Tanpa Source Code dari AS, F-16 Turki Gunakan Konsol Tablet Untuk Luncurkan Rudal Jelajah Buatan Lokal
Meski secara de facto masih bergantung pada alutsista buatan Amerika Serikat (AS), namun matra udara Turki membuat terobosan yang revolusioner, yakni tidak lagi menggunakan source code dari AS untuk menjajal jenis senjata baru pada jet tempur F-16 Fighting Falcon, hal tersebut dimungkinkan berkat adopsi UBAS.
UBAS adalah Aircraft Independent Firing System, berupa kombinasi aplikasi dan perangkat keras berupa tablet yang memungkinkan persenjataan buatan Turki dapat digunakan tanpa memodifikasi perangkat lunak pada core mission software pada jet tempur F-16.
Yang unik, antarmuka alias interface pada UBAS menggunakan konsol tablet. Penggunaan tablet untuk meninjang misi oleh penerbang tempur sejatinya bukan cerita baru, namun pada uji coba UBAS, tablet dipasang pada dashboard kokpit, persisnya dipasang pada Input Control Panel (ICP). Perangkat ini, digunakan bersama dengan tablet kedua yang disematkan pada lutut pilot, mendukung operasi misi, penyebaran senjata, dan tugas navigasi
Dan uji coba UBAS pertama kali berhasil dilakukan pada peluncuran rudal jelajah udara ke permukaan (Air-Launched Cruise Missile/ALCM) Stand-Off Missile (SOM)-J. Sebuah video di media sosial telah memperlihatkan uji peluncuran rudal SOM-J yang dikembangkan secara lokal dari F-16C Block 40 milik Skuadron Uji 401 Angkatan Udara Turki.
UBAS, yang dikembangkan dengan perangkat lunak misi Turki, menyediakan antarmuka independen antara pesawat dan senjata lokal baru. Hal ini memungkinkan integrasi tanpa akses ke Operational Flight Program (OFP) source codes F-16.
Saat ini UBAS dapat beroperasi di F-16 Block 40 dan Block 50 yang telah ditingkatkan, yang menerima modernisasi di bawah Common Configuration Implementation Program (CCIP) yang telah dituntaskan pada tahun 2015.
UBAS (Aircraft Independent Firing System) being used to employ the SOM-J here—that is what the tablet on the ICP is for since this is an upgraded F-16C B40M and not a non-CCIP jet with the older GAC. The tab runs off 🇹🇷 mission software essentially working as a weapons interface. https://t.co/V68dU4RkG4 pic.twitter.com/eIbhhvvw6V
— Abd (@blocksixtynine) March 21, 2025
SOM-J adalah rudal jarak jauh yang diproduksi di dalam negeri oleh Roketsan, berdasarkan desain rudal SOM varian awal. Awalnya SOM ditujukan untuk dibawa secara internal pada jet tempur stealth F-35A, namun rudal SOM kini telah diadaptasi untuk digunakan pada F-16 dan F-4E Phantom.
SOM-J memiliki jangkauan sekitar 275 kilometer yang dipandu melalui GPS dan navigasi inersia, dengan pencari inframerah pada fase terminal.
Drone Bayraktar Akinci Dipasangi Rudal SOM, Inilah Profil Rudal Jelajah Stand-off Pertama Turki
Integrasi SOM-J dengan UBAS secara langsung memperlihatkan kemampuan Turki untuk mengadaptasi armada pesawatnya yang ada untuk kapabilitas baru meskipun akses terbatas ke sistem perangkat lunak milik AS.
UBAS tidak terbatas pada SOM-J. Turkiye Today menyebut bahwa UBAS mendukung amunisi lain yang dikembangkan secara lokal, seperti bom berpemandu GPS HGK, bom luncur KGK, dan bom berpemandu laser LGK-82—semua variasi desain Barat yang banyak digunakan yang disesuaikan dengan kebutuhan Turki. Integrasi senjata udara-ke-udara juga berlanjut pada F-16 Turki, meskipun tampaknya tidak menggunakan UBAS.
Antarmuka berbasis tablet merupakan tren yang lebih luas dalam penerbangan militer, di mana platform lama memperoleh fungsionalitas baru tanpa modifikasi perangkat keras yang ekstensif. Pendekatan serupa telah diadopsi di Ukraina, di mana tablet memungkinkan pesawat tempur era Soviet menggunakan atau meluncurkan senjata buatan Barat. (Gilang Perdana)
Kendalikan Rudal AGM-88 HARM, Pilot Sukhoi Su-27 Ukraina Gunakan Konsol Tablet di Dashboard
@ widya, maaf ya kalo tersinggung, sejak kapan kalimat seperti itu adalah kalimat yg kasar? Kalo kalimat kasar ga mungkin gw jelasin panjang x lebar, gausah bicarain etika deh disini, lu aja si paling beretika yg lain lu anggap ga ber etika gitu?
Skrg lebih ber etika mana anatara org yg balas komen disertai penjelasan nya mnurut artikel diatas (komen ku)
Dibandingkan dengan komen balasan dari @ widya yang hanya komen singkat tanpa penjelasan + dengan nada memojokkan lawan bicara ?
Kalo gw salah, silahkan bantah dengan data + fakta bukan dengan omon omon + komenin etika?
Coba jawab? apa yg lu pahami ttg source code, bukan malah nanya balik ke lawan bicara..
Gw jelas udh menjelaskan source code dibawah, lu aja yg belum malah nanya balik? Logika nya dimana dah, maaf kalo nanti tersinggung lagi setelah gw ketik ini
Mending gausah komen🤣🙏
Jadi inget nasehat om Mahatir😁
Ini artikel yg menarik layak utk dijadikan “cukup untuk tahu” saja tak perlu kita ikut2an spt Turki karena kita belum kuasai teknologinya, mau dipasangi rudal lain apa kita belum bisa buat yg adapun jumlah sedikit, salah setting bisa berabe nikmati yg ada penting prajurit2 kita gagah walau alutsistanya memprihatinkan dan sedikit pula
@Zero two: kamu mengikuti pemberitaan terkait “source code” sebelumnya? Biasakan cari dan baca dulu ya sebelum komen, kedepankan etika dalam berkomentar 👍
@Oweooo
Source code itu melekat pada “mission system (pespur)” atau “CMS (kapal perang/kapal selam)” yg kompatibel pada fungsi, sensor atau pada senjata yang telah ditentukan oleh pabrikan
Source code sudah pasti ada. Problemnya bagaimana bisa mensiasatinya ?
Seperti yang dilakukan Turkiye. Solusi yg cerdas 👍🏻.
Kalo di jet tempur ada source code nya, apakah di kapal perang ada source code nya juga gak @admin?
Soalnya kalo jet tempur itu spek biasanya mengikuti pabrikan, jet as ya aim 120 amraam, jet Russia ya R-73, jet china ya PL-series
Sedangkan di kapal perang, misalnya arrowheads milik Inggris spek nya bisa beda pas dijual ke indo karena indo ingin spek yg berbeda, contohnya untuk vls nya, Inggris pake vls buatan as, sedangkan indo kemungkinan pake midlas vls buatan Turki
Apakah berarti kapal perang itu source code nya ada tetapi gak terlalu di wajib kan ikut spek negara pembuat min?
@ widya, kamu paham gak sih yg dinamakan source code? Udh dijelaskan diatas padahal, intinya source code itu kode buat buka kunci perangkat lunak pesawat, jet tempur itu biasanya udh di program oleh negara pembuat nya untuk menggunakan senjata A, artinya jet tempur itu gabisa di pasang senjata atau avionik buatan negara b tanpa ijin negara pembuat dan misal kalo udh dapet ijin nya pun cukup susah buat memodifikasi perangkat lunak nya
Pertanyaan yg jelas udh keliru, Turki yg negara nato aja jet tempur buatan as ada source code nya, otomatis indo juga ada..
Kalo f16 indo ga ada source code nya harusnya bisa gotong rudal rudal nya jet tempur sukhoi rusia, faktanya gabisa tu..
Sebaliknya juga Sukhoi gabisa gotong aim 120 amramm, kecuali kondisi tertentu
ya f-16 tni apakah masih downgrade dan terbatas dilumpukan amerika.. f-16 tni saatnya diupgrade teknologi turki yang bisa bebas tembak jauh dan macem2 rudal turki bisa diToT…. sekalian pake mesin jet turki lbh kencang drpd mesin f-16. cuma rudal2 amerika yg biasa dipakai f-16 bisa digunakan cukup oleh 5 f-16 tni yg ada. sisanya puluhan pesawaf F-16 TNI pake teknologi turki dan lokal Indonesia hasil ToT. coba kerja sama dgn turki utk upgrade F-16..EW… rudal berkamera FLIR anti jamming (tdk bergantung pada GPS mudah dijamming musuh). Indonesia perlu punya rudal jelajah siluman hypersonik dari F-16 kayak austra lia. rudal berkamera jelajah juga. turki punya rudal yg tidak bergantung pada GPS.. lebih pada akurasi..
Kita pun secara de facto juga masih ketergantungan alutsista dari AS, sudah check & re-check apakah terdapat source code pada F-16 dan AH-64E kita?