Di lini kanon kaliber 20 mm yang digadang TNI AL sebagai senjata penangkis serangan udara, ada nama yang relatif baru melengkapi sista (sistem senjata) pada armada kapal perang. Adalah Vektor G12 buatan Denel, manufaktur senjata asal Afrika Selatan. Vektor G12 diketahui menjadi senjata penangkis serangan udara pada 4 korvet kelas SIGMA buatan Belanda, dimana pada tiap-tiap kapal terdapat 2 pucuk Vektor G12 yang ditempatkan pada posisi samping. (more…)
Bulan April 2011 lalu, Satuan Kapal Patroli (Satrol) TNI AL mendapat penambahan armada kapal baru, yakni 2 unit kapal dari AL Kerajaan Brunei yang langsung dihibahkan ke TNI AL. Dua kapal tersebut adalah KRI Salawaku 642 (eks KDB Waspada) dan KRI Badau 643 (eks KDB Pejuang). Penambahan 2 kapal perang ini seolah menjadi ‘angin’ segar bagi armada patroli TNI AL Armada Timur. Maklum saja, KRI Badau kodratnya adalah Guide Missile Patrol Craft, atau di lingkungan TNI AL disebut sebagai KCR (Kapal Cepat Rudal). (more…)
Meski usia korvet Parchim milik TNI AL tak muda lagi, tapi untuk kelengkapan senjatanya masih tergolong mematikan, baik untuk peran anti kapal selam dan peran anti serangan udara. Bicara tentang elemen penangkis serangan udara, selain ada kanon reaksi cepat AK-230 dan rudal mistral Simbad, masih ada lagi sosok sangar yang berada di sisi buritan, tak lain adalah meriam laras ganda AK-725 kaliber 57 mm. (more…)
Selain RBU-6000 yang merupakan sista (sistem senjata) peluncur roket anti kapal selam buatan Rusia, TNI AL dalam gelar operasinya juga mengdalkan sista Bofors 375mm, peluncur roket anti kapal selam buatan Bofors (kini Saab Underwater Systems) dari Swedia. Adopsi Bofors 375mm oleh TNI AL bahkan sudah lebih dulu ketimbangRBU-6000. Pasalnya Bofors 375mm menjadi alutsista yang melekat pada frigat kelas Fatahillah, yang terdiri dari KRI Faatahillah (361), KRI Malahayati (362) dan KRI Nala (363). (more…)
Meski saat ini kekuatan armada kapal selam TNI AL terbatas, karena secara faktual kini hanya ada 2 kapal selam Type 209 buatan Jerman, tapi disisi lain perlu disyukuri bahwa TNI AL masih cukup mumpuni untuk menggelar sista (sistem senjata) anti kapal selam. Keberadaan sista anti kapal selam mutlak bagi TNI AL sebagai pengawal wilayah lautan RI yang begitu luas, dimana banyak alur laut yang ideal menjadi perlintasan kapal selam negara lain di sepanjang gugusan kepulauan Nusantara. (more…)
Ada rasa bangga sekaligus sedih bila mendengar tentang KRI Irian, kapal penjelajah kelas Sverdlov buatan Uni Soviet yang pernah membuat Angkatan Laut RI begitu berjaya di masa lalu. Bangga karena hanya Indonesia, satu-satunya negara di Asia Tenggara yang pernah mencicipi punya kapal penjelajah. Bahkan berkat kedigdayaan KRI Irian, Belanda jadi tunduk untuk menyerahkan Irian Barat. (more…)
Di tengah situasi politik dan ekonomi Indonesia yang serba galau, ada secercah berita yang membanggakan, tepatnya pada 31 Agustus 2012, galangan kapal PT. Lundin meluncurkan KRI Klewang 625 di perairan selat Bali – Banyuwangi, sebuah KCR (kapal cepat rudal)/ Fast Missile Patrol Vessel (FMPV) yang lain dari pada yang pernah dimiliki TNI AL, bahkan di Asia Tenggara sekalipun belum ada padanannya. Selain desain yang mengadopsi trimaran (tiga lunas), KRI Klewang juga mampu membetot perhatian khalayak, tak lain berkat desain yang super revolusioner. (more…)
Namanya memang tak sekondang PT-76 maupun BTR-50, tapi soal peran dan pengabdiannya jangan ditanya, sudah banyak operasi militer yang dilakoninya. Meski dirancang dengan metarial lapis baja plus berpenggerak roda rantai, tapi K-61 bukan tergolong tank, kendaraan tempur (ranpur) ini dilingkungan Korps Marinir TNI AL disebut sebagai KAPA (Kendaraan Amfibi Pengangkut Artileri). (more…)
Kawin silang di lini alutsista tentu bukan sesuatu yang tabu, sepanjang menghasilkan kinerja yang maksimal, ditambah tidak menuai komplein dari negara pembuatnya, hal itu bisa dilakukan secara efektif, bahkan mampu menambah daya gempur ketimbang versi aslinya. Implementasi kawin silang bisa dituangkan dalam banyak hal, semisal dalam program retrofit, menggabungkan antara cita rasa teknologi barat dan timur. Contoh yang paling mudah ‘dicerna’ yakni pemasangan meriam Cockerill 90mm pada tank Amfibi Korps Marinir TNI AL, PT-76. (more…)
Dilihat dari kalibernya, jelas meriam ini tak memiliki daya getar yang diperhitungkan oleh lawan. Tapi lain halnya dalam bentuk pengabdian, Bofors 40mm punya andil yang cukup besar dalam kancah perjuangan, khususnya pada elemen armada kapal perang TNI AL dan korps artileri pertahanan udara (arhanud) TNI AD. Meriam ini pun sudah sangat kondang, kiprahnya sudah dimulai sejak perang dunia kedua sebagai sistem senjata anti serangan udara yang diandalkan pasukan sekutu. Dan, hingga kini Bofors 40mm telah diciptakan dalam banyak varian tempur. (more…)