Tangkal Hujan Artileri, Korea Selatan Andalkan Arthur Radar Fire Finder

Anda masih ingat dengan teknologi radar fire finder yang dikembangkan oleh Armed TNI AD? Meski masih dalam tahap prototipe, namun rintisan teknologi pelacakan asal arah dan posisi tembakan terus dikembangkan lebih lanjut, meski bukan berbasis radar, Dislitbangad dan ITB mengembangkan apa yang disebut Sapta Pangrungu, kemudian TNI AL lewat Dislitbangal juga menelurkan apa yang disebut Gun Fire Locator.

Baca juga: Radar Fire Finder Armed TNI AD – Pemburu Posisi Meriam Lawan

Kedua perangkat yang disebut terakhir bekerja mengandalkan arah rambatan suara dari datangnya proyektil. Nah, masih dalam terminologi teknologi pelacakan arah tembakan, saat ini yang dikenal paling canggih adalah sistem radar Arthur (Artillery Hunting Radar) yang dirilis oleh Saab, manufaktur persenjataan asal Swedia.

Mengutip berita terbaru dari saab.com (24/9/2018), disebutkan Saab telah mendapatkan kontrak senilai US$56,76 juta untuk Performance Based Logistics (PBL) yang mencakup pengadaan pasokan logistik dan suku cadang Arthur yang dioperasikan Angatan Darat dan Marinir Korea Selatan. Kontrak tersebut ditandatangani Saab dengan Defence Acquisition Program Administration (DAPA) untuk periode 2018 – 2023.

Korea Selatan dikehatui telah menggunakan Arthur sejak tahun 2009, dan sebagai bentuk ToT (Transfer of Technology), pihak Saab menggandeng LIG Nex1, manufaktur yang dikenal memasok rudal MANPADS Chiron untuk DenHanud Paskhas TNI AU.

Di Korea Selatan, Arthur mendapat kepercayaan yang tinggi, pasalnya sistem radar inilah yang diandalkan untuk memonitor wilayah perbatasan dengan Korea Utara. Arthur digelar 24 jam penuh guna memantau datangnya tembakan artileri, dan secara simultan memberikan peringatan 90 detik sebelum tembakan mencapai sasaran.

Sebagai weapon locating system, radar Arthur dipasang untuk memonitor suara area dengan menciptakan parameter pemantauan. Ditempatkan di garis depan, Arthur mampu mengkalkulasi arah datangnya tembakan dan titik jatuhnya proyektil. Dengan potensi area impact yang dapat diprediksi, diharapkan sistem ini mampu memberikan peringatan dini, dan yang lebih penting lagi secara realtime menyalurkan informasi ke fire control unit, sehingga unit artileri dapat melakukan tembakan balasan secara presisi.

Tidak seperti ground radar pada umumnya yang berputar 360 derajat, maka penampang antenna radar Arthur relatif statis mengarah ke area pantauan. Radar Arthur dapat menjangkau area sejauh 60 km dan search sector 120 derajat. Arthur mampu memberikan pelaporan lebih dari 100 tembakan dalam satu menit.

Resminya jenis radar yang diusung adalah tipe Azimuth and Elevation Electrically Scanned dengan antena tipe Passive phased array. Radar yang laris manis dipasaran ini beroperasi di frekuensi C (G/H)-band.
Arthur umumya dipasang pada platform truk sekelas Unimog 4×4, atau di negeri asalnya diusung pada kendaraan roda rantai Hägglunds Bandvagn. Satu baterai radar Arthur idealnya terdiri dari tiga unit kendaraan, keunggulan lain dari sistem Arthur yakni dapat digelar dalam waktu kurang dari 2 menit.

Baca juga: Sapta Pangrungu – Identifikasi Posisi Artileri Lawan lewat Teknologi Rambatan Suara

Di Asia Tenggara, rupanya Arthur telah dioperasikan oleh Singapura, Thailand dan Malaysia. Sementara Negara lain pengguna Arthur adalah Korea Selatan, Kadana, Ceko, Denmark, Italia, Spanyol, Inggris dan tentu saja Swedia. Bicara tentang battle proven, Arthur telah digunakan AD Inggris dalam laga Perang Irak dan Afghanistan, diantaranya telah sukses menangkal serangan artileri dan mortir. Dari aspek mobilitas, seperti dapat diangkut dengan mudah oleh C-130 Hercules dan helikopter CH-47 Chinook menjadi daya tarik tersendiri pada sistem radar ini. (Haryo Adjie)

5 Comments