Urusan daya jelajah menjadi penting bagi keberadaan jet tempur TNI AU, maklum wilayah udara yang harus di-cover terbilang ekstra luas. Meski ada beberapa pangkalan (Lanud) aju untuk mendukung operasi jarak jauh, tapi dalam prakteknya menyiapkan pangkalan aju belum tentu efektif dan dibutuhkan waktu untuk segala macam persiapan guna menerima kedatangan jet tempur dari pangkalan utama.
PPRC (Pasukan Pemukul Reaksi Cepat) menjadi ujung tombak TNI dalam gelaran unsur pemukul infanteri secara massif yang dapat dihadirkan dalam tempo singkat lewat platform lintas udara (linud) atau kondang dengan istilah airborne. Karena sifatnya yang reaksi cepat, elemen Batalyon Infanteri Linud diharuskan mampu diterjunkan di setiap titik wilayah Tanah Air sejak 24 jam perintah operasi dikeluarkan oleh Panglima TNI. (more…)
Umumnya dalam setiap pengadaan pesawat militer, baik jenis pesawat tempur maupun transport, tiap tipe dibeli lebih dari satu unit. Tapi ada yang berbeda dari pengadaan pesawat intai maritim yang satu ini. Tepatnya pada awal dekade 80-an, saat Rencana Strategis (Renstra) II Hankam dicanangkan, TNI AU mendapatkan penambahan kekuatan untuk lini pesawat fighter, trainer, helicopter, dan transport. Dan, bicara di lini transport, jelas yang menjadi prioritas adalah pembelian armada pesawat angkut berat C-130 Hercules dari AS. (more…)
Daya jelajah pada pesawat tempur menjadi faktor penting dalam suatu operasi militer, terutama bila berbicara pada tahapan penyerbuan ke target sasaran yang jaraknya cukup jauh. Didasari beberapa pertimbangan, seperti kerahasiaan dan meningkatkan unsur pendadakan, banyak negara memilih cara air refuelling (pengisian bahan bakar di udara) untuk meningkatkan endurance serta daya jelajah pesawat tempurnya.