Ketika Shah Mohammad Reza Pahlavi berkuasa pada dekade 70-an, maka status Iran bisa dikata lebih ‘anak emas’ ketimbang Israel saat ini. Salah satu buktinya, Iran mendapat lampu hijau untuk membeli jet tempur F-14 Tomcat dalam jumlah besar, yang sejatinya pesawat tempur sayap ayun itu tidak untuk dijual ke pasar ekspor. (more…)
Sebelum serangan udara Israel ke Iran pada 26 Oktober 2024, kesiapan tempur Amerika Serikat ditingkatkan ke level tertinggi plus mendukung kebijakan Washington memproteksi Israel. Dan setelah pengerahan sistem hanud Terminal High Altitude Area Defense (THAAD), kini ada kabar US Central Command (CENTCOM) telah menempatkan jet tempur F-16 Fighting Falcon dengan kemampuan khusus di Timur Tengah. (more…)
Israel dikabarkan sempat sewot, setelah Negeri Yahudi itu menuding oknum di Washington punya andil dibalik kebocoran dokumen intelijen yang penting, yakni keberadaan pangkalan rahasia yang diduga menjadi basis drone intai jarak jauh yang mampu melakukan operasi secara senyap di seluruh kawasan Timur Tengah. (more…)
Bila Beijing bernyali, mungkin ini waktu yang tepat untuk melakukan invasi militer ke Taiwan, pasalnya saat ini tidak ada satu pun kapal induk Amerika Serikat yang berada di kawasan Indo Pasifik. Akibat eskalasi di Timur Tengah, armada kapal induk AS kini tengah dikerahkan untuk melindungi Israel dari potensi serangan balasan Iran. (more…)
Melengkapi kehadiran satelit, drone dengan kemampuan intai taktis amat dibutuhkan oleh Amerika Serikat guna meronda kawasan di Timur Tengah. Lantaran penuh gejolak akan konflik, tak sedikt AS kehilangan drone intai yang punya kemampuan terbang lama dengan harga mahal. Berangkat dari kondisi itu, kehadiran drone intai yang mampu terbang lama (long endurance) dengan harga relatif murah menjadi kebutuhan bagi US Central Command. (more…)
Krisis di Laut Merah rupanya mendorong Angkatan Laut Inggris (Royal Navy) untuk mendongkrak kemampuan serangan jarak jauh ke daratan (permukaan). Hal ini dipicu oleh aksi milisi Houthi di Yaman yang melakukan serangan dengan rudal balistik dan drone kamikaze ke kapal tanker/kargo sipil yang berlayar di koridor Laut Merah/Bal-el-Mandeb/Teluk Aden dengan tujuan Israel. (more…)
Kilas balik ke tanggal 9 Januari 2020, saat itu Iran melancarkan serangan rudal balistik (Fateh-313 dan Qiam-1) ke pangkalan militer Ain al-Asad dan pangkalan militer Arbil di Irak. Kedua pangkalan militer merupakan basis dari pasukan Amerika Serikat. Serangan Iran dilakukan sebagai pembalasan atas tewasnya Jenderal Qasem Soleimani oleh rudal Hellfire R9X Ninja “Flying Ginsu” yang dilepaskan drone tempur MQ-9 Reaper di Bandara Baghdad. (more…)
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu rupanya tak ingin negerinya diintervensi oleh negara mana pun, setelah usaha dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat untuk membujuk Israel agar tak menyerang balik Iran, maka pada dini hari 19 April 2024, Israel telah nekad membuka serangan balasan langsung, bukan hanya ke Iran, Israel juga menyerang secara bersamaan ke wilayah Suriah dan Irak, di mana terdapat basis proxy Iran disana. (more…)
Untuk urusan keselamatan prajurit, apa yang dilakukan Amerika Serikat jelas menjadi panutan. Terkhususnya bagi unit militer yang ditempatkan di Timur Tengah, ada kabar bahwa Angkatan Laut AS (US Navy) telah memesan perangkat anti drone – Counter-Unmanned Aerial Systems (C-UAS) dengan teknologi EAGLS (Electrically Aided Gunnery Laser System) dari MSI Defense Solutions dengan nilai US$24 juta. (more…)
Seantero dunia kini sedang menantikan momen besar yang sangat menentukan, yakni kapan Iran bakal melancarkan serangan langsung ke Israel. Meski intelijen AS dan Barat telah memprediksi akan adanya serangan dalam waktu sangat dekat. Namun, Iran juga harus berhitung, pasalnya bila serangan yang mengandalkan kombinasi rudal balistik/jelajah dan drone kamikaze dapat ditangkis, maka bukan tak mungkin justru Iran yang akan menjadi bulan-bulanan serangan balasan Israel. (more…)