe dasawarsa, 80-an yg turut berkiprah saat perang malvinas/falkland dengan hasil sama. Sedemikian buruk, hingga Inggris berpaling kpd manpads stinger yg memberikan hasil jauh lebih memuaskan. Blowpipe juga mclos rudal, jd dikendalikan secara penuh oleh penembak.
Iya, saya tahu bung Sambung macan…
Mau sehebat apapun operatornya intinya laser harus terus-menerus mengarah ke target, dan rudal tak mungkin akan dipecat ketika target belum terkunci..
Maka saya bilang, manpadas dengan kecepatan 3,5 mach yg hanya mengandalkan bimbingan laser sangat tidak tepat…
Lebih baik kita tunggu saja hasil investigasinya dari sang user…
Masih lebih baik RBS-70 walau dibilang teknologi usang, starstreak lebih cepat tetapi tak menjamin lebih akurat, rudal yg jauh lebih cepat jelas perlu penambahan jenis sensor pemandu lain, jangan hanya mengandalkan jenis pemandu laser saja, apalagi starstreak tidak dilengkapi dengan proximity detonation…
rudal petir gk ada kabar krn terkena petir…kobong,,,angus
Starstreak memang kurang tepat disebut Rudal
Sebut saja Advanced Rocket
Karena Rudal ini hanya mengandalkan kecepatan ke-3 Harpoon nya untuk menabrak target dengan kecepatan Mach 3.5
Tidak selincah RAPIER tapi sangat mematikan
Itulah kenapa rudal ini “TIDAK LAKU” di pasaran
Inggris pun agak ogah ogahan menggunakan rudal ini
berarti udah berapa banyak indonesia sudah beli starstreak. sungguh sia2 jika benar.. mestinya dari dulu sblm beli, uji coba segala aspek nya..
Kenapa meggit ini gak dikembangankan Jadi drone intai saja kan sayang jadi Sasaran tembak terus,oh iya maaf Teluar dari topik bagaimana kabar Tentang rudal petir setelah di revisi jadi Sasaran tembak kok gak ada lagi kabar Perkembangannya