Target Designation Sight: Pengendali Tembakan Kanon Reaksi Cepat dengan Teropong Binokular

tds

Kanon reaksi cepat dengan kendali otomatis digadang sebagai senjata andalan pada kapal kombatan TNI AL. Dibalik kemampuan reaksi cepat pada multi target, tentu ada perangkat sensor yang mendukung, dan ini disebut radar pengendali tembakan (fire control radar). Dimana kendali tembakan dilakukan dari ruang PIT (Pusat Informasi Tempur). Namun, bagaimana bila suatu waktu fire control radar tidak berfungsi, semisal terkena jamming, atau karena alasan tertentu kapal harus radar silence. Apakah kanon reaksi cepat jadi lumpuh?

Baca juga: Thales Lirod MK2 – Radar Pengendali Tembakan di Korvet Diponegoro Class dan FPB-57 Nav V

Pasalnya pada kanon reaksi cepat seperti Oto Melara 76 mm tidak ada ruang buat pengoperasian awak senjata secara manual pada kubah senjata, kanon ini dikendalikan secara otomatis. Namun meski tanpa dukungan radar pengedali tembakan, skenario operasi tempur tetap harus berjalan. Nah, dalam kondisi emergency atau radar silence, kendali tembakan bisa diambil alih oleh perangkat TDS (Target Designation Sight).

Oto Melara 76 mm di KRI Diponegoro 365.
Oto Melara 76 mm di KRI Diponegoro 365.
Awak KRI Diponegoro 365 sedang mengoperasikan TDS dalam ajang RIMPAC 2016.
Awak KRI Diponegoro 365 sedang mengoperasikan TDS dalam ajang RIMPAC 2016.

Baca juga: Thales WM-22/WM-28 – Radar Pengendali Tembakan Khas Kapal Perang TNI AL Era 80 dan 90-an

TDS dioperasikan oleh seorang awak, dan pastinya posisi berada di luar ruangan dengan sudut pandang luas. TDS terdiri dari perangkat teropong binokular, dan bisa juga ditambahkan laser range finder. Dalam moda surveillance, informasi berupa elevasi dan bearing dapat diteruskan ke combat management system. Namun dibalik itu, operator TDS juga bisa berperan sebagai gunner. TDS sangat ideal digunakan untuk melawan taktik peperangan asimetrik, seperti penyusupan dan aksi bajak laut. Selain mampu menangani operasional kanon reaksi cepat, TDS besutan Thales ini dapat pula mengendalikan CIWS (Close In Weapon System).

Posisi TDS pada korvet Diponegoro Class.
Posisi TDS pada korvet Diponegoro Class.

Baca juga: Oto Melara 76 mm – Meriam Reaksi Cepat TNI-AL

Dalam sesi uji coba penembakan di bukan Juli 2011, KRI Diponegoro 365 dengan target Pulau Gundul berhasil menjajal penembakan Oto Melara 76 mm lewat TDS dari jarak 9,8 km. Kanon buatan Italia ini mampu memuntahkan peluru sebanyak 120 butir per menit dengan jarak jangkau maksimal 16 sampai 20 kilometer sesuai dengan jenis amunisi yang ditembakkan. Untuk Amunisi jenis semi armour piercing otomonition extended range (Sapomer) dapat menjangkau sasaran dengan jarak maksimum 20 km.

eo_06_02

Baca juga: Van Speijk Class – “Benteng Laut Nusantara” – Tiga Dasawarsa Flagship Armada Eskorta TNI AL

Posisi TDS pada FPB-57 TNI AL.
Posisi TDS pada FPB-57 TNI AL.

TDS di kapal perang TNI AL dipasok oleh Thales, dan pengguna TDS bukan hanya keempat unit korvet Diponegoro Class. Mengutip sumber dari Thales7seas.com, sebelumnya TDS sudah dipakai oleh frigat Fatahillah Class, frigat Van Speijk Class, FPB-57 Nav V (KCR Todak Class) dan KCR (Kapal Cepat Rudal) Mandau Class.

Baca juga: FPB-57 Nav V TNI AL – Varian Kapal Cepat dengan Bekal Senjata dan Sensor Maksimal

Meski sudah ‘barang’ baru lagi buat TNI AL, tapi untuk penempatan beda-beda antar kapal. Pada korvet Diponegoro Class, ada dua TDS yang berada di sisi luar (kidi dan kanan) anjungan depan. Menjadikan posisi operator TDS cukup dekat dengan unit kanon Oto Melara 76 mm. Sementara di FPB-57 Nav V, posisi konsol TDS berada di anjungan bagian belakang. Khusus di FPB-57 Nav V, jenis senjata yang dikendalikan adalah kanon Bofors 57 mm MK2. (Gilang Perdana)

7 Comments