Update Drone KamikazeKlik di Atas

Tak Mau Kehilangan Kontrak US$23,37 miliar, AS Lanjutkan Proses Penjualan F-35 Lightning II ke UEA

Washington rupanya ciut akibat tekanan dari Uni Emirat Arab (UEA), tak ingin kehilangan kontrak senilai US$23,37 miliar, kini Amerika Serikat diwartakan bakal melanjutkan proses penjualan jet tempur F-35 dan drone tempur MQ-9B ke UEA. Sebelumnya, karena merasa dipersulit, UEA memutuskan untuk menangguhkan pembelian paket alutsista bernilai jumbo tersebut.

Baca juga: Sengkarut Antara Jet Tempur F-35, Huawei dan Teknologi 5G

Setelah diancam UEA, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Malaysia pada Rabu lalu mengatakan Washington memang tengah melakukan beberapa tinjauan. Namun, dia menegaskan bahwa AS siap untuk memajukan penjualan jet tempur generasi kelima itu.

Saat AS dipimpin Donald Trump, UEA dijanjikan dapat membeli F-35 bila menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Namun, setelah itu dipenuhi oleh UEA, ada perubahan politik di AS. Dengan menjabatnya Joe Biden sebagai presiden, ada syarat lain yang diminta oleh Washington, yakni soal ‘kedekatan’ UEA dengan Cina, yang berpotensi adanya upaya spionase bila F-35 dioperasikan negara kaya minyak tersebut.

F-35 yang punya kemampuan stealth dengan RCS 0,005

“UEA telah memberi tahu AS bahwa mereka akan menangguhkan diskusi pembelian F-35,” kata seorang pejabat UEA kepada Reuters, Selasa (14/12/2021). Penangguhan itu dipertimbangkan mengingat persyaratan teknis, pembatasan operasional yang berdaulat, dan analisis biaya atau manfaat. Pejabat itu mengatakan, pembicaraan penjualan F-35 dapat dibuka kembali di masa depan sebagaimana dilansir Reuters.

Kesepakatan UEA dengan AS ditaksir mencapai US$23,37 miliar yang mencakup 50 unit F-35A senilai US$10,4 miliar, 18 unit drone MQ-9B senilai US$2,97 miliar, serta amunisi udara-ke-udara dan udara-ke-darat senilai US$10 miliar.

Keberadaan teknologi seluler 5G rupanya dipersoalkan oleh Negeri Paman Sam. Pangkal musababnya, Amerika Serikat meminta UEA untuk menarik kemitraan dengan Huawei selaku vendor penyedia layanan 5G.

Seperti halnya di Indonesia, di UEA, pemasok teknologi 5G kepada operator seluler juga digawangi oleh vendor telekomunikasi asal Cina, yaitu Huawei. Bukan sekedar meminta, Washington lebih jauh juga akan menarik kontrak penjualan 50 unit jet tempur stealth F-35 dan 18 drone kombatan MQ-9B, apabila UEA tidak menarik Huawei sebagai penyedia layanan 5G.

Dikutip dari Bloomberg.com (12/6/2021), disebutkan AS mengharuskan UEA untuk menghapuskan jaringan seluler yang dipasok Huawei dalam waktu empat tahun kedepan. Di mana, empat tahun kedepan, yaitu pada 2026 dan 2027, dijadwalkan F-35 pesanan UEA akan mulai dikirimkan.

Desakan AS berdasarkan atas risiko keamanan dari upaya spionase. Huawei selama ini telah menempatkan personel untuk bekerja dengan negara Teluk itu dalam misi keamanan siber dan mendirikan kota pintar. Bagi AS, kehadiran jaringan 5G Huawei di jaringan komersial UEA dapat memungkinkan Cina untuk memata-matai pilot, kontraktor, dan lainnya di pangkalan lokasi penempatan F-35.

Baca juga: UEA Pesan 80 Unit Rafale F4, Inilah Varian Tertinggi di Keluarga Jet Tempur Dassault Rafale

Belakangan UEA mampu menunjukkan tajinya, yaitu dengan membeli armada jet tempur Dassault Rafale dari Perancis dalam jumlah besar. Tidak tanggung-tanggung, Pemerintah UEA setuju untuk membeli 80 unit Rafale, menjadi pesanan Rafale terbesar untuk pasar ekspor. Persetujuan pembelian 80 Rafale F4 senilai 14 miliar euro diumumkan saat kunjungan Presiden Perancis Emmanuel Macron ke UEA beberapa waktu lalu. (Bayu Pamungkas)

17 Comments